Anda di halaman 1dari 4

ULANGAN TENGAH SEMESTER

KRIMINOLOGI
NAMA : CLARA WAHYU PUSPITASARI
NIM : E0019087
KELAS : KRIMINOLOGI KELAS H
DOSEN PEMBIMBING : WINARNO BUDYATMOJO, S.H., M.S.
1. Hubungan antara kriminologi dengan hukum pidana
Kriminologi sesungguhnya tidak terlepas dari pelaksanaan Hukum Pidana,
dimana kriminologi memberikan hasil-hasil penyelidikannya untuk menunjang
hukum pidana dan membuktikan bahwa kasus-kasus yang tidak diatur dalam
hukum pidana sama sekali tidak dapat diabaikan. Hasil-hasil penelitian
kriminologi dapat membantu pemerintah dalam menangani masalah kejahatan,
terutama melalui hasil-hasil penelitian etiologi kriminal (mempelajari kausa
kejahatan) dan penologi (mempelajari aspek pemidanaan bagi terpidana).
Penelitian kriminologi dapat membantu pembuat undang-undang dalam hal
kriminalisasi atau dekriminalisasi. Sehingga Kriminologi dapat disebut sebagai
alat bantu untuk menyelesaikan sebuah tindak pidana dalam menyelesaikan
sebuah tindak kejahatan untuk mencapai sebuah hukum pidana.
2. Kasus atau fenomena yang membuktikan bahwa kriminologi merupakan sebuah
sumbangsih ilmu bagi perkembangan hukum pidana
Ketika seorang pembunuh bayaran menembakkan pistolnya dan persis
mengenai kepala korban, lalu korban mati, secara medis dapat dengan mudah
dibuktikan matinya korban karena peluru yang bersarang di otaknya. Masuknya
peluru sebagai akibat dari perbuatan pembunuh bayaran tersebut. Sekalipun
demikian, dalam banyak kasus matinya seseorang bisa disebabkan oleh beberapa
faktor. Perbuatan yang mengakibatkan kematian ini harus ditemukan, apakah
karena perbuatan fisik yang dilakukan oleh pelaku, atau ada sebab-sebab lain
yang menimbulkan kematian pada korban. Namun, tidak semua tindak pidana
pembunuhan dapat dibuktikan dengan mudah, karena dalam beberapa kasus
perbuatan yang menimbulkan kematian pada korban tidak muncul seketika,
namun ada jeda, atau rantai yang menghubungkan antara satu perbuatan dengan
perbuatan lain atau ada keadaan lain yang menimbulkan  kematian. Dengan
demikian kriminologi menyelesaikan dalam menemukan perbuatan yang
mengakibatkan kematian itu. Setelah menemukan beberapa faktor yang dapat
menyebabkan motif pembunuhan tersebut, kemudian dapat dikategorikan sebagai
tindak kejahatan hukum pidana.
3. Faktor pemicu perkembangan kriminologi
a. Ketidakpuasan terhadap hukum pidana, hukum acara pidana dan sistem
penghukuman
Menentang tindakan sewenang-wenang dalam penjatuhan hukuman yang
kejam dan masyarakat merasa tidak terlindungi dari kejahatan.
b.  Penerapan metode statistic
Dengan melihat jumlah angka kematian dan kelahiran (statistic).
Semakain banyak penduduk, semakin tinggi angka kejahatan. Kejahatan
dapat diberantas dengan memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat dengan
cara menyeimbangkan angka kelahiran dan kematian.
4. Aliran kriminologi
a. Aliran klasik-neo klasik
Aliran klasik
Aliran ini mendasarkan pandangan bahwa inteligensi dan rasionalitas
merupakan ciri fundamental manusia dan menjadi dasar bagi penjelasan
perilaku manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Individu
melakukan tindakan berdasarkan pertimbangan kesenangan dan kesusahan.
Intelegensi membuat individu mampu mengarahkan dirinya dalam arti bahwa
dia adalah penguasa nasibnya dengan kata lain bahwa manusia bertindak
hedonisme. Dalam sebuah persamaan hukum, penerapan sanksi sebagai
usaha preventif lahirnya kejahatan.
Aliran neo klasik
Aliran neo klasik doktrin dasarnya tetap, yakni inteligensi dan
rasionalitas merupakan ciri fundamental manusia. Manusia adalah makhluk
yang mempunyai rasio yang berkehendak bebas dan bertanggung jawab atas
tindakan-tindakannya, serta dapat dikontrol oleh rasa ketakutannya terhadap
hukuman.
b. Aliran positifis
Dasar aliran positivisme adalah konsep tentang multiple factor causation
(sejumlah penyebab) kejahatan, yakni faktor alami atau yang dibawa manusia
dan dunianya yang sebagian bersifat biologis dan sebagian karena pengaruh
lingkungan. Perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor di luar
kontrolnya, yang dapat berupa faktor biologis maupun faktor kultural.
Manusia berubah bukan semata-mata akan intelegensinya akan tetapi melalui
proses yang berjalan secara perlahan-lahan dari aspek biologinya dan evolusi
kultural.
c. Aliran kritis
Kriminologi kritis mempelajari proses-proses dimana kumpulan tertentu
dari orang-orang dan tindakan-tindakan ditunjuk sebagai kriminal pada
waktu dan tempat tertentu. Kriminologi kritis berpendapat bahwa fenomena
kejahatan sebagai konstruksi sosial, artinya apabila masyarakat
mendifinisikan tindakan tertentu sebagai kejahatan maka orang-orang
tertentu memenuhi batasan sebagai kejahatan. Kejahatan dan penjahat
bukanlah fenomena yang berdiri sendiri, namun dapat dipelajari secara
obyektif, sebab ada di dalam dan dinyatakan oleh masyarakat. Kriminologi
kritis juga mempelajari perilaku dari agen-agen kontrol sosial tertentu
sebagai kejahatan.
5. Born Criminal
Teori tentang born criminal menyatakan bahwa penjahat adalah suatu bentuk
yang lebih rendah dalam kehidupan, lebih mendekati nenek moyang mereka yang
mirip kera dalam hal sifat bawaan dan watak dibanding mereka yang bukan
penjahat. Born criminal yaitu orang yang memang sejak lahir berbakat menjadi
penjahat dalam arti orang tersebut dilahirkan dengan membawa serta bakat-bakat
tersebut. Jika bakat seseorang itu jahat, kapan saja dia bisa cenderung jahat.
Sebab bakat jahat sudah ada sejak lahir dan bukan karena pengaruh lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai