Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

KRIMINOLOGI

Dosen Pengampu:
Istijab, SH, M.Hum, M.Pd

Disusun Oleh:
Adinda Rizqi Zakiyah (2074201001521)
Semester 6/B

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA
PASURUAN TAHUN 2023

1
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN………………………….........................................................3
1.1 Latar Belakang………............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah……...........................................................................................4
1.3 Tujuan…………………….................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………............................................... 5

2.2 Pengertian Kriminologi …….................................................................................5


2.3 Persfektif Kriminologi......................................................................................... 5
2.4 Teori Kriminologi ............................................................................................... 6
2.5 Konteks Sosial Kejahatan ......................................................................................... ......6

BAB III PENUTUP……………………………………………… ............................11

3.1 Kesimpulan………………………………………………………............. 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………….................................................... 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini kita sering mendegar dan melihat sejumlah berita di
televisi yang menayangkan peristiwa-peristiwa kejahatan yang terjadi di
masyarakat. Kejahatan-kejahatan yang dilakukan beragam jenis dan beragam
modus operandinya. Masalah kejahatan merupakan masalah yang abadi dalam
kehidupan umat manusia, karena ia berkembang sesuai dengan perkembangan
tingkat peradaban umat manusia. Artinya sejak berabad-abad tahun yang lalu
kejahatan sudah dikenal dan menjadi bagian dalam hidup manusia itu sendiri
sebagai bentuk usaha manusia untuk mempertahankan hidupnya dan usaha
untuk mencapai tujuan tertentu bagi sekelompok orang maupun perorangan.
Kejahatan yang terjadi dalam masyarakat berkembang seiring dengan
perkembangan masyarakat itu sendiri. Terjadinya kejahatan bukan semata-
mata perbuatan yang ditentang masyarakat akan tetapi adanya dorongan dari
pelaku untuk melakukan perbuatan yang ditentang oleh masyarakat tersebut.
Lebih dari dua pertiga kejadian pembunuhan dan penganiayaan berat
didahului adanya hubungan antara pelaku dengan korban dalam kejadian
tersebut sebelum berlangsung kejahatan. Artinya tidak semua pelaku kejahatan
pembunuhan dan penganiayaan berat begitu saja melakukan kejahatan
tersebut, namun juga ada peran yang berupa dorongan (provokasi) dari korban
yang dapat memancing amarah pelaku kejahatan sehingga terjadilah kejahatan
tersebut
Hukum yang diciptakan manusia mempunyai keadaan teratur, aman, dan
tertib, demikian juga hukum pidana yang merupakan salah satu hukum yang
dibuat oleh manusia mempunyai fungsi, fungsi umum dari hukum pidana
sama dengan fungsi hukum lainya ialah mengatur hidup kemasyarakatan dan
menyelenggarakan tata hidup didalam masyarakat. Fungsi khusus dari hukum
pidana adalah melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang
hendak merusaknya dengan sanksi berupa pidana.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kriminologi?
2. Apa saja persfektif dalam kriminologi?
3. Bagaimana teori yang ada dalam kriminalogi ?
4. Bagaimana konteks sosial kejahatan dalam kriminalogi ?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa itu kriminologi.
2. Untuk mengetahui persfektif dalam kriminologi
3. Untuk mengetahui teori yang ada dalam kriminologi
4. Muntuk mengetahui konteks sosial kejahatan dalam kriminologi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kriminologi
Kriminologi berasal dari bahasa latin, yaitu crimen dan logos. Crimen
berarti kejahatan, sementara logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara
harfiah, kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan, atau lebih
tepatnya kriminologi mempelajari segala aspek tentang kejahatan. Kata
“kriminologi” pertama kali digunakan oleh antropolog Perancis bernama Paul
Topinard (1830-1911) yang meneliti dengan pendekatan antropologi fisik
bagaimana bentuk tubuh mempengaruhi seseorang untuk berbuat jahat.
Kriminologi dapat didefinisikan sebagai studi sistematis tentang sifat,
jenis, penyebab, dan pengendalian dari perilaku kejahatan, penyimpangan,
kenakalan, serta pelanggaran hukum. Kriminologi adalah ilmu sosial terapan
di mana kriminolog bekerja untuk membangun pengetahuan tentang kejahatan
dan pengendaliannya berdasarkan penelitian empiris. Penelitian ini
membentuk dasar untuk pemahaman, penjelasan, prediksi, pencegahan, dan
kebijakan dalam sistem peradilan pidana.

B. Persfektif Kriminologi
Kriminologi jelas berkaitan dengan kejahatan. Seperti hal lain,
kejahatan dapat didefinisikan dalam beberapa cara, dan beberapa ahli telah
menyarankan bahwa setidaknya terdapat empat perspektif definisional yang
dapat ditemukan dalam kriminologi yaitu: Legalistik, Sudut pandang
politik, Sosiologis, dan Psikologis. Dilihat dari perspektif legalistik, kejahatan
adalah perilaku manusia yang melanggar hukum pidana dalam suatu negara,
pemerintah federal, atau hukum yang tanpa membatasi bentuk perilaku
tertentu, tidak dapat menjadi kejahatan yurisdiksi lokal yang memiliki
kekuatan untuk membuat hukum seperti itu tanpa undang-undang yang
membatasi bentuk perilaku tertentu, maka tidak boleh ada kejahatan, tidak
peduli seberapa menyimpang perilaku tersebut. Perspektif kedua tentang
kejahatan adalah perspektif politik, di mana kejahatan adalah hasil dari
kriteria yang telah dibangun ke dalam undang- undang oleh kelompok-
kelompok kuat dan kemudian digunakan untuk melabeli bentuk-bentuk

5
perilaku yang tidak diinginkan sebagai ilegal. Mereka yang

6
menganut sudut pandang ini mengatakan bahwa kejahatan adalah definisi dari
perilaku manusia yang diciptakan oleh pihak yang berwenang yang
terorganisir secara politik. Dengan demikian, Perspektif politik
mendefinisikan kejahatan dalam hal struktur kekuasaan yang ada dalam
masyarakat.
Penganut perspektif ketiga yaitu sosiologis. melihat kejahatan sebagai
tindakan antisosial bahwa represinya diperlukan atau seharusnya diperlukan
untuk pelestarian sistem masyarakat yang ada.
Perspektif yang terakhir yaitu psikologis, perspektif ini mengatakan
bahwa kejahatan adalah bentuk penyesuaian sosial yang dapat ditunjuk
sebagai kesulitan yang dimiliki individu dalam bereaksi terhadap rangsangan
dari agar tetap serasi dengan lingkungan itu.

C. Teori Kriminologi
Kriminologi teoretis, subbidang kriminologi umum, adalah jenis
kriminologi yang paling sering ditemukan di perguruan tinggi dan universitas.
Teori ini sekadar menggambarkan kejahatan dan kejadiannya, mengajukan
penjelasan untuk perilaku kriminal. Don M. Gottfredson, mantan presiden dari
ASC, mengamati, Teori dalam kriminologi cenderung tidak jelas dalam hal
umum yang dapat dibenarkan. Ketika kita mempertimbangkan berbagai
perilaku yang dianggap sebagai kriminal dari pembunuhan hingga penggunaan
narkoba hingga kejahatan kerah putih hingga kejahatan sosial media itu
sepertinya sulit membayangkan satu teori yang bisa menjelaskan semuanya
atau bahkan mungkin menjelaskan jenis perilaku yang bervariasi. Namun,
banyak pendekatan teoretis masa lalu yang menyebabkan kejahatan yang unik
ketika mencoba untuk menjadi semua inklusif; yaitu, pendekatan-pendekatan
itu mengajukan satu identitas tunggal yang dapat diidentifikasi sumber untuk
semua perilaku menyimpang.

D. Konteks Sosial Kejahatan


Kejahatan tidak terjadi dalam ruang hampa. Setiap kejahatan memiliki
keunikan mulai dari serangkaian penyebab, konsekuensi, dan partisipan.
Kejahatan mempengaruhi beberapa orang lebih yang memiliki dampak khusus
pada mereka yang merupakan peserta langsung dalam tindakan itu sendiri.

7
Kejahatan pada umumnya menimbulkan reaksi dari para korbannya, dari

8
kelompok masyarakat yang peduli, dari sistem peradilan pidana, dan kadang-
kadang dari masyarakat sebagai keseluruhan, yang memanifestasikan
keprihatinannya melalui penciptaan aturan sosial.

1. Penyebab Dan Konsekuensi Dari Peristiwa Kriminal


Kejahatan bukan sebagai aktivitas individu yang terisolasi tetapi
sebagai peristiwa sosial. Kejahatan adalah konstruksi sosial bukan sesuatu
hal untuk mengurangi dampak dari pengalaman viktimisasi yang dialami
terlalu banyak orang dalam masyarakat.penyebab kejahatan dari aspek
sosiologis tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori umum, yaitu : 1.
Anomie (ketiadaan norma) atau Strain (keterangan) 2. Cultural Deviance
(penyimpangan budaya) 3. Social Control (control sosial)

2. Pelaku Kejahatan
Dalam bukunya, definisi kejahatan ke dalam dua sudut pandang.
Pertama, dari sudut pandang hukum (a crime from the legal point of view).
Batasan kejahatan dari sudut pandang ini adalah setiap tingkah laku yang
melanggar hukum pidana. Bagaimanapun jeleknya suatu perbuatan
sepanjang perbuatan itu tidak dilarang di dalam perundang-undangan
pidana, perbuatan itu tetap sebagai perbuatan yang bukan kejahatan.
Kedua, dari sudut pandang masyarakat (a crime from the sociological point
of view). Batasan kejahatan dari sudut pandang ini adalah setiap perbuatan
yang melanggar norma-norma yang masih hidup di dalam masyarakat.

3. Kejahatan dan Sistem Peradilan Pidana


Peradilan pidana dapat diartikan sebagai suatu proses bekerjanya
beberapa lembaga penegak hukum. Mekanisme peradilan pidana tersebut
meliputi aktivitas yang bertahap dimulai dari penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan di sidang pengadilan, dan pelaksanaan putusan hakim yang
dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan. Proses yang bekerja secara
berurutan tersebut pada dasarnya menuju pada suatu tujuan bersama yang
dikehendaki. Keseluruhan proses itu bekerja di dalam suatu sistem,
sehingga masing-masing lembaga itu merupakan subsistem yang saling
berhubungan dan pengaruh mempengaruhi antara satu dengan yang lain.

9
Jadi fragmentasi

10
dalam arti masing-masing subsistem bekerja sendiri-sendiri dan tidak
memperhatikan antar hubungan diantara sub-subsistem yang ada harus
dihindari bilamana diinginkan suatu sistem peradilan pidana yang efektif.

4. Kejahatan dan Korban


Korban dalam hal ini sebagi pihak langsung yang mengalam
penderitaan akibat dari terjadinya tindak pidana, dapat menyebabkan atau
menciptakan situasi dan kondisi yang menulitkan bagi korban untuk
kembali hidup sebagai warga masyarakat seperti sedia kala. Dalam hal ini
korban membutuhkan pendampingan dan pelayanan untuk dapat kelaur
dari kesulitannya tersebut. Argumentasi perlunya pendampingan dan
pelayanan terhadap korban itu adalah:

a. Karena SPP (Sistem Peradilan Pidana) telah memperlakukan korban


secara tidak profesional bahkan cenderung mengeksploiter
b. Karena tindakan pelaku menimbulkan penderitaan pada korban
c. Memberikan manfaat pada nirokrasi SPP (Sistem Peradilan Pidana),
aparat terbantu dengan korban, dan korban akan membantu kaena
telah diberi pendampingan dan pelayanan
d. Karena dugaan adanya progam pendampingan dan pelayanan tersebut,
korban akan terbantu untuk keluar dari penderitaannya.
e. Karena seringkali masyarakat dengan stigmanya, menempatkan
korban dalam posisi yang semakin menambah penderitaan korban
Bagi korban, mendapatkan pendampingan dan pelayanan akan
memberikan keadilan substantif bukan hanya sekedar keadilan
prosedural.

Pemaparan aquo membuktikan korban mempunyai peranan


fungsional dalam terjadinya tindak pidana. Tindak pidana dalam hal ini
kejahatan dapat terjadi karena ada pihak yang berperan, sadar atau tidak
sadar, dikehendaki atau tidak, sebagai korban dalam hal ini korban
persekusi. Pada dasarnya tidak ada orang menghendaki dirinya dijadikan
sasaran kejahatan, tetapi karena keadaan yang ada pada korban atau karena
sikap dan perilakunyalah ia dapat mendorong pelaksanaan niat jahat
pelaku, sama hal nya dengan persekusi, persekusi juga tidak

11
dikehendaki oleh

12
korban, tetapi aksi yang dilakukan oleh korban sering kali menjadi reaksi
bagi sekelompok masyarakat dan akhirnya terjadilah persekusi.

5. Faktor Kejahatan
Menurut walter Lunden. faktor-faktor yang berperan dan gejala yang
dihadapi Negara-negara berkembang saat ini dalam timbulnya kejahatan,
adalah sebagai berikut :

a. Gelombang urbanisai remaja dari desa kekota-kota jumlahnya cukup


besar dan sukar dicegah
b. Terjadi konflik antara norma adat pedesaan tradisonal dengan norma-
norma baru yang tumbuh dalam proses penggeseran sosial yang cepat,
terutama di kota-kota besar
c. Memudarnya pola-pola kepribadian individu yang terkait kuat pada
pola kontrol sosial tradisionalnya, sehingga anggota masyarakat
terutama remanya menghadapi “samarpola” (ketidaktaatan pada pola)
untuk menentukan perilakunya.

Masalah sebab-sebab kejahatan selalu merupakan persoalan yang


sangat menarik. Berbagi teori yang menyangkut sebab kejahatan telah
diajukan oleh para ahli dari berbagai disiplin dan bidang ilmu
pengetahuan. Namun, sampai dewasa ini masih belum juga ada satu
jawaban penyelesaian yang memuaskan. Meskipun demikian,para ahli
belum bisa menemukan faktor lingkungan apa den bagaimana, yang
menjadi sebab yang pasti daripada terjadinya kejahatan, bahwa
kriminologi saat ini belum sampai memungkinkan untuk dengan tegas
menentukan sebab-sebab orng melakukan pelanggaran norma hukum
(berbuat kejahatan). Tingkat pengetahuan kriminologi dewasa ini masih
dalam taraf mencari, melalui penelitian dan penyusunan teori.

13
Contoh Kasus
Kriminologi Pembunuhan

Remaja berinisial NF (15) menyerahkan diri kepada polisi dan mengaku telah
membunuh seorang anak berusia lima tahun yang merupakan tetangganya. Kejadian
diperkirakan berlangsung pada Kamis (5/3/2020) sore. Kejadian bermula saat NF
mengajak korban bermain pada Kamis sore. NF kemudian meminta korban
mengambil mainan yang sengaja ditaruhnya di kamar mandi. Setelah korban di kamar
mandi, pelaku melakukan aksinya. Korban ditenggelamkan di bak mandi berkali-kali
hingga lemas. Tak sampai di situ, pelaku juga melukai leher korban hingga
mengeluarkan banyak darah. Setelah korban tak sadarkan diri, pelaku mengangkat
dan menidurkannya. Awalnya mayat korban akan dibuang. Berhubung hari sudah
sore, mayat kemudian disembunyikan di lemari.

Keesokan harinya pelaku berangkat ke sekolah seperti biasa. Namun di tengah


jalan pelaku kembali ke rumah kemudian menyerahkan diri ke polisi. Polsek Sawah
Besar yang menerima laporan kemudian bergegas ke rumah pelaku dan menemukan
mayat di lemari pakaiannya. Saat diperiksa pelaku mengaku membunuh karena
terinspirasi film berbau pembunuhan yang pernah dilihat. Saat diperiksa polisi, NF tak
sedikit pun menyatakan penyesalan. Bahkan pelaku merasa puas setelah melakukan
pembunuhan. Polisi masih mendalami kasus pembunuhan dengan pelaku anak di
bawah umur ini dan akan melakukan pemeriksaan kejiwaan pelaku.

14
BAB III
PENUTUP

Kriminologi berasal dari bahasa latin, yaitu crimen dan logos. Kriminologi dapat
didefinisikan sebagai studi sistematis tentang sifat, jenis, penyebab, dan pengendalian
dari perilaku kejahatan, penyimpangan, kenakalan, serta pelanggaran hukum.
Kriminologi adalah ilmu sosial terapan di mana kriminolog bekerja untuk
membangun pengetahuan tentang kejahatan dan pengendaliannya berdasarkan
penelitian empiris.

Kriminologi jelas berkaitan dengan kejahatan. Seperti hal lain, kejahatan dapat
didefinisikan dalam beberapa cara, dan beberapa ahli telah menyarankan bahwa
setidaknya terdapat empat perspektif definisional yang dapat ditemukan dalam
kriminologi yaitu: Legalistik, Sudut pandang politik, Sosiologis, dan Psikologis.
Mereka yang menganut sudut pandang ini mengatakan bahwa kejahatan adalah
definisi dari perilaku manusia yang diciptakan oleh pihak yang berwenang yang
terorganisir secara politik.

Dengan demikian, Perspektif politik mendefinisikan kejahatan dalam hal struktur


kekuasaan yang ada dalam masyarakat. Penganut perspektif ketiga yaitu sosiologis.
melihat kejahatan sebagai tindakan antisosial bahwa represinya diperlukan atau
seharusnya diperlukan untuk pelestarian sistem masyarakat yang ada.

Kriminologi teoretis, subbidang kriminologi umum, adalah jenis kriminologi yang


paling sering ditemukan di perguruan tinggi dan universitas. Kejahatan tidak terjadi
dalam ruang hampa. Kejahatan mempengaruhi beberapa orang lebih yang memiliki
dampak khusus pada mereka yang merupakan peserta langsung dalam tindakan itu
sendiri. Kejahatan bukan sebagai aktivitas individu yang terisolasi tetapi sebagai
peristiwa sosial.

dari sudut pandang hukum (a crime from the legal point of view). Batasan kejahatan
dari sudut pandang ini adalah setiap tingkah laku yang melanggar hukum pidana.
Mekanisme peradilan pidana tersebut meliputi aktivitas yang bertahap dimulai dari
penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, dan pelaksanaan putusan
hakim yang dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan. Proses yang bekerja secara
berurutan tersebut pada dasarnya menuju pada suatu tujuan bersama yang
dikehendaki. Korban dalam hal ini sebagi pihak langsung yang mengalam
15
penderitaan akibat dari

16
terjadinya tindak pidana, dapat menyebabkan atau menciptakan situasi dan kondisi
yang menulitkan bagi korban untuk kembali hidup sebagai warga masyarakat seperti
sedia kala. d.Karena dugaan adanya progam pendampingan dan pelayanan tersebut,
korban akan terbantu untuk keluar dari penderitaannya. Tindak pidana dalam hal ini
kejahatan dapat terjadi karena ada pihak yang berperan, sadar atau tidak sadar,
dikehendaki atau tidak, sebagai korban dalam hal ini korban persekusi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Effrey H. Reiman, The Rich Get Richer and the Poor Get Prison, 4th ed. (Boston:
Allyn & Bacon, 1997)..

Frank Schmalleger, Criminology Today An Integrative Introduction, (Rachel Collett,


2009).

Piers Beirne, Inventing Criminology (Albany: State University of New York Press,
1993).

Charles F. Wellford, “Controlling Crime and Achieving Justice: The American


Society of Criminology 1996 Presidential Address,” Criminology, Vol. 35,
No. 1 (1997).

James F. Gilsinan, “They Is Clowning Tough: 911 and the Social Construction of
Reality,” Criminology, Vol. 27, No. 2 (May 1989).

Joan McCord, “Family Relationships, Juvenile Delinquency, and Adult Criminality,”


Criminology, Vol. 29, No. 3 (August 1991).

18

Anda mungkin juga menyukai