Anda di halaman 1dari 8

RESUME

ALIRAN-ALIRAN DAN TEORI TEORI DALAM KRIMINOLOGI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Kriminologi Semester 3 Tahun Ajaran 2020/2021

Dosen Pengampu :

Dr. Lili Halimah, M.Pd. & Ernandia Pandikar S.E.,M.Pd..

Disusun oleh :

Denisa Melianti 19500036

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PASUNDAN CIMAHI
ALIRAN-ALIRAN DAN TEORI TEORI DALAM
KRIMINOLOGI

1.1 Aliran- Aliran Kriminologi


Di dalam kriminologi terdapat beberapa aliran kriminologi diantaranya :
1. Aliran Klasik
Aliran klasik merupakan kelompok pemikir tentang kejahatan dan
hukuman pada abab ke-18 dan awal abad ke-19. Cesare Beccaria dan Jeremy
Bentram, mereka mempunyai gagasan yang sama dengan menyatakan bahwa
perilaku criminal bersumber dari sifat dasar manusia sebagai makhluk
hedonistic dan rasinonal. Bentham menyatakan pula hukum pidana jangan
dijadikan sarana pembalasan tetapi untuk mencegah kejahatan.
Manusia dikatakan makhluk hedonistic karena manusia cenderung
bertindak demi kepentingan diri. Manusia sebagai makhluk rasional karena
seluruh makhluk hidup membentuk konsep menggunakan ketentuan rasional.
Rasional itu sendiri adalah suatu sikap yang dilakukan berdasarkan pikiran dan
pertimbangan yang logis dan cocok dengan akal sehat manusia. Jadi menurut
aliran ini seorang individu tidak hanya hedonis tetapi juga rasional. Pemikiran
ini memberikan mereka tingkat kebebasan tertentu dalam memilih tindakan
yang akan diambil apakah melakukan kejahatan atau tidak.
Menurut teori ini konsep keadilan adalah suatu hukuman yang pasti
untuk perbuatan-perbuatan yang sama tanpa memperhatikan sifat si pembuat
dan tanpa memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa yang memaksa
terjadinya perbuatan tersebut.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa aliran klasik ini merupakan sebuah
pemikiran yang dimana manusia merupakan makhluk yang memiliki kehendak
bebas. Dalam bertingkah laku manusia memiliki kemampuan untuk
memperhitungkan tindakan berdasarkan keinginanya ( hedonisme).

2. Aliran Positif
Aliran positif pada abad ke-19 bertitik tolak pada Paham determinisme
tentang manusia. Paham ini menggantikan doktrin kebebasan berkehendak ( the
doctrine of free will). Pada aliran ini manusia dipandang tidak mempunyai
kebebasan berkehendak tetapi di pengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal
manusia itu sendiri. Ada tiga segmen teori dalam aliran positif :
 Bersifat biologis: pemikiran lambrosian mengenai ciri fisik penjahat.
 Bersifat psikologis: tentang psychological factors antara lain
neuroticism, psychoyicism, psychopathic yang menyebabkan seseorang
cenderung melakukan kejahatan.
 Social positivism: terdapat pada pemikiran Adolphe Queteelet Rawson,
Henry Mayhew, dan Durkheim mengenai Societal Factors antara lain
proverti, memberhip of subcultures, low level of education, crowded
cities, distribution of wealth sebagai faktor pendorong terjadinya
kejahatan.

Mengenai penghukuman aliran ini mengajurkan agar pelaku


tidak perlu dihukum, sebab ia hanyalah korban keadaan yang berada diluar
kontrolnya sebagai individu. Langkah yang lebih strategis adalah melakukan
pembenahan sistem lingkungan ( sosial, ekonomi, budaya, politik) secara
holistik.

Pelapor aliran positif adalah Casare Lambrosso (1835-1909) yaitu


seorang dokter dari Italia yang mendapat julukan Bapak kriminologi modern
melalui teorinya yang terkenal yaitu born criminal. Born criminal dilandasi
oleh teori evolusi dari Darwin. Dengan teorinya tersembut Lambrosso
membantah menenai “free will” yang menjadi dasar aliran klasik dan
mengajukan konsep determinisme.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa aliran positif ini pemikiran yang


melihat kejahatan secara empiris dengan menggunakan metode ilmiah untuk
mengonfirmasi fakta-fakta di lapangan dalam kaitanya dengan terjadinya
kejahatan. Alasan ini beralasan paham determinisme yang menyatakan bahwa
seseorang melakukan kejahatan bukan berdasarkan kehendaknya mereka
karena manusia tidak mempunyai kehendak bebas dan dibatasi oleh
berbagai faktor, baik watak pribadinya, faktor biologis, maupun faktor
lingkungan. Oleh karena itu pelaku kejahatan tidak dapat dipersalahkan dan
dipidana, melainkan harus diberikan perlakuan (treatment) untuk re-
sosialisasi dan perbaikan pelaku.

3. Aliran Neo Klasik


Aliran neo klasik berkembang pada abad ke-19. Aliran ini mempunyai
pemikiran yang sama dengan aliran klasik, yakni kepercayaan pada kebebasan
berkehendak. Pada dasarnya doktrin dengan aliran klasik merupakan dua hal
yang sama, yakni menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang
mempunyai rasio serta berkehendak bebas karena bertanggung jawab atas
segala perbuatanya. Didalam aliran ini terdapat sejumlah revisi yang dilakukan
terhdap inti ajaran aliran klasik antara lain :
 Perubahan pada doktrin kehendak bebas, maksudnya pada aliran neo
klasik dalam melakukan suatu perbuatan jahat pelaku tidak hanya
ditentukan free will tetapi juga dipengaruhi oleh :
- Patologi: ketidakmampuan untuk bertindak, sakit jiwa atau lain
keadaan yang mencegah seseorang untuk memperlakukan kehedak
bebasnya.
- Premeditasi: niat yang dijadikan ukuran dan kebebasan kehendak,
akan tetapi hal ini berkaitan dengan hal yang irrasional atau aneh.
 Pengakuan adanya keadaan mental dari individu.
 Perubahan doktrin tanggungjawab sempurna yang mendasari
pembalasan dalam aliran klasik, maksudnya bagi pemikir neo klasik
kesalahan tidak boleh ditimpahkan sepenuhnya kepada pelaku. Sebab,
bisa saja seoranng meakukan kejahatan karena faktor lain seperti
kegilaan atau segala keadaan yang mempengaruhi pengetahuan dan
niat.
 Dimasukan keterngan ahli dalam acara pengadilan untuk menentukan
besar tanggungjawab, apakah terdakwa mampu memilih antara yang
benar dan yang salah.
Dapat ditraik kesimpulan bahwa aliran neo klasik muncul sebagai
bentuk kritikan terhadap aliran klasik yang menyamakan hukuman setiap orang
tanpa mempertimbangkan usia, fisik dan kondisi kejiwaan seseorang atau faktor
lain yang menyebabkan terjadinya kejahatan.

4. Aliran Kritis
Aliran kritis dikenal dengan istilah “critical criminology” atau
“kriminologi baru”. Aliran ini memusatkan perhatiannya pada kritik terhadap
intervensi kekuasaan dalam menentukan suatu perbuatan sebagai kejahatan.
Itulah sebabnya alirn ini menggugat eksistensi hukum pidana.
Pendukung aliran ini menganggap bahwa pihak-pihak yang membuat
hukum pidana hanyalah sekelompok kecil dari anggota masyarakat yang
kebetulan memiliki kekuasaan untuk membuat dan membentuk hukum pidana
tesebut. Kejahatan dalam hukum pidana juga bisa saja dianggap oleh
masyarakat sebagai hal yang tidak jahat. Tentunya hal ini bisa terjadi jika
presepsi para pembuat hukum pidana berbeda dengan presepsi luas pada
umumnya.
Pendekatan yang cukup dominan pada aliran ini adalah pendektan
konflik. Menurut Romli Atmasista 2011:72 pendekatan ini beranggapan bahwa
hukum dibuat dan ditegakan bukan untuk melindungi masyarakat tetapi untuk
nilai dan kepentingan kelompok yang berkuasa. Sedangkan pendektan konflik
beranggapan bahwa orang-orang dalam suatu masyarakat mempunyai tingkat
kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi perbuatan dan penegakan
hukum.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa aliran kritis ini merupakan pemikiran
yang menganggap fenomena kejahatan sebagai konstruksi sosial, artinya
manakala masyarakat mendefinisikan tindakan tertentu sebagai kejahatan maka
orang-orang tertentu memenuhi batasan sebagai kejahatan. Hal ini
menyimpulkan bahwa kejahatan dan penjahat bukanlah fenomena yang berdiri
sendiri yang dapat diidentifikasikan dan dipelajari secara objektif oleh ilmuan
sosial.

5. Aliran Social Defence


Aliran ini berusaha untuk mengkombinasikan pemikiran kemanusiaan
dan efektivitas dalam kerangka hukum. The international society for social
defence didirikan pada 1949 diketahui oleh Filippo Gramatica ia mempunyai
pendirian ekstrim larena ingin menggantikan hukum pidana dengan cara
nonpenal untuk meresosialisasi pelaku anti sosial dan untuk mengubah stuktur
negara dan masyarakat.
Marc Ancel juga mempunyai pandangan yang lebih fleksibel dengan
gerakannya yang disebut sebagai “pelindung masyarakat baru”, yang banyak
mempengaruhi perundang-undangan sebagai negara Eropa. Menurut Marc
Ancel tiap masyarakat harus ada tertib sosial yaitu sebagai peraturan yan tidak
hanya sesuai dengan kebutuhan kehidupan komunal, tetapi juga sesuai dengan
aspirasi masyarakat pada umumnya.
Marc Ancel menolak pandangan aliran klasik dan neo klasik karena
memperluas kejahatan sebagai suatu konsepsi hukum yang murni dan sanksi
pidana merupakan konsekuensi yang diperlukan menurut hukum terhadap
pelanggaran ketertiban yang ada. Setelah itu Marc Ancel menyatakan, bahwa
kejahatan merupakan masalah kemanusiaan dan masalah sosial yang tidak
begitu saja mudah dipaksa untuk dimasukkan kedalam urusan suatu peraturan
perundang-undanga, melainkan masalah yang dapat diselesaikan secara tuntas
melalui keadilan distributif secara abstrak.

1.2 Kesimpulan
Didalam aliran kriminolgi terdapat lima aliran diantaranya aliran klasik, aliran
positif, aliran neo klasik, aliran kritis dan aliran social defence. Aliran tersebut
mempunyai ciri khas masing-masing yang di dasari oleh seorang pemikirnya.
Aliran klasik berpandangan bahwa manusia adalah makhuk yang memiliki
kehendak bebas hal ini serupa dengan aliran neo klasik yang dimana sama-sama
berpandangan bahwa manusia memiliki kebebasan. Lain halnya dengan aliran
positif yang membantah kedua aliran tersebut, yang dimana aliran positif ini
menentukan segala sesuatu menggunakan metode empiris. Adapun aliran kritis
yang memandang kriminologi sebagai kejahatan konstruksi sosial dan yang
terakhir aliran sosial defence yang dimana mengkombinasikan pemikiran
kemanusiaan dan efektivitas dalam kerangka hukum.
Daftar Pustaka

Http://handarsubhandi.blogspot.com/2015/08/aliran-aliran-dalam-
kriminologi.html?m=1 (Sabtu, 14 November 2020 18.00 WIB )
https://psykognitif.wordpress.com/2016/12/06/manusia-sebagai-makhluk-yang-
paling-rasional-pembentukan-konsep-logika-dan-pengambilan-
keputusan/amp/&ved=2ahUKEwj-5MbYg4LtAhXXTX0KHR-
sDmsQFjABegQIARAF&usg=AOvVaw2OzBi-BLq_RvkTEKhlUDe7&ampcf=1
(Sabtu, 14 November 2020 18.30 WIB)

Anda mungkin juga menyukai