A. Pengertian Kejahatan
Kejahatan adalah salah satu bentuk masalah sosial yang dapat merugikan anggota
masyarakat lainnya. Kejahatan merupakan pelanggaran terhadap norma (hukum pidana).
Pelaku kejahatan adalah mereka yang melanggar peraturan atau undang-undang pidana
dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman. Misalnya,
pembunuhan, pencurian, dan penganiayaan.
Secara formal kejahatan dirumuskan sebagai suatu perbuatan yang oleh negara diberi
pidana. Pemberian pidana dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan yang
terganggu akibat perbuatan itu. Keseimbangan yang terganggu itu ialah ketertiban
masyarakat terganggu, masyarakat resah akibatnya. Kejahatan dapat didefinisikan
berdasarkan adanya unsur anti sosial. Berdasarkan unsur itu dapatlah dirumuskan bahwa
kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat
dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.
1
Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo
Dari pendapat tentang kejahatan di atas, maka pengertian kejahatan dapat digolongkan
dalam tiga hal :
1. Pengertian secara praktis (sosiologis); pelanggaran atas norma-norma agama,
kebiasaan, dan kesusilaan yang hidup dalam masyarakat.
2. Pengertian secara religius; pelanggaran atas perintah-perintah Tuhan
3. Pengertian secara yuridis; dilihat dari hukum pidana maka kejahatan adalah setiap
perbuatan atau pelalaian yang dilarang oleh hukum publik untuk melindungi
masyarakat dan diberi pidana oleh negara.
B. Unsur-Unsur Kejahatan
Secara umum, kejahatan harus mencakup unsur-unsur di bawah ini :
1. Harus ada sesuatu perbuatan manusia
Berdasarkan hukum pidana positif yang berlaku di Indoensia, yang dapat dijadikan
subjek hukum hanyalah manusia. Hewan tidak dapat dituduh melanggar hukum,
demikian pula badan hukum. Badan hukum dapat melakukan perbuatan hukum dan
dapat menjadi subjek hukum, akan tetapi badan hukum tidak dapat dituntut hukum
pidana.
2. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam ketentuan pidana
Untuk hal ini perlu diselidiki apakah unsur-unsur yang dimuat didalam ketentuan
hukum itu terdapat di dalam perbuatan.
3. Harus terbukti adanya dosa pada orang yang berbuat.
Untuk dapat dikatakan seseorang berdosa (tentu dalam hukum pidana) diperlukan
adanya kesadaran pertanggungjawaban, adanya hubungan pengaruh dari keadaan
jiwa orang atas perbuatannya, kehampaan alasan yang dapat melepaskan diri dari
pertanggungjawaban.
4. Perbuatan itu harus berlawanan dengan hukum
Secara formal perbuatan yang terlarang itu berlawanan perintah undang-undang
itulah perbuatan melawan hukum.
5. Terhadap perbuatan itu harus tersedia ancaman hukuman di dalam undang-undang
Tidak boleh suatu perbuatan dipidana kalau sebelumnya dilakukan belum diatur oleh
Undang- undang. Undang-undang hanya berlaku untuk ke depan dan tidak berlaku
surut. Azas ini dikenal dengan sebutan “Nullum Delictum, Nulla Poena Sine Praevia
Lege Poenali”. Azas ini telah diletakkan pada pasal 1 ayat 1 KUUHP: “Tiada suatu
perbuatan boleh dihukum, melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam
undang-undang, yang terdahulu daripda perbuatan itu”.
C. Tipelogi Kejahatan
Terdapat empat pendekatan dalam menjelaskan latar belakang terjadinya kejahatan, di
2
Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo
antaranya :
1) Pendekatan biogenik; suatu pendekatan yang mencoba menjelaskan sebab atau
sumber kejahatan berdasarkan faktor-faktor dan proses biologis
2) Pendekatan Psikogenik; yang menekankan bahwa para pelanggar hukum memberi
respons terhadap berbagai macam tekanan psikologis serta masalah-masalah
kepribadian yang mendorong mereka untuk melakukan kejahatan.
3) Pendekatan Sosiogenik; yang menjelaskan kejahatan dalam hubungannya dengan
poses- proses dan struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakat atau yang
secara khusus dikaitkan dengan unsur-unsur didalam sistem budaya.
4) Pendekatan Tipologis; yang didasarkan pada penyusunan tipologi penjahat
dalamhubungannya dengan peranan sosial pelanggar hukum, tingkat identifikasi
dengan kejahatan, konsepsi diri, pola persekutuan dengan orang lain yang penjahat
atau yang bukan penjahat, kesinambungan dan peningkatan kualitas kejahatan, cara
melakukan dan hubungan prilaku dengan unsur-unsur kepribadian serta sejauh
mana kejahatan merupakan bagian dari kehidupan seseorang.
3
Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo
4
Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo
5
Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo
2) Aliran Positivisme
Orang yang melakukan kejahatan karena adanya pengaruh lingkungan, seperti
kondisi masyarakat yang semrawut, saling tiru meniru dalam berbagai
pergaulan, faktor lingkungan ekonomi seperti kemisikinan. Semboyan aliran
positivisme ini adalah “bahwa dunia lebih bertanggungjawab terhadap
bagaimana jadinya saya, daripada saya sendiri”. Baik buruknya perangai
seseorang tidak hanya ditentukan oleh dirinya sendiri tetapi lingkungannya ikut
bertanggungjawab atas perbuatannya.
3) Aliran Kombinasi
Mengapa manusia melakukan kejahatan, menurut aliran ini yang dipelopori oleh
murid Lambrosso, Enricco Ferry (1856-2929), bawah kejahatan terletak pada
faktor-faktor Bio-Sosiologi atau Bakat (B) dan Lingkungan (L) yang secara
bersama memberi pengaruh terhadap pribadi dan kondisi seseorang yang pada
saatnya dapat berbuat jahat. Aliran ini lebih menekankan pada
kesalinghubungan dari faktor-faktor sosial, ekonomi, politik, yang
mempengaruhi kejahatan. Menurutnya kejahatan dapat dijelaskan melalui : studi
pengaruh-pengaruh interaktif di antara faktor-faktor fisik (ras, geograpis,
6
Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo