FAKULTAS HUKUM
KAUSA KEJAHATAN
Oleh
Uyun Saepul Uyun.S.H.,M.H
2020
KATA PENGANTAR
Penulis,
2020
DAFTAR ISI
Pembukaan
Kata Pengantar
A. Pendahuluan…………………………………………..
B. Kejahatan.............................................................
FAKULTAS HUKUM
tentang
A. PENDAHULUAN
Kriminologi adalah keseluruhan pengetahuan
yang membahas mengenai kejahatan sebagai gejala
sosial. Termasuk didalam lingkungan pembuatan
undang-undangan, pelanggaran undang-undang, dan
reaksi terhadap pelanggaran undang-undang. Dengan
adanya proses ini meliputi tiga aspek yang merupakan
suatu kesatuan hubungan-hubungan sebab akibat
yang saling mempengaruhi.
Tindakan tertentu yang tidak disetujui oleh
masyarakat sebagai organisasi politik dianggap
sebagai kejahatan. Namun meskipun demikian
beberapa orang masih dan terus saja melakukan
perbuatan yang dikatakan sebagai kejahatan, yang
mengakibatkan adanya reaksi dari lingkungan
masyarakat atau hukuman terhadap hal tersebut,
bahkan pula lingkungan masyarakat melakukan
penanggulangan atau pencegahan terhadap adanya
perbuatan kejahatan. Hal tersebut merupakan bahan
pengkajian dalam bidang kriminologi.
Dalam pengkajian kriminologi tersebut terdapat
bagian ilmu utama yang mempengaruhi yaitu :
1. Sosiologi hukum
Yang merupakan usaha penganalisaan ilmiah
tentang kondisi sosial yang mempengaruhi
perkembangan hukum pidana yang jarang-jarang
dimuat didalam buku-buku umum tentang
kriminologi;
2. Etiologi kejahatan
Merupakan usaha penganalisaan ilmiah tentang
sebab-sebab timbulnya kejahatan;
3. Penologi
Bersangkutan dengan pengontrolan mengenai
kejahatan, namun bagian ini mencakup pula
banyaknya metode yang dilakukannya bukan
dalam ruang lingkup pidana.
Dengan adanya pengkajian kriminologi
mengenai ruang lingkup tentang kejahatan, maka
kriminologi memiliki tujuan berupa menciptakan
perkembangan suatu kesatuan asas-asas yang
umum dan terperinci dan bentuk-bentuk
pengetahuan lainnya meliputi proses-proses
perundang-undangan, kejahatan dan
penanggulangan atau pencegahan terhadap
kejahatan tersebut.
B. KEJAHATAN
Apabila kita berbicara dan mendengar tentang
kalimat kejahatan, tentunya hal tersebut berbicara
tentang pelanggaran norma, perilaku yang merugikan,
perilaku yang membuat orang lain jengkel, dan yang
mengakibatkan adanya korban serta pelakunya.
Dalam pembahasan ini mengenai pendefinisian kejahatan
dibagi kedalam dua bagian, antara lain :
1. Secara Yuridis ;
Segala tingkah laku manusia yang bertentangan
dengan hukum, dapat dipidana yang diatur dalam
hukum pidana
2. Secara Kriminologi ;
Tindakan atau perbuatan tertentu yang tidak disetujui
oleh masyarakat dapat diartikan sebagai suatu
kejahatan.
Sedangkan pendefinisian tentang kejahatan menurut para
ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
1. W.A. Bonger :Kejahatan merupakan perbuatan
yang anti sosial yang secara sadar mendapatkan
reaksi dari negara berupa pemberian derita dan
merupakan reaksi terhadap rumusan hukum.
2. Sutherland :
Kejahatan adalah prilaku yang dilarang oleh negara
karena merugikan, dan terhadapnya negara
bereaksi dengan hukuman sebagai upaya untuk
mencegah dan memberantasnya.
3. Howard Backer :
Kejahatan adalah perilaku yang menyimpang
bukanlah suatu kualitas tindakan melainkan
akibat dari penerapan cap / label terhadap perilaku
tersebut.
1
Sellin
meskipun adanya reaksi yang lain dari kelompol
lainnya diluar kelompoknya sendiri.
Penyebab lain dari adanya disorganization ini
disebabkan kareana organisasi masyasrakat yang
lebih dahulu telah menghilang atau sedang dalam
proses menghilang.
Dan hal tersebut apabila dibandingkan dengan
budaya barat, maka akan diiukuti oleh ideologi
kejahatan, dan hal ini berarti bahwa masyarakat
telah terorganisir dimana anggota masyarakat itu
telah dapat memilih mana norma-norma yang
berlaku.
Contohnya : penerimaan uang dalam jumlah besar
(white collor crime) yang tidak biasanya atau tidak
semestinya diterima dan didapatkan.
2. Individualisme politik dan ekonomi.;
Sikap dan ideologi yang berkembang secara
bersama-sama dengan revolusi industri dan
revolusi demokrasi sangat berlawanan dengan
ajaran pemerintah dan badan-badan pemerintah
lainnya.
Individualisme ekonomi dan politik hanya
bermanfaat untuk melawan larangan-larangan
dari sistem feodalisme serta absolut, tapi
individualistis ini hanya bersifat negatif, akibatnya
kekuasaan undang-undang menjadi relatif,
tergantung pada keyakinan dan kepercayaan
ideologinya.
Sebagaimana adanya doctrin : sama dan sederajat
yang berarti setiap orang harus bersaing melawan
semua pendatang, meskipun hal ini akan
menimbulkan kerugian dalam keadaan sosial
ekonominya.
3. Mobility / gerak masyarakat.
Dalam hal point ini, sejajar seperti halnya revolusi
industri dan revolusi dekomrasi, yang paling
mencolok sejalan dengan ideologi individualistis
dan pada waktu yang bersamaan bertentangan
dengan politik absolut.
Mobilitas dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Mobilitas horizontal, yaitu gerak
kemasyarakatan yang berkenaan dengan ruang
geografis.
Misalnya : migrasi. Dll.
Akibat dari hal tersebut yaitu, adanya
pertukaran perbuatan dari kesatuan setempat
keseluruh negara bahkan seluruh dunia dalam
bentuk perdagangan, bepergian dan lainnya.
b. Mobilitas vertikal, yaitu gerak kemasyarakatan
yang tidak berhubungan dengan masalah
pindahan tempat,
Misalnya dari petani menjadi guru atau
pedagang, yang mana hal ini menimbulkan
renggangnya ikatan keluarga lainnya dan
tempat dari lingkungannya.
Dengan adanya kedua hal tersebut,
menyatakan bahwa mobilitas mempengaruhi
semua orang dalam masyarakat modern, dan tidak
hanya pada mereka, yang tidak tetap tinggal pada
waktu terjadinya kejahatan.
4. Culture conflict;
Hal ini dipergunakan untuk menjelaskan keadaan
masyarakat dengan ciri-ciri :
a. Kurangnya ketetapan dalam pergaulan hidup
b. Sering terjadinya pertemuan norma-norma dan
berbagai daerah yang satu dengan yang lain
berlainan, bahkan bertentangan.
Naik turunnya kejahatan, tergantung kepada keadaan
masyarakat, pergaulan dimasyarakat, keadaan politik,
ekonomi, kebudayaan, dan keadaan keluarga.
Dan hal tersebut apabila dilihat mengenai intenstas
kejahatan akan terlihat dengan banyaknya kenakalan-
kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak, maupun
adanya perubahan terhadap norma.
Dalam keterangannya Bonger mengemukakan
mengenai beberapa unsur penyebab terjadinya kejahatan
yaitu :
1. Faktor Kesengsaraan
Didalam buku karangan G Vo Mayr yaitu
Criminology and Economic Conditions
mengemukakan bahwa di 18 negara didunia, faktor
terjadinya kejahatan dapat dibuktikan disebabkan
oleh adanya faktor ekonomi, yang mengakibatkan
banyaknya pengangguran-pengangguran yang
mengakibatkan daya rusak yang sangat kuat
diseluruh aspek lapangan, termasuk kedalam
kejahatan kesusilaan.
2. Faktor keterlantaran anak-anak
Pentingnya pengaruh lingkungan masyarakat
dimana anak-anak tinggal, sebagaimana
dikemukakan oleh Errico ferry bahwa rumusan dari
kejahatan adalah K = (B+L)+L.
Dan factor yang utama dalam kejahatan adalah
adanya faktor Lingkungan yang mendominasi
terjadinya kejahatan.
Dierasa masa perang dunia ke 2 maupun pada
zaman revolusi prancis terdapat banyak anak-anak
yang terlantar yang disebabkan terjadinya
peperangan, dan melahirkan banyaknya anak-anak
yang terlantar akibat peristiwa tersebut, sehingga
anak-anak tersebut tanpa bimbingan, tanpa
arahan dari orang tua maupun lingkungan yang
baik, mereka berusaha mempertahankan hidupnya
dengan melakukan perbuatan pelanggaran norma.
3. Faktor nafsu ingin Memiliki
Factor tersebut merupakan unsur sosiologis akan
terjadinya kejahatan, dan terhadap bentuk tersebut
terdapat bentuk peralihan.
Sepertihalnya, nafsu ingin memiliki karena factor
untuk mempertahankan hidup, dan factor untuk
memiliki yang didasari oleh Hasrat ingin memiliki
untuk kesenangan atau mewah-mewahan.
4. Faktor peperangan
perang berakibat timbulnya kesengsaraan dan
banyaknya kekurangan yang hebat yang dialami
masyarakat, timbulnya demoralisasi, terlantarnya
anak-anak, kekurangan makanan, yang semua itu
mengakibatkan timbulnya berbagai kejahatan
dengan cara yang berbeda-beda.
5. Factor rendahnya budi pekerti
Faktor ini disebabkan oleh kurangnya perhatian
masyarakat terhadap norma-norma yang berlaku,
termasuk rendahnya Pendidikan dan pengetahuan,
yang berakibat kepada seseorang maupun
kelompok untuk melakukan kejahatan, dan hal
tersebut disebabkan oleh kurangnya control sosial
dari lingkungan
6. faktor alkoholisme
faktor ini masih menduduki posisi yang cukup
besar dan beragam yang mempengaruhi terhadap
adanya kejahatan, dipandang secara Forensik
Psikiatris, terdapat perbedaan antara
penyalahgunaan secara chronic dan secara acout
yakni :
secara chronic selalu dipandang sebagai suatu cara
pernyataan dari jiwa yang terganggu, yang dengan
sendirinya akan menambah kelainan baru dengan
berbagai ragam pada yang telah ada sebelumnya,
dan dapat menimbulkan berbagai jenis tindak
kejahatan.
Secara acout adalah gejala minum berkala sehingga
mabuk memang mempunyai sifat patologis, dan
terhadap alkoholisme jenis ini, amat berbahaya
bagi pelakunya yang dengan tiba-tiba tidak
sadarkan diri dan bersifat agresif dan berakibat
melakukan tindak kejahatan
dengan adanya kedua jenis alkohlime tersebut
bahwa masalah mabuk memiliki sifat psycho
pathologis,
D. HUBUNGAN KEJAHATAN DENGAN FALL TUBUH
Meskipun kejahatan menurut perumusan adalah
suatu gejala sosial, dan juga selama berabad-abad orang-
orang menganut faham bahwa kejahatan merupakan
perbuatan yang dilakukan hasil daripada sebab-sebab
yang anti sosial.
Hal tersebut telah dinyatakan dalam berbagai
karangan dan studi penyelidikan dalam perbandingan
antara kejahatan yang dilakukan dengan jumlah
penduduk (Crime Rate), dan keadaan alam tertentu serta
dalam hubungan kejahatan dengan aspek tertentu dari
susunan biologis dari sipenjahat.
Dalam kenyataannya telah dibedakan antara
penjahat yang ditahan dengan penjahat yang dituntut,
dan pejabat sebagai penjahat serta penjahat yang bukan
pejabat.