Anda di halaman 1dari 7

Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo

RAGAM GEJALA SOSIAL


“KEJAHATAN”

Pengertian Kejahatan Menurut Para Ahli,


Unsur, Tipologi dan Teori Penyebabnya

A. Pengertian Kejahatan
Kejahatan adalah salah satu bentuk masalah sosial yang dapat merugikan anggota
masyarakat lainnya. Kejahatan merupakan pelanggaran terhadap norma (hukum pidana).
Pelaku kejahatan adalah mereka yang melanggar peraturan atau undang-undang pidana
dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman. Misalnya,
pembunuhan, pencurian, dan penganiayaan.

Secara formal kejahatan dirumuskan sebagai suatu perbuatan yang oleh negara diberi
pidana. Pemberian pidana dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan yang
terganggu akibat perbuatan itu. Keseimbangan yang terganggu itu ialah ketertiban
masyarakat terganggu, masyarakat resah akibatnya. Kejahatan dapat didefinisikan
berdasarkan adanya unsur anti sosial. Berdasarkan unsur itu dapatlah dirumuskan bahwa
kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat
dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.

Terdapat beberapa definisi kejahatan menurut pendapat para ahli, di antaranya :


1. Sutherland, kejahatan adalah perilaku penyimpangan sosial masyarakat yang keluar
dari norma dan nilai sosial, prilaku ini menjadi penentu dalam pelanggaran ketentuan
hukum pidana, sehingga seseorang yang melakukan kejahatan haruslah dihukum
sesuai dengan keteraturan sosial yang berlaku di masyarakat.
2. Soesilo, kejahatan adalah prilaku masyarakat yang melanggar UU (Undang-Undang),
prilaku ini dilihat dari sudut padang sosiologis menyebabkan banyak hilangnya
keseimbangan, ketertiban, dan ketentraman masyarakat sehingga haruslah dilakukan
pengentasan yang efesien melalu penegak hukum yang baik.
3. W.A. Bonger, kejahatan merupakan perbuatan anti sosial yang secara sadar
mendapatkan reaksi dari negara berupa pemberaian derita dan kemudian, sebagai
reaksi-reaksi terhadap rumusan hukum mengenai kejahatan.
4. Sue Titus Reid, kejahatan adalah suatu tindakan sengaja (Ommissi), dalam pengertian
ini seseorang tidak hanya dihukum karena pikirannya, melainkan harus ada suatu
tindakan atau kealpaan dalam bertindak. Dalam hal ini, kegagalan dalam bertindak
dapat juga dikatakan sebagai kejahatan, jika terdapat suatu kewajiban hukum untuk
bertindak dalam kasus tertentu. Disamping itu pula harus ada niat jahat.
5. Richard Quineey, kejahatan adalah suatu rumusan tentang perilaku manusia yang
diciptakan oleh yang berwenang dalam suatu masyarakat yang secara politis
terorganisasi; kejahatan merupakan suatu hasil rumusan perilaku yang diberikan
6. Van Bemmelen, kejahatan adalah tiap kelakuan yang bersifat tidak susila dan
merugikan, yang menimbulkan begitu banya ketidaktenangan dalam suatu
masyarakat tertentu, sehingga masyarakat itu berhak untuk mencelanya dan
menyatakan penolakannya atas kelakuan itu dalam bentuk nestapa dengan sengaja

1
Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo

diberikan karena kelakuan tersebut.


7. J.E. Sahetapy, dalam bukunya Paradoks Kriminologi menyatakan bahwa, kejahatan
mengandung konotasi tertentu, merupakan suatu pengertian dan penamaan yang
relatif, mengandung variabilitas dan dinamik serta bertalian dengan perbuatan atau
tingkah laku (baik aktif maupun pasif), yang dinilai oleh sebagian mayoritas atau
minoritas masyarakat sebagai suatu perbuatan anti sosial, suatu perkosaan terhadap
skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat sesuai
dengan ruang dan waktu.

Dari pendapat tentang kejahatan di atas, maka pengertian kejahatan dapat digolongkan
dalam tiga hal :
1. Pengertian secara praktis (sosiologis); pelanggaran atas norma-norma agama,
kebiasaan, dan kesusilaan yang hidup dalam masyarakat.
2. Pengertian secara religius; pelanggaran atas perintah-perintah Tuhan
3. Pengertian secara yuridis; dilihat dari hukum pidana maka kejahatan adalah setiap
perbuatan atau pelalaian yang dilarang oleh hukum publik untuk melindungi
masyarakat dan diberi pidana oleh negara.

B. Unsur-Unsur Kejahatan
Secara umum, kejahatan harus mencakup unsur-unsur di bawah ini :
1. Harus ada sesuatu perbuatan manusia
Berdasarkan hukum pidana positif yang berlaku di Indoensia, yang dapat dijadikan
subjek hukum hanyalah manusia. Hewan tidak dapat dituduh melanggar hukum,
demikian pula badan hukum. Badan hukum dapat melakukan perbuatan hukum dan
dapat menjadi subjek hukum, akan tetapi badan hukum tidak dapat dituntut hukum
pidana.
2. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam ketentuan pidana
Untuk hal ini perlu diselidiki apakah unsur-unsur yang dimuat didalam ketentuan
hukum itu terdapat di dalam perbuatan.
3. Harus terbukti adanya dosa pada orang yang berbuat.
Untuk dapat dikatakan seseorang berdosa (tentu dalam hukum pidana) diperlukan
adanya kesadaran pertanggungjawaban, adanya hubungan pengaruh dari keadaan
jiwa orang atas perbuatannya, kehampaan alasan yang dapat melepaskan diri dari
pertanggungjawaban.
4. Perbuatan itu harus berlawanan dengan hukum
Secara formal perbuatan yang terlarang itu berlawanan perintah undang-undang
itulah perbuatan melawan hukum.
5. Terhadap perbuatan itu harus tersedia ancaman hukuman di dalam undang-undang
Tidak boleh suatu perbuatan dipidana kalau sebelumnya dilakukan belum diatur oleh
Undang- undang. Undang-undang hanya berlaku untuk ke depan dan tidak berlaku
surut. Azas ini dikenal dengan sebutan “Nullum Delictum, Nulla Poena Sine Praevia
Lege Poenali”. Azas ini telah diletakkan pada pasal 1 ayat 1 KUUHP: “Tiada suatu
perbuatan boleh dihukum, melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam
undang-undang, yang terdahulu daripda perbuatan itu”.

C. Tipelogi Kejahatan
Terdapat empat pendekatan dalam menjelaskan latar belakang terjadinya kejahatan, di

2
Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo

antaranya :
1) Pendekatan biogenik; suatu pendekatan yang mencoba menjelaskan sebab atau
sumber kejahatan berdasarkan faktor-faktor dan proses biologis
2) Pendekatan Psikogenik; yang menekankan bahwa para pelanggar hukum memberi
respons terhadap berbagai macam tekanan psikologis serta masalah-masalah
kepribadian yang mendorong mereka untuk melakukan kejahatan.
3) Pendekatan Sosiogenik; yang menjelaskan kejahatan dalam hubungannya dengan
poses- proses dan struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakat atau yang
secara khusus dikaitkan dengan unsur-unsur didalam sistem budaya.
4) Pendekatan Tipologis; yang didasarkan pada penyusunan tipologi penjahat
dalamhubungannya dengan peranan sosial pelanggar hukum, tingkat identifikasi
dengan kejahatan, konsepsi diri, pola persekutuan dengan orang lain yang penjahat
atau yang bukan penjahat, kesinambungan dan peningkatan kualitas kejahatan, cara
melakukan dan hubungan prilaku dengan unsur-unsur kepribadian serta sejauh
mana kejahatan merupakan bagian dari kehidupan seseorang.

Pengetahuan tentang tipologi penjahat, kejahatan dan kriminalitas sangat diperlukan


bagi usaha untuk merancang pola pencegahan dan pembinaan pelanggar hukum. Dalam
perkembangan ilmu pengetahuan kriminologi telah banyak dilakukan usaha untuk
menggolongkan kejahatan dan penjahat dalam tipe-tipe tertentu. Berikut beberapa
tipologi kejahatan menurut para pakar, di antaranya :
1) Mayhew dan Moreau, mengajukan tipologi kejahatan berdasarkan cara kejahatan
yang dihubungkan dengan kegiatan penjahat, yaitu penjahat profesional yang
menghabiskan masa hidupnya dengan kegiatan-kegiatan kriminal dan penjahat
accidental yang melakukan kejahatan sebagai akibat situasi dan kondisi lingkungan
yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.
2) Lindesmith dan Dunham, membagi penjahat atas penjahat individual yang bekerja
atas alasan pribadi tanpa dukungan budaya dan penjahat sosial yang didukung
norma-norma kelompok tertentu dan dengan kejahatan memperoleh status dan
penghargaan dari kelompoknya.
3) Gibbons dan Garrlty, menyusun pembedaan antara kelompok penjahat yang
seluruh orientasi hidupnya dituntun oleh kelompok-kelompok pelanggar hukum
dengan kelompok penjahat yang orientasi hidupnya sebagian besar dibimbing
oleh kelompok bukan pelanggar hukum.
4) Walter C. Recless, membedakan karir penjahat ke dalam, penjahat biasa, penjahat
berorganisasi dan penjahat profesional. Penjahat biasa adalah peringkat terendah
dalam karir kriminil, mereka melakukan kejahatan konvensional mulai dari
pencurian ringan sampai pencurian dengan kekerasan yang membutuhkan
keterampilan terbatas, juga kurang mempunyai organisasi. Penjahat terorganisasi
umumnya mempunyai organisasi yang kuat dan dapat menghindari penyelidikan,
serta mengkhususkan diri dalam bisnis ilegal berskala besar, Kekuatan, kekerasan,
intimidasi dan pemerasan digunakan untuk memperoleh dan mempertahankan
pengendalian atas kegiatan ekonomi diluar hukum. Adapun penjahat profesional
lebih mempunyai kemahiran yang tinggi dan mampu menghasilkan kejahatan yang
besar dan yang sulit diungkapkan oleh penegak hukum. Penjahat-penjahat jenis ini
mengkhususkan diri dalam kejahatan-kejahatan yang lebih membutuhkan
keterampilan daripada kekerasan.

3
Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo

5) Marshall B. Clinard dan Richard Quinney, memberikan 8 tipe kejahatan yang


didasarkan pada 4 karakteristik, yaitu :
a. Karir penjahat dari si pelanggar hukum
b. Sejauh mana prilaku itu memperoleh dukungan kelompok
c. Hubungan timbal balik antara kejahatan pola-pola prilaku yang sah
d. Reaksi sosial terhadap kejahatan.

Tipologi kejahatan yang mereka susun adalah sebagai berikut :


1. Kejahatan perorangan dengan kekerasan yang meliputi bentuk-bentuk
perbuatan kriminal seperti pembunuhan dan perkosaan, Pelaku tidak
menganggap dirinya sebagai penjahat dan seringkali belum pemah melakukan
kejahatan tersebut sebelumnya, melainkan karena keadan-keadaan tertentu
yang memaksa mereka melakukannya.
2. Kejahatan terhadap harta benda yang dilakukan sewaktu-waktu, termasuk
kedalamnya antara lain pencurian kendaraan bermotor. Pelaku tidak selalu
memandang dirinya sebagai penjahat dan mampu memberikan pembenaran
atas perbuatannya.
3. Kejahatan yang dilakukan dalam pekerjaan dan kedudukan tertentu yang pada
umumnya dilakukan oleh orang yang berkedudukan tinggi. Pelaku tidak
memandang dirinya sebagai penjahat dan memberikan pembenaran bahwa
kelakuannya merupakan bagian dari pekerjaan sehari-hari.
4. Kejahatan politik yang meliputi pengkhianatan spionase, sabotase, dan
sebagainya. Pelaku melakukannya apabila mereka merasa perbuatan ilegai
itusangat penting dalam mencapai perubahan-perubahan yang diinginkan
dalam masyarakat.
5. Kejahatan terhadap ketertiban umum. Pelanggar hukum memandang dirinya
sebagai penjahat apabila mereka terus menerus ditetapkan oleh orang lain
sebagai penjahat, misalnya pelacuran. Reaksi sosial terhadap pelanggaran
hukum ini bersifat informal dan terbatas.
6. Kejahatan konvensional yang meliputi antara lain perampokan dan bentuk-
bentuk pencurian terutama dengan kekerasan dan pemberatan. Pelaku
menggunakannya sebagai part time- Carreer dan seringkali untuk menambah
penghasilan dari kejahatan. Perbuatan ini berkaitan dengan tujuan-tujuan sukses
ekonomi, akan tetapi dalam hal ini terdapat reaksi dari masyarakat karena nilai
pemilikan pribadi telah dilanggar.
7. Kejahatan terorganisasi yang dapat meliputi antara lain pemerasan, pelacuran,
perjudian terorganisasi serta pengedaran narkotika dan sebaigainya. Pelaku yang
berasal dari eselon bawah memandang dirinya sebagai penjahat dan terutama
mempunyai hubungan dengan kelompok-kelompok penjahat, juga terasing dari
masyarakat luas, sedangkan para eselon atasnya tidak berbeda dengan warga
masyarakat lain dan bahkan seringkali bertempat tinggal dilingkungan-
lingkungan pemukiman yang baik.
8. Kejahatan profesional yang dilakukan sebagai suatu cara hidup seseorang.
Mereka memandang diri sendiri sebagai penjahat dan bergaul dengan penjahat-
penjahat lain serta mempunyai status tinggi dalam dunia kejahatan. Mereka
sering juga cenderung terasing dari masyarakat luas serta menempuh suatu karir
penjahat. Reaksi masyarakat terhadap kejahatan ini tidak selalu keras.

4
Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo

6) Bonger, kejahatan dapat digolongkan sebagai berikut: Kejahatan ekonomi, Kejahatan


seksual, Kejahatan agresif, dan Kejahatan politik. Sedang berdasarkan hukum pidana
kita maka tipe penjahat, sebagai berikut :
a. Kejahatan dan pelanggaran mengenai kekayaan
b. Kejahatan dan pelanggaran mengenai nyawa dan tubuh
c. Kejahatan dan pelanggaran mengenai kehormatan orang
d. Kejahatan dan pelanggaran mengenai kesopanan
e. Kejahatan dan pelanggaran mengenai membahayakan keadaan
f. Kejahatan dan pelanggaran menganai kedudukan negara
g. Kejahatan dan pelanggaran mengenai tindakan alat-alat Negara.
Sedangkan tipe jenis penjahat menurut Bonger ada 9, yaitu :
a. The Cassual Offender; Tipe ini sebenarnya belum dapat disebut penjahat, tetapi
pelanggar kecil, seperti tidak pakai lampu pada malam hari atau tidak berjalan
di sisi kiri jalan.
b. The Occasional Criminal ;Orang ini melakukan kejahatan ringan seperti, orang
yang menabrak sehingga korban luka ringan.
c. The Episodic Criminal ;Perbuatannya disebabkan karena emosi yang hebat,
sehingga dia kehilangan kontrol.
d. The Habitat Criminal ;Mereka atau orang yang selalu mengulangi perbuatannya,
seperti pemabok, pengemis. Dan dapat juga digolongkan sebagai residivis.
e. The Professional Criminal ;Pelaku perbuatan ini sebagai mata pencaharian,
karena sifatnya mata pencaharian tentunya banyak terjadi di lapangan ekonomi
seperti penyelundupan, korupsi, penjualan narkotik.
f. Organized Crime ; Para pelaku mengadakan organisasi yang rapi untuk operasi
kejahatan.
g. The Mentally Abnormal Criminal ; Penjahat ini menderita penyakit psikopatis dan
psikotis, penjahat yang mengalami gangguan jiwa.
h. The Nonmalicious Criminal ;Sesuatu perbuatan dinilai sekolompok masyarakat
sebagai kejahatan sedang kelompok lain menyebut bukan kejahatan. Kejahatan
ini bersifat relatif. Ada orang yang menuduh seorang laki’ menyerahkan isterinya
pada tamunya sebagai kejahatan. Hal ini dilakukan sebagai adat istiadat mereka
dalam menyambut tamunya.
i. The White Collar Crime ; Kejahatan yang dilakukan oleh seorang dari upper class
didalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam jabatan, baik di bidang
ekonomi maupun sosial politik dan terutama merupakan pelanggaran atas
kepercayaan dari masyarakat kepadanya. Kerugian yang ditimbulkan bersifat
materi dan immateril. Yang dimaksud immateril timbulnya ketidakpercayaan dan
menurunnya kepercayaan masyarakat kepadanya.

7) Lombrossi, pelaku kejahatan terbagi kepada:


a. Penjahat sejak lahir
b. Penjahat sakit gila
c. Penjahat karena nafsu kelamin
d. Penjahat karena kesempatan :
- Penjahat sejati
- Penjahat karena kebiasaan

5
Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo

8) Sering melihat kejahatan dari motifnya dan membaginya kepada:


a. Penjahat karena enggan bekerja
b. Penjahat kekayaan uang
c. Penjahat agresif
d. Penjahat nafsu seksual
e. Penjahat karena krisis
f. Penjahat yang bereaksi primitif
g. Penjahat karena keyakinan
h. Penjahat karena kurang disiplin
i. Penjahat bentuk campuran

D. Mengapa Manusia Melakukan Kejahatan


1) Aliran Kriminologi Klasik
Menurut aliran ini tidaklah perlu dicari sebab musabab kejahatan, karena setiap
perbuatan yang dilakukan seseorang berdasarkan pertimbangan yang sadar
yang telah diperhitungkan untung dan ruginya. Apabila ia berhasil atas
perbuatannya maka ia untung, tetapi apabila ia gagal dalam perbuatannya dan
terkena hukuman maka ia rugi. Pandangan ini dipengaruhi oleh aliran filsafat
abad 18 yakni hedonisme, Utilitarisme, dan Rasionalisme. Mengapa manusia
melakukan kejahatan, menurut aliran ini pada dasarnya “bahwa setiap individu
telah mempunyai hitungan sendiri-sendiri mengenai untung dan ruginya, dari
perbuatan yang akan dilakukannya itu”.

Aliran klasik menyebut ajarannya sebagai Hedonistic Psychology, bahwa


manusia mengatur tingkah lakunya atas dasar pertimbangan suka dan duka yang
diperoleh dari tindakan tertentu dibandingkan dengan duka yang diperoleh dari
tindakan yang sama, si penindak (pelaku kejahatan) diperkirakan bertindak bebas
dan menentukan pilihannya berdasarkan perhitungan hedonitas.

2) Aliran Positivisme
Orang yang melakukan kejahatan karena adanya pengaruh lingkungan, seperti
kondisi masyarakat yang semrawut, saling tiru meniru dalam berbagai
pergaulan, faktor lingkungan ekonomi seperti kemisikinan. Semboyan aliran
positivisme ini adalah “bahwa dunia lebih bertanggungjawab terhadap
bagaimana jadinya saya, daripada saya sendiri”. Baik buruknya perangai
seseorang tidak hanya ditentukan oleh dirinya sendiri tetapi lingkungannya ikut
bertanggungjawab atas perbuatannya.

3) Aliran Kombinasi
Mengapa manusia melakukan kejahatan, menurut aliran ini yang dipelopori oleh
murid Lambrosso, Enricco Ferry (1856-2929), bawah kejahatan terletak pada
faktor-faktor Bio-Sosiologi atau Bakat (B) dan Lingkungan (L) yang secara
bersama memberi pengaruh terhadap pribadi dan kondisi seseorang yang pada
saatnya dapat berbuat jahat. Aliran ini lebih menekankan pada
kesalinghubungan dari faktor-faktor sosial, ekonomi, politik, yang
mempengaruhi kejahatan. Menurutnya kejahatan dapat dijelaskan melalui : studi
pengaruh-pengaruh interaktif di antara faktor-faktor fisik (ras, geograpis,

6
Sosiologi Kelas X SMA Negeri Tugumulyo

temparatur); faktor-faktor sosial (umur, jenis kelamin, variabel-variabel


psikologis); kejahatn juga dapat dibatasi dengan perubahan-perubahan sosial
(subsidi perumahan, kontrol kelahiran, kebebasan menikah, dan bercerai).

Anda mungkin juga menyukai