Anda di halaman 1dari 5

A. Aliran Pemikiran Kriminologi.

Kriminologi adalahilmu yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial


atau fenomena manusia, maka kriminologi berinduk pada filsafat antropologi.Tidak
mustahil bahwa awal kelahirannyadiwarnai oleh besarnya pengaruh aliran-aliran filsafat
abad XVIII –XIX, baik yang berorientasi pada aliran sekularisme maupun keagamaan
dan kemudian positivisme yang pada awal dan pertengah abad XIX sangat berwibawa.
Aliran pemikiran di sini adalah cara pandang (kerangka acuan, paradigma,
perspektif) yang digunakan kriminolog dalam memandang, menafsirkan dan menanggapi
serta menjelaskan fenomena kejahatan. Ilmuwan sosial pemahamannya dipengaruhi oleh
cara menafsirkan peristiwa-peristiwa yang dialami, sehingga cara pandang yang
dianutnya akan dipengaruhi oleh wujud penjelasan maupun teori yang dihasilkan.
Dengan demikian untuk dapat memahami dengan baik penjelasan-penjelasan dan teori-
teori dalam kriminologi perlu diketahui perbedaan aliran pikiran dalam kriminologi.
Aliran-aliran dalam kriminologi menunjuk kepada proses perkembangan
pemikiran dasar, konsep-konsep tentang kejahatan dan pelakunya. Kriminologi sebagai
ilmu yang memanfaatkan interdisiplin ilmu, pada awalnya seolah-olah identik dengan
etiologi yang khusus menggali faktor-faktor sebab musabab kejahatan melalui berbagai
penelitian dan argumentasi teori dari berbagai disiplin ilmu.Kriminologi klasik
dipengaruhi ajaran agama, hedonisme, rasionalisme dan sebagainya, sedangkan
kriminologi positivistis dipengaruhi oleh aliran positivisme dengan konsekuensinya
kriminologi hanya berkutat mencari sebab musabab kejahatan. Kemudian aliran kritis
yang berpendapat bahwa fenomena kejahatan sebagai konstruksi sosial.

B. Aliran Pemikiran Kriminologi Klasik.


Aliran klasik yang dilahirkan oleh seorang filsuf Inggris, Jeremy Bentam 1748 –
1832 hampir seluruhnya terpisah dari dogma teologia, semula berkembang di Inggris
pada pertengahan abad XIX, kemudian menyebar ke Eropa dan Amerika. Aliran ini
mendasarkan ajarannya padahedonistic psychology. Dalam filsafat, hedonisme adalah
aliran yang mendambakan bahwa kebahagiaan adalah faktor utama dalam kehidupan
manusia. Bentam seorang hedonist modernmengatakanbahwa,...... I think that the act
which I do is the act which I think will give me most pleasure, whereas the act which I
ought to do is the act which really will givesme most pleasure.
Bentam menghendaki lebih utama mencegah kejahatan daripada menghukumnya
dan menyebutkan beberapa tindakan terhadap pelaku kejahatan. Bentam dalam mencari
dasar kebenaran, sebagai landasan untuk membentuk suatu sistem etika dan suatu
pembuatan undang-undang yang pantasharus sesuai dengan“pandangan yang memberi
keterangan tentang kebenaran”.Pandangannya tentang hukum pidana mempertahankan:
1. beratnya kejahatan harus diukur sesuai dengan kejahatan sosial masing-masing
daripada “kedosaan” atau kualitas kerohanian lainnya; 2. kejahatan disebabkan oleh
usaha bijaksana manusia untuk memperbesar kesenangan dan untuk mengurangi
penderitaan mereka.
Dengan menetapkan bagi tiap macam kejahatan, suatu hukuman yang akan
menghilangkan kemungkinan memperoleh kesenangan daripadanya dan dengan
menjamin pelaksanaan undang-undang dengan baik oleh pengadilan orang-orang yang
bijaksana,ditakuti oleh kerugian nyata yang tak akan dapat dielakkan sebagai akibat suatu
tindakan kejahatan, manusia akan berhenti berbuat yang bertentangan dengan undang-
undang.
Cesare Bonesana Merchese de Beccaria 1738 –1794 tokoh utama aliran klasik
yang tahun 1764 telah menggunakan doktrin ini ke dalam penologi(teori hukuman).
Mengatakan bahwa pencurian adalah kejahatan yang timbul akibat kesengsaraan dan
putus asa. Hukuman diberlakukan secara sama terhadap semua individu dan ancaman
hukuman sudah ditentukan sebelumnya supaya dapat diperhitungkan dalam pertimbangan
orang yang akan melakukan tindakannya. Beccaria menganjurkan agar hukuman tidak
semena-mena, namun tecermin keras dan tegas,agar orang merasa sakit adanya hukuman
itu atau tidak senang jika melakukan kejahatan. Menariknya, penganut aliran ini tidak
dapat mengkalkulasi baik perasaan senang maupun tidak senang dengan cara inteligensi.
Aliran ini mendasarkan pandangan bahwa inteligensi dan rasionalitas merupakan
ciri fundamental manusia dan menjadi dasar bagi penjelasan perilaku manusia, baik
sebagai individu maupun kelompok. Individu melakukan tindakan berdasarkan
pertimbangan kesenangan dan kesusahan. Intelegensi membuat individu
mampumengarahkan dirinya dalam arti bahwa dia adalah penguasa nasibnya, pemimpin
terhadap jiwanya, sebagai makhluk yang mampu memahami dirinya dan bertindak untuk
mencapai kepentingan dan kehendaknya. Hal demikian merupakan kerangka pikir dari
semua pemikiran klasik dalam filsafat, psikologi, politik, hukum dan ekonomi. Dalam
konsep yang demikian maka masyarakat dibentuk sebagaimana adanya sesuai dengan
kemampuan, kecerdasan dan akal yang dapat ditingkatkan lewat pelatihan dan
pendidikan, sehinggamanusia mampu mengontrolnasibnya sendiri, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota kelompok.
Kejahatan diartikan sebagai suatu pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan pidana, dan penjahat adalah setiap orang yang melakukan kejahatan. Kejahatan
dipandang sebagai hasil pilihan bebas oleh seseorang dalam menilai untung ruginya
melakukan kejahatan.Oleh karena itu, secara rasional tanggapan yang diberikan oleh
masyarakat terhadap kejahatan adalah meningkatkan kerugian yang harus dibayar dan
menurunkan keuntungan yang diperoleh dari kejahatannya, agar orang tidak
memilihmelakukan kejahatan.
Menurut Sutherland & Cressey aliran klasik ini adalah induvidualistic,
intelectualistic dan voluntaristicsehingga tidak mungkin untuk mengadakan penelitian
lagi tentang sebab musabab kejahatan. Perlu dijelaskan tentang apayang dimaksud
dengan metode arm-chairyang menurut J.P. Guilford merupakan sejenis metode yang tua,
kurang ilmiah yang menggantungkan pada spekulasi dan dugaan belaka. Dalam filsafat,
metode ini memiliki ciri tradisional, menggantungkan pada hasil penelitian yang sangat
minim dan spekulasi yang maksimal.

C. Aliran Pemikiran Kriminologi Neo Klasik


Aliran Neo Klasik muncul tidak berapa lama setelah aliran klasik. Aliran neo
klasik muncul sebagai akibat dari pelaksanaan Code Penal Perancis 1791 secara kaku,
karena:
1. Sama sekali mengabaikan perbedaan individual dalam arti situasi tertentu;
2. Code Penal Perancis mencoba memperlakukan setiap individu secara sama;
3. Pada kenyataannya, anak belum dewasa, orang idiot, orang gila dan
sebagainya yang tidak mampu melakukan tindakan hukum, diperlakukan
sebagai orang yang mampu melakukan tindakanhukum.
Aliran Neo Klasikbertolak dari pandangan yang samadengan Aliran
Klasik,sehingga tidak menyimpang dari konsepsi umum tentang manusia yang berlaku
pada waktu itu di Eropa, bahwa manusia bebas untuk memilihuntuk berbuat kejahatan
maupun berbuat baik, menghasilkan pengecualian tertentu, yakni:
1. Anak di bawah umur 7 (tujuh) tahun tidak dapat dipertanggungjawabkan
terhadap kejahatan karena belum sanggup mengartikan perbedaan yang benar
dengan yang salah;
2. Penyakit mental tertentu dapat melemahkan tanggung jawab. Oleh karenanya
keadaan yang meringankan juga diakui, misalnya menghalangi seorang
tertuduh dan kesanggupan untuk mengontrol tindakannya.
Aliran Neo Klasik tidak mengakui kriminologi sebagai ilmu, walau pun demikian,
aliran iniberjasa di bidang kriminologi, pertama; pengecualian mereka terhadap prinsip
bebas bertindak, termasuk salah satu sebab walaupun cara pandang aliran ini tidak
berdasarkan ilmu, ke dua; banyak di antara undang-undang pidana dan kebijaksanaan
modern didasarkan pada prinsip yang klasik modern. Undang-undang tentang hukuman
yang lamanya bergantung dari kelakuan terpidana (pidana bersyarat), pidana percobaan,
pembebasan dengan perjanjian, perlakuan yang baik terhadap terpidana, program
pencegahan kejahatan dalam masyarakat, bagaimanapun termasuk pandangan yang
berdasarkan ilmu aliran positif mengenai sebab-sebab tentang kejahatan.
Aliran neo klasik doktrin dasarnya tetap, yakni inteligensi dan rasionalitas
merupakan ciri fundamental manusia. Manusia adalah makhluk yang mempunyai
rasioyang berkehendak bebas dan bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya, serta
dapat dikontrol oleh rasa ketakutannya terhadap hukuman.Ciri-ciri aliran neo klasik
adalah:
1. Adanya doktrin kehendak bebas;
2. Pengakuan dari sahnya keadaan yang memperlunak;
3. Perubahan doktrin tanggung jawab sempurna untuk memungkinkan pelunakan
hukuman menjadi tanggung jawab sebagian saja;
4. Dimasukkannya kesaksian dan atau keterangan ahli dalam acara pengadilan
untuk menentukan besarnya tanggung jawab.
D. Aliran Pemikiran Kriminologi Positif
Dasar aliran positivisme adalah konsep tentang multiple factor causation
(sejumlah penyebab) kejahatan, yakni faktor alami atau yang dibawa manusia dan
dunianyayang sebagian bersifat biologisdan sebagian karena pengaruh lingkungan. Atau
dengan perkataan lainbahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor di luar
kontrolnya, yang dapat berupa faktor biologismaupun faktor kultural.Manusia bukanlah
makhluk yang bebas untuk mengikuti dorongan keinginannya dan intelegensinya,
namunmakhluk yang dibatasi atau ditentukan leh perangkat biologi dan situasi
kulturalnya. Manusia berubah bukan semata-mata akan intelegensinya akan tetapi melalui
proses yang berjalansecara perlahan-lahan dari aspek biologinya dan evolusi kultural.
Aliran ini menghasilkan sejumlah pandangan yang berbeda-beda namun dapat
digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu golongan determinis biologi dan determinis kultural.
Determinis biologi menganggap bahwa organisasi sosial berkembang sebagi hasil dari
individu dan perilakunya dipahami dan diterima sebagai pencerminan umum dari warisan
biologis. Sebaliknya determinis kultural menganggap bahwa perilaku manusiadalam
segala aspeknya selalu berkaitan dan mencerminkan nilai-nilai dunia sosio kultural yang
melingkupinya. Dunia kultural secara relatif tidak bergantung pada biologis, dalam arti
perubahan yang satu tidak berarti sesuai atau segera menghasilkan perubahan lainnya.
Perubahan kultural diterima sebagai suatu dengan bekerja ciri-ciri istimewa atau khusus
dari fenomena kultural daripada sebagai akibat dari keterbatasan biologis semata. Dengan
demikian biologi bukan penghasil kultur, begitu juga penjelasan biologis tidak mendasari

fenomena kultural.

Anda mungkin juga menyukai