Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gilang Sakana Z

NIM : 16010000048

Jawaban UTS KRIMINOLOGI

1.
a) Dalam kriminologi, "crime" (kejahatan) dapat diartikan sebagai tindakan atau perilaku
yang melanggar norma-norma atau aturan hukum yang berlaku dalam suatu
masyarakat. Definisi kejahatan ini didasarkan pada nilai-nilai sosial, budaya, dan
moral yang ada dalam suatu masyarakat, sehingga dapat berbeda-beda di setiap
negara atau budaya. Dalam kriminologi, kejahatan dapat dipelajari dan dipahami
melalui berbagai teori, seperti teori kontrol sosial, teori labeling, teori anomie, dan
sebagainya. Sementara itu, dalam hukum pidana, "crime" (kejahatan) diartikan
sebagai tindakan yang melanggar norma atau aturan hukum pidana yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hukum pidana, kejahatan dibagi menjadi
berbagai kategori, seperti kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan terhadap
negara, kejahatan terhadap keamanan masyarakat, dan sebagainya. Pemerintah
memiliki wewenang untuk menentukan jenis-jenis kejahatan dan mengatur sanksi
atau hukuman bagi pelaku kejahatan.
b) Dalam kriminologi, mempelajari mazhab merupakan hal yang penting. Mazhab
merujuk pada pendekatan atau teori-teori yang digunakan untuk memahami
fenomena kejahatan dan perilaku kriminal. Memahami berbagai mazhab kriminologi
dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang penyebab kejahatan,
pengendalian kejahatan, dan cara-cara mengurangi tingkat kejahatan dalam
masyarakat.

2.
a) Dalam konteks hukum pidana dan kriminologi, kausalitas mengacu pada hubungan
sebab-akibat antara suatu tindakan atau peristiwa dengan konsekuensi yang timbul.
Konsep kausalitas merupakan elemen penting dalam memahami tanggung jawab
pidana seseorang serta penyebab terjadinya perilaku kriminal. Dalam sudut pandang
hukum pidana, kausalitas menjadi dasar dalam menentukan apakah seseorang dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum atas tindakan kriminal yang dilakukannya.
Untuk menetapkan tanggung jawab pidana, biasanya diperlukan bukti adanya
hubungan kausal antara tindakan pelaku dan akibat yang timbul. Dalam konteks ini,
prinsip "but-for causation" (jika bukan karena tindakan pelaku, akibat tidak akan
terjadi) dan prinsip "proximate causation" (hubungan kausal langsung antara
tindakan pelaku dan akibat yang timbul) sering digunakan. Jika hubungan kausal
tersebut dapat dibuktikan, pelaku dapat dianggap bertanggung jawab atas tindakan
kriminal yang dilakukannya. Dalam kriminologi, kausalitas digunakan untuk
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejahatan. Kausalitas dalam
konteks kriminologi melibatkan identifikasi dan pemahaman tentang faktor-faktor
penyebab kejahatan. Studi kriminologi sering kali berfokus pada mencari faktor-
faktor risiko atau faktor perlindungan yang berkaitan dengan perilaku kriminal. Dalam
hal ini, kausalitas dapat membantu dalam memahami sejauh mana suatu variabel
atau faktor tertentu berkontribusi terhadap kejahatan, baik secara langsung maupun
melalui hubungan yang kompleks dengan faktor-faktor lainnya. Namun, penting
untuk dicatat bahwa pemahaman kausalitas dalam hukum pidana dan kriminologi
memiliki perbedaan. Dalam hukum pidana, fokusnya lebih pada menentukan
hubungan sebab-akibat yang dapat menetapkan tanggung jawab pidana seseorang.
Sementara itu, dalam kriminologi, kausalitas digunakan untuk menganalisis dan
memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejahatan secara umum,
dengan tujuan pengembangan strategi intervensi dan pencegahan kejahatan. Dalam
kedua konteks tersebut, pemahaman tentang kausalitas penting untuk
mengembangkan kebijakan hukum yang efektif dan memahami fenomena kejahatan
secara holistik.
b) Kriminalisasi dan dekriminalisasi merujuk pada dua pendekatan yang
berlawanan terkait dengan penanganan hukum terhadap suatu tindakan atau
perilaku tertentu. Berikut adalah perbedaan antara kriminalisasi dan
dekriminalisasi. Kriminalisasi: Kriminalisasi merujuk pada proses menjadikan
suatu tindakan atau perilaku sebagai tindak pidana atau kejahatan yang dapat
dituntut secara hukum. Dalam konteks ini, pemerintah atau badan hukum
menetapkan undang-undang dan peraturan yang membuat suatu tindakan
ilegal dan dapat mengakibatkan sanksi pidana. Kriminalisasi menempatkan
fokus pada penindakan hukum terhadap pelanggar melalui proses peradilan
pidana, yang melibatkan penyelidikan, penuntutan, dan potensi hukuman.
Contoh kriminalisasi adalah ketika suatu negara membuat undang-undang
yang melarang atau menjadikan suatu tindakan seperti pencurian,
pembunuhan, atau pengedaran narkotika sebagai tindak pidana. Dalam kasus
kriminalisasi, pelanggar dapat dihukum secara pidana sesuai dengan undang-
undang yang berlaku. Dekriminalisasi, di sisi lain, merujuk pada penghapusan
atau penurunan status pidana suatu tindakan atau perilaku yang sebelumnya
dianggap sebagai tindak pidana. Dalam konteks dekriminalisasi, pemerintah
atau badan hukum mengubah undang-undang untuk mengurangi sanksi
pidana atau menggantinya dengan sanksi non-pidana, seperti denda atau
pengawasan. Contoh dekriminalisasi adalah ketika suatu negara mengubah
hukum terkait penggunaan narkotika, di mana penggunaan pribadi atau
kepemilikan dalam jumlah kecil tidak lagi dianggap sebagai tindak pidana,
tetapi mungkin masih dikenai sanksi administratif atau denda. Dalam kasus
dekriminalisasi, fokusnya adalah pada perlakuan non-pidana, seperti
rehabilitasi atau pendekatan kesehatan masyarakat, alih-alih menghukum
secara pidana.m Perbedaan utama antara kriminalisasi dan dekriminalisasi
terletak pada status hukum suatu tindakan atau perilaku dalam sistem
perundang-undangan. Kriminalisasi menjadikan tindakan tersebut sebagai
tindak pidana, sementara dekriminalisasi mengurangi atau menghilangkan
sifat pidana dari tindakan tersebut.
3. Dalam Pasal 44 KUHP menyatakan bahwa seseorang tidak dapat dipidana jika pada saat
melakukan tindakan tersebut ia berada dalam keadaan yang tidak sadar atau tidak
dapat mengendalikan dirinya akibat suatu gangguan jiwa atau penyakit mental yang
berat. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya kebijakan hukum yang tidak adil
terhadap orang yang secara objektif tidak dapat bertanggung jawab atas tindakan
kejahatan yang dilakukannya karena adanya gangguan jiwa atau penyakit mental
yang berat.

4. Saya coba analisis kejahatan pencurian menggunakan pendekatan kriminologi. Pencurian


merupakan salah satu kejahatan yang umum terjadi di masyarakat, dan kriminologi
dapat membantu kita memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
terjadinya kejahatan ini. Berikut adalah analisis pencurian dengan pendekatan
kriminologi:
a) Faktor Sosial-Ekonomi: Faktor sosial-ekonomi memainkan peran penting dalam
terjadinya pencurian. Kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan sosial
ekonomi dapat mempengaruhi seseorang untuk terlibat dalam kejahatan seperti
pencurian. Kriminologi dapat menganalisis bagaimana kondisi sosial-ekonomi
yang tidak seimbang mempengaruhi tingkat pencurian di suatu daerah atau
komunitas tertentu.
b) Teori Kesempatan: Teori kesempatan dalam kriminologi menyatakan bahwa
kejahatan terjadi ketika ada kesempatan yang memungkinkan individu untuk
melakukan tindakan kriminal. Dalam kasus pencurian, faktor-faktor seperti
kelemahan pengamanan, kurangnya pengawasan, atau kesempatan yang mudah
untuk mendapatkan keuntungan material tanpa risiko yang signifikan dapat
mendorong seseorang untuk melakukan pencurian.
c) Perilaku Imitasi: Faktor sosial juga dapat mempengaruhi terjadinya pencurian
melalui perilaku imitasi. Jika seseorang melihat orang lain sukses dalam
melakukan pencurian dan lolos dari hukuman, itu dapat menjadi motivasi bagi
mereka untuk meniru perilaku tersebut. Studi dalam kriminologi dapat membantu
memahami bagaimana faktor sosial dan proses pembelajaran sosial
memengaruhi terjadinya pencurian.
d) Lingkungan Fisik: Lingkungan fisik juga dapat berperan dalam terjadinya
pencurian. Contohnya, lingkungan yang kurang terang, minim pengawasan, dan
desain rumah atau bangunan yang tidak efektif dalam mencegah akses masuk
yang tidak sah dapat meningkatkan risiko pencurian. Kriminologi mempelajari
bagaimana desain lingkungan dapat mempengaruhi tingkat kejahatan dan
memberikan wawasan untuk mencegah pencurian melalui perencanaan tata kota
yang lebih baik.
e) Sistem Peradilan Pidana: Kriminologi juga melibatkan analisis terhadap respons
hukum terhadap pencurian. Efektivitas sistem peradilan pidana, pemantauan
kejahatan, dan hukuman yang diberikan dapat mempengaruhi tingkat pencurian.
Penelitian dalam kriminologi dapat memberikan informasi tentang kebijakan yang
lebih efektif dalam penegakan hukum dan pencegahan kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai