Muhammad Fajrin
NPM : 2018910049
2019
A. MAKNA KEBIJAKAN KRIMINAL
Kebijakan criminal bisa diartikan sebagai suatu perilaku dari semua pemeran
untuk menetapkan suatu perbuatan sebagai bentuk tindakan pidana dengan tujuan-tujuan
tertentu, yaitu untuk mencapai kesejahteraan dan melindungi masyarakat pada
umumnya. Dengan demikian, hal ini berefek pada pembentukan atau pengoreksian
terhadap undang-undang dimana perbuatan tersebut diancam dengan sanksi yaitu berupa
pidana.
Kebijakan criminal, selalu berkaitan dengan tiga hal pokok, yakni: pertama, ialah
keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran
hukum yang berupa pidana. Kedua, ialah keseluruhan fungsi dari aparatur penegak
hukum, termasuk didalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi. Ketiga, ialah
seluruh kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan –badan
resmi, yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat.
Sehingga dapat dipahami bahwa politik criminal merupakan” suatu usaha yang rasional
dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan.(the rational organization of the
control of crime by society)
Masyarakat yang sakit, masyarakat yang penuh patologi merupakan rahim yang
produktif melahirkan aneka ragam penjahat. Apabila penjahat dibiarkan sebagai limbah
masyrakat, dengan demikian masyarakat ibarat penghasil wabah. Manusia-manusia
pelaku
kejahata, mereka berada dalam situasi crisis of individual identity.
Hukum pidana dapat juga disebut sebagai alat pencegah yang ekonomis. Karena
hukum pidana itu, benar-benar mempunyai syarat sebagai alat pencegah, dan hukum
pidana timbulnya keadaan-keadaan yang lebih berbahaya atau merugikan, dari pada hal
yang terjadi, bilamana hukum pidana itu tidak dilaksanakan. Untuk mewujudkan
kebijakan suatu sanksi pidana dapat melalui tiga tahap, yaitu: penetapan pidana oleh
pembuat undang-undang. Tahap pemberian atau penjatuhan pidana oleh pengadilan.
Tahap pelaksanaan oleh pelaksana pidana yakni aparat eksekusi pidana. Dalam hukum
pidana, selain unsure kesalahan melawan hukum, maka penting pula untuk
menhjerumuskan atau menetapkan suatu perbuatan sebagai tindak pidana yaitu
subsosialitas sehingga menempatkan ilmu hukum pidana ketataran sosial politik.
Hubungan yang erat antara hukum dan politik , telah terjadi intervensi politik
terhadap hukum dalam realitanya, hukum tidak steril dari subsistem kemasyarakatan
lainnya. Politik seringkali melakukan intervensi terhadap perbuatan dan pelaksanaan
hukum. Produk legislasi adalah produk politik, hasil tarik menarik berbagai kepentingan
politik yang mengejewantah dalam produk hukum. Hukum adalah instrumentasi dari
putusan atau keinginan politik sehingga pembuatan indang-undang sarat dengan
kepentingan-kepentingan tertentu. Keadaan ini sulit dihindari karena mengingat
kedudukan hukum yang langsung bersentuhan dengan negara. Sistem hukum di
Indonesia, Undang-undang merupakan prodeuk legislasi, sehingga peran politik sangat
kental.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhri Syaiful, Kebijakan Kriminal Dalam Perspektif Pembaruan Sistem Peradilan Pidana
Indonesia, Total Media, Jakarta, 2010, Hlm 13-45