Anda di halaman 1dari 16

FAKULTAS HUKUM |

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

Kriminologi
Mumaddadah, S.H., M.H.
Alif Arhanda Putra, S.H.,M.H.
“The deviant and the conformist...
are creatures of the same culture,
inventions of the same imagination.”
―Kai Erikson.
Aliran Klasik

Aliran-aliran Aliran klasik adalah label umum untuk pemikir tentang


kejahatan dan hukuman pada abad ke-19 dan awal ke-18.
dalam Aliran Positif
Kriminologi Aliran modern atau aliran positif muncul pada abad
ke-19 yang dimulai dengan ide determinisme manusia.

Aliran Neo-Klasik
Aliran neo klasik berkembang pada abad ke 19. Ia
mempunyai basis pemikiran yang sama dengan aliran
klasik, yakni kepercayaan pada kebebasan pada
kebebasan berkehendak manusia.

Aliran Kritis
Aliran kritis juga dikenal dengan istilah “Critical
Criminology” atau “kriminologi baru”.
Aliran Klasik
Aliran klasik adalah label umum untuk
pemikir tentang kejahatan dan hukuman
pada abad ke-19 dan awal ke-18.
Apa itu Aliran Klasik?
Anggota yang paling menonjol dari para pemikir ini
termasuk Cesare Beccaria dan Jeremy Bentham.
Kedua pemikir memiliki ide yang sama, bahwa perilaku
kriminal berasal dari sifat manusia sebagai makhluk
rasional dan hedonistik. Hedonis, karena orang
cenderung bertindak untuk kepentingan mereka
sendiri. Sementara rasional, mampu menghitung
kelebihan dan kekurangan dari tindakan itu sendiri,
menurut sekolah klasik, seorang individu tidak hanya
seorang hedonis, tetapi juga rasional, dan oleh karena
itu selalu menghitung kelebihan dan kekurangan dari
setiap tindakan, termasuk apakah ia telah melakukan
kejahatan.
Kemampuan ini memberi mereka kebebasan
dalam memilih tindakan yang akan diambil
baik untuk melakukan kejahatan atau tidak.
Sementara itu, Jeremy Bentham melihat awal
yang baru, bersifat utilitarian, yang
menyatakan bahwa suatu tindakan tidak
dinilai oleh keberlanjutan absolut yang tidak
rasional, tetapi melalui prinsip-prinsip yang
dapat diukur. Bentham mengatakan bahwa
hukum pidana tidak boleh digunakan sebagai
Aliran Klasik (2) sarana balas dendam tetapi untuk mencegah
kejahatan.
Aliran Positif?
Pemahaman ini menggantikan doktrin kehendak bebas.
Bagi aliran positif, manusia dipandang tidak memiliki
kehendak bebas, tetapi dipengaruhi oleh kondisi internal
dan eksternal manusia itu sendiri. Ada tiga segmen teori
dalam aliran positif. Pertama, segmen biologis Lambrosian
mempertimbangkan karakteristik fisik penjahat. Kedua,
segmen psikologis meliputi, antara lain, faktor psikologis
seperti neurosis, psikosis dan gangguan psikotik yang
membuat seseorang melakukan kejahatan. Ketiga, segmen
sosial positivisme yang ditemukan di Adolphe Quetelet,
Rawson, Henry Mayhew, dan memikirkan faktor sosial
Durkheim, termasuk proverti, anggota subkultur, tingkat
pendidikan rendah, kota padat, distribusi kekayaan sebagai
faktor penentu dalam kejahatan.
Lanjutan...
Adapun hukuman, sekte ini menganjurkan bahwa mereka yang
bertanggung jawab tidak dihukum, karena itu hanya korban keadaan di
luar kendali mereka sebagai individu. Tindakan yang lebih strategis adalah
mereformasi lingkungan sistem (sosial, ekonomi, budaya, politik) secara
holistik. Selain itu, terapi khusus untuk pelaku yang memiliki masalah
psikologis dan biologis. Positivitis adalah pelopor Lmbrosso, Cesare (1835-
1909), seorang dokter Italia yang menyebut bapak kriminologi modern
melalui teori yang dikenal, Born Code. teori kriminal lahir didasarkan pada
teori evolusi Darwin. Dengan teori ini Lambrosso menyangkal “kehendak
bebas”, yang merupakan dasar aliran klasik dan mengusulkan konsep
determinisme.
Inti dari ajaran Penjahat adalah orang jahat yang
memiliki bakat;
Lambrosso ini, yaitu;
Bakat buruk diperoleh sejak lahir
(penjahat lahir);

Bakat yang salah dapat dilihat dari


karakteristik biologis (atavistic
stigmata);

Lambrosso (Cantik Sri Utami, 2012: 67) melanjutkan:


Sempit dan melengkung seperti dahi, rahang besar dan tajam, gigi taring lurus,
lengan lebih panjang; bibir tebal, hidung, tidak runcing, dan sebagainya.
Aliran Neo-Klasik
Aliran neo-klasik mempunyai basis pemikiran yang sama
dengan aliran klasik, yakni kepercayaan pada kebebasan
pada kebebasan berkehendak manusia. Doktrin dasarnya
sama dengan aliran klasik, yakni bahwa manusia adalah
mahkluk mempunya rasio, berkehendak bebas karenanya
bertanggungjawab atas perbuatan-perbuatannya.
Meski demikian, terdapat sejumlah revisi yang dilakukan terhadap inti ajaran aliran klasik.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain:
A. Perubahan pada doktrin kehendak bebas. Bagi aliran neo klasik, dalam melakukan suatu
perbuatan jahat, pelaku tidak hanya ditentukan free-will semata, tetapi juga dipengaruhi oleh:
> Patologi, ketidakmampuan untuk bertindak, sakit jiwa atau lain-lain keadaan yang mencegah
seseorang untuk memperlakukan kehendak bebasnya.
> Premeditasi, niat yang dijadikan ukuran dari kebebasan kehendak, akan tetapi hal iniberkaitan
dengan hal-hal yang aneh (irrasional). Sebab, jika benar maka pelaku tindak pidana baru (untuk
pertama kali) harus dianggap lebih bebas untuk memilih daripada residivis yang terkait oleh
kebiasaan-kebiasaannya, oleh karena itu harus dihukum lebih berat.
B. Pengakuan adanya keadaan-keadaan atau keadaan mental dari individu;

C. Perubahan doktrin tanggungjawab sempurna yang mendasari pembalasan dalam aliran klasik.
Bagi pemikir neo klasik, kesalahan tidak boleh ditimpahkan sepenuhnya kepada pelaku. Sebab,
bias saja seorang melakukan kejahatan karena factor lain seperti kegilaan, kedunguan, usia dan
lain-lain keadaan yang mempengaruhi “pengetahuan dan niat” pada waktu seseorang melakukan
kejahatan;

D. Dimasukkan keterangan ahli dalam dalam acara pengadilan untuk menentukan besar
tanggungjawab, apakah si terdakwa mampu memilih antara yang benar dan yang salah
Aliran Kritis

Aliran kritis juga dikenal dengan istilah “Critical Criminology” atau “kriminologi baru”. Aliran kritis
sesungguhnya memusatkan perhatian pada kritik tentang kami terhadap intervensi kekuasaan
dalam menentukan suatu perbuatan sebagai kejahatan. Itulah sebabnya, aliran ini menggugat
eksistensi hukum pidana. Pendukung aliran menganggap bahwa pihak-pihak yang membuat
hukum pidana hanyalah sekelompok kecil dari anggota masyarakat yang kebetulan memiliki
kekuasaan untuk membuat dan membentuk hukum pidana tersebut. Jadi, hal yang dikatakan
sebagai kejahatan dalam hukum pidana dapat saja dianggap oleh masyarakat (umum) sebagai
hal yang bukan tindak kejahatan (tidak jahat). Dan tentunya, hal tersebut terjadi jika persepsi para
pembuat hukum pidana berbeda dengan persepsi luas pada umumnya.
Pendekatan yang cukup dominan dalam aliran yang kritis
ini adalah pendekatan konflik (Romli Atmasista,
2011:72). Pendekatan ini beranggapan bahwa hukum dibuat
dan ditegakkan bukan untuk melindungi masyarakat tetapi
untuk nilai dan kepentingan kelompok yang berkuasa.
Dengan demikian, pendekatan konflik memusatkan
perhatiannya pada masalah kekuasaan dalam pendefinisian
kejahatan. Pendekatan konflik beranggapan bahwa orang-
orang dalam suatu masyarakat mempunyai tingkat
kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi pembuatan dan
penegakan hukum.
Pada umumnya, orang-orang atau kelompok yang memiliki kekuasaan
yang lebih besar akan mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk
menentukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai dan
kepentingan mereka sebagai kejahatan. Pada saat yang sama,
mereka juga memiliki kemampuan untuk menghindari pendefinisian
perbuatan mereka sebagai kejahatan, walaupun perbuatan mereka
tersebut bertentangan dengan nilai dan kepentingan orang atau
pihak lain yang tentunya memiliki kekuasaan yang lebih rendah.
Pendekatan konflik dengan demikian menghendaki suatu suatu
hukum yang bersifat emansipatif atau hukum yang melindungi
masyarakat sehingga dapat mengangkat harkat dan martabat
masyarakat kelas bawah.
Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai