Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK V

HUKUM KRIMINOLOGI
1. Ramona Nopera 1912011069
2. Adam Ridwan H P 1912011102
3.
4.
Vina Putri Aulia 1912011107
Hardiansyah U 1912011133
SEJARAH TEORI
5. Yolandasari Br N 1912011180 KRIMINOLOGI
6. Steven Hutahaean 1912011202
Pendekatan Teori
Kriminologi
Pemikiran kriminologi adalah cara pandang paradigma atau perspektif
yang digunakan oleh para kriminolog dalam melihat, menafsirkan,
menanggapi dan menjelaskan fenomena kejahatan. Aliran sering
dikenal sebagai schools, aliran pemikiran atau disebut sebagai
paradigma yang digunakan dalam kriminolog menunjuk pada suatu
proses perkembangan pemikiran dasar dan konsep kejahatan dan
pelakunya.

George B Vold menyebutkan Teori adalah bagian dari suatu penjelasan


yang muncul manakala seseorang dihadapkan pada suatu gejala yang
tidak dimengerti.
Dua bentuk pendekatan yang menjadi dasar lahirnya teori dalam
kriminologi sebagai berikut:
Spiritualisme

Spiritualisme memfokuskan perhatiannya pada perbedaan


antara kebaikan datang dari Tuhan atau dewa sedangkan
kejahatan datang dari setan. Pada perkembangan
selanjutnya, aliran spiritual ini masuk dalam lingkup
pergaulan politik dan sosial kaum feodal. Landasan
pemikiran ini adalah kejahatan dianggap sebagai
permasalahan antara korban dan keluarga korban dengan
pelaku dan keluargannya.
Naturalisme

Naturalisme merupakan model pendekatan lain yang sudah ada sejak berabad-abad
yang lalu. Paham rasionalisme yang muncul dari perkembangan ilmu alam setelah
abad pertengahan menyebabkan manusia mencari model penjelasan lain yang lebih
rasional dan mampu dibuktikan secara ilmiah. Dalam perkembangannya lahirlah
teori-teori tentang kejahatan, maka dapat di bagi menjadi 3 mazhad atau aliran yaitu:
1.Aliran Klasik
Dasar pemikiran dari ajaran klasik adalah adanya pemikiran bahwa pada dasarnya
manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas (Free Will).
2.Aliran Social Defence
Munculnya aliran ini disebabkan teori aliran klasik dianggap terlalu statis dan kaku
dan menganalisis kejahatan yang terjadi dalam masyarakat.
Aliran positifis lebih mengutamakan keunggulan ilmu pengetahuan yang berkembang
dari kenyataan kehidupan. alirannya ini berpegang teguh pada keyakinan bahwa
kehidupan seseorang dikuasai oleh hukum sebab akibat (cause-effect relationship).
3. Aliran positifis lebih mengutamakan keunggulan ilmu pengetahuan yang
berkembang dari kenyataan kehidupan. alirannya ini berpegang teguh pada keyakinan
bahwa kehidupan seseorang dikuasai oleh hukum sebab akibat (cause-effect
relationship).
Klasifikasi Penjahat Dalam 4
Golongan
1. Born Criminal yaitu orang berdasarkan pada doktrin
atavisme
2. Insane Criminal yaitu orang orang yang tergolong ke
dalam kelompok idiot, ebisiil, atau paranoid
3. Occasional Criminal atau Criminaloid yaitu pelaku
kejahatan berdasarkan pengalaman yang terus menerus
sehingga mempengaruhi pribadinya
4. Criminal of passion yaitu pelaku kejahatan yang
melakukan tindakannya karena marah,cinta atau karena
kehormatan.

Aliran positifis yang memberikan padangan determinisme


biologis menjadikan Lombrosso mengklasifikasikan
penjahat dalam 4 golongan.
Terdapat teori yang menitikberatkan pada
kondisi individual penjahat, antara lain:

a. Teori Psikis, Dimana sebab-sebab kejahatan dihubungkan dengan kondisi


kejiwaan seseorang.
b. Teori yang menyatakan bahwa penjahat memiliki bakat yang diwariskan
oleh orang tuanya.
c. Teori Psikopati : teori mencari sebab-sebab kejahatan dari kondisi jiwanya
yang abnormal.
d. Teori bahwa kejahatan sebagai gangguan kepribadian.

Ada golongan sarjana yang mencari sebab kejahatan pada pengaruh sosial
kebudayaan, yang kemudian dapat digolongkan kedalam empat kelompok
besar yaitu:
• Kelompok teori yang menghubungkan kejahatan dengan kondisi ekonomi.
• Kelompok yang melihat kejahatan sebagai perilaku yang dipelajari secara
normal.
• Kelompok teori yang menyatakan konflik kelompok sebagai sebab musahab
kejahatan.
• Kelompok teori yang disebut teori kritis atau modern.
Landasan pemikiran teori sebab musahab timbulnya kejahatan juga
dapat dilihat pada ajaran-ajaran yang disampaikan oleh beberapa sarjana
yaitu:

1. Ajaran Klasik
Menurut ajaran ini manusia mengatur tingkah lakunya atas dasar
pertimbangan suka dan duka.
2. Ajaran Kartografis atau Geografis
Dalam ajaran ini adalah distribusi kejahatan dalam daerah-daerah
tertentu baik secara geografis maupun secara sosial.
3. Ajaran Sosialis
Ajaran sosialis dalam kriminologi didasarkan pada tulisan-tulisan marcks
dan Angeles pada tahun 1850 an titik yang menjadi pusat perhatian dari
ajaran ini adalah determinisme ekonomis.
4. Ajaran tipologis
dalam kriminologi setelah berkembang tiga ajaran yang disebut ajaran
tipologis atau bio tipologis.
6 Golongan Ajaran Kriminologi

1. Ajaran pre-Klasik
Zaman ajaran klasik ini berlangsung sejak tahun 400 sebelum masehi sampai
kira-kira tahun 1700 masehi titik teori pada zaman ini dibagi dalam:
a. tahun 400 sebelum masehi mula-mula tidak diketahui apa sebab kejahatan,
diperkirakan yang menjadi sebab kejahatan adalah kehendak bebas titik kemudian
dianggap sebagai sebab adalah pandangan hedonism: suka duka.
b. tahun 30 sesudah masehi ajaran spiritualistis/demonologis berlaku di sini.
c. tahun 1215 orang dianggap bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatan-
perbuatan nya = kehendak bebas tetapi dalam mencari sebab terjadinya kejahatan
maka hal itu dihubungkan dengan pengaruh dari kekurangan kekurangan sistem
feodal.
d. tahun 1500-1700 sebab-sebab kejahatan: asosiasi jahat, kebiasaan buruk,
kemalasan.
2. Ajaran klasik
Zaman ajaran klasik berlangsung dari tahun 1700 sampai
1770. sedangkan mengenai sebab musabab kejahatan dibagi
dalam tara-tara sebagai berikut:
a. tahun 1700: kejahatan dianggap merupakan hasil dari
pergaulan jahat, kebiasaan-kebiasaan jelek dan kemalasan.
b. tahun 1770: pengaruh Beccaria berkembang. bentham
mengemukakan ajaran kehendak bebasnya dengan
menonjolkan asas hedonism yang terutama dijadikan asas
penentuan hukum.
3. Ajaran neoklasik
Berlangsung dari tahun 1800 sampai 1876 titik kejahatan
disebabkan oleh free choice of evil. akan tetapi anak-anak,
orang gila dan orang-orang yang lemah ingatannya
dibebaskan dari tanggung jawab atas perbuatannya.
4. Ajaran positivis atau Italia (1876-1913)
Dalam mencari sebab musabab dari kejahatan, ajaran ini kembali lagi
kepada pandangan mengenai dosa dan penyelewengan-penyelewengan
yang memang dikehendaki.
5. Ajaran analitis atau individualistis
Dalam mencari sebab musabab kejahatan titik berat diletakkan kepada
sebab musabab yang unik seperti cacat fisik cacat mental. keadaan
psikopathis dan keanehan-keanehan pada tabiat.

Anda mungkin juga menyukai