Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN

KRIMINOLOGI DALAM
SEBUAH ALIRAN

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
Disisin Oleh Kelompok III :

Annisa Arviyanti 41151010210001


Erlin Anjarwati 41151010210018
Arsha N Alifa 41151010210165
Yushi Dinda A 41151010210019
Marchel kilala 41151010210041
Kusdinar Melik Fajar 41151010210051
Steven Endrow N 41151010210047
Alvi Regiansyah 41151010210036
Pengertian Kriminologi
 Sutherland : keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian dengan
perbuatan jahat sebagai gejala sosial.

 W.A. Bonger : kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan


menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya.

 c. J. Constant : kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan


menentukan faktor-faktor yang menjadi sebab musabab terjadinya
kejahatan dan penjahat.
Latar Perkembangan Krimonologi
Dari masa ke masa dan seiring perkembangan teknologi dan komunikasi,
telah menyebabkan perubahan dalam masyarakat. Begitu juga dengan ilmu
Kriminologi yang adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari hukum pidana
mengalami perkembangan dalam masyarakat dan telus menerus mengalami
perkembangan yang cukup signifikan seiring berkembangnya masyarakat.
Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya perkembangan ilmu ini adalah
pengaruh kehidupan sosial ekonomi dalam masyarakat
Kriminologi terus mengalami perkembangan yang disebakan pola kehidupan
sosial masyarakat yang terus mengalami perubahan-perubahan dan berbeda
antara tempat yang satu dengan yang lainnya serta berbeda pula dari suatu waktu
tau jaman tertentu dengan waktu atau jaman yang lain sehingga studi terhadap
masalah kejahatan dan penyimpangan juga mengalami perkembangan dan
peningkatan dalam melihat, memahami, dan mengkaji permasalahan-
permasalahan sosial yang ada di masyarakat dan substansi di dalamnya.
PERKEMBANGAN KRIMINOLOGI
DALAM ALIRAN
1. Aliran Klasik
Aliran klasik Pendekatannya adalah manusia merupakan makhluk yang
memiliki free will. Dalam bertingkah laku, manusia memiliki
kemampuan untuk memperhitungkan segala tindakan berdasarkan
hedonisme. Dengan kata lain manusia dalam bertingkah laku dipandu
oleh dua hal, yaitu penderitaan dan kesenangan yang menjadi resiko dari
tindakan yang dilakukannya. Dalam hal ini hukuman dijatuhkan
berdasarkan tindakannya bukan kesalahannya. Seorang sarjana Inggris
Jermy Bentham, sebagai seorang ahli hukum, menyatakan, tujuan
pemberian sanksi semata-mata berfungsi sebagai alat pencegahan bagi
lahirnya kejahatan. Adanya persamaan di hadapan hukum dan
keseimbangan antara hukuman dan kejahatan diterapkan secara murni
pada masa itu terutama di Amerika dan Inggris.
Jeremy Bentham, penganut utilitarian hedonist, dengan pernyataan
sebagai berikut:
a) Kebaikan yang terbesar harus untuk jumlah rakyat yang terbesar
b) Manusia merupakan ciptaan atau makhluk yang rational yang akan
memilih secara sadar kesenangan dan mungkin dari kesusuahan. Oleh
karena itu suatu pidana harus ditetapkan pada tiap kejahatan
sedemikian rupa, sehingga kesusahan akan lebih berat daripada
kesenangan yang ditumbulkan oleh kejahatan.
c) Prinsipnya adalah suatu perbuatan tidaklah dinilai oleh hal-hal yang
mutlak, yang irrational, tetapi oleh suatu sistem yang dapat diuji yaitu
kebahagiaan yang terbesar

Tujuan pidana menurut Bentham ialah :


a. mencegah semua pelanggaran,
b. mencegah pelanggaran yang paling jahat,
c. menekan kejahatan
d. menekan kerugian atau biaya sekecil-kecilnya
2. Aliran Neo Klasik.
Aliran neo klasik berkembang pada abad ke 19. Munculnya Aliran neo
klasik disebabkan karena pada Aliran Klasik dalam penerapan
hukumannya masih menimbulkan ketidakadilan. Pada aliran klasik,
aspek mental dan kesalahan seseorang tidak diperhitungkan. Maka pada
Aliran neo klasik, dalam penerapan hukumannya selalu
memperhitungkan dan memperhatikan aspek kondisi pelaku kejahatan
dan lingkungannya. Menurut aliran ini bahwa perbuatan seseorang tidak
dapat dilihat secara abstrak dari sudut yuridis semata-mata terlepas dari
orang yang melakukannya tetapi harus dilihat secara konkrit. Bahwa
dalam kenyataannya perbuatan seseorang itu dipengaruhi oleh watak
pribadinya, faktor-faktor biologi maupun lingkungan
kemasyarakatannya.
inti ajaran aliran neo klasik. Perubahan-perubahan tersebut antara lain:
A. Perubahan pada doktrin kehendak bebas. Bagi aliran neo klasik, dalam
melakukan suatu perbuatan jahat, pelaku tidak hanya ditentukan free-will semata,
tetapi juga dipengaruhi oleh:
• Patologi.
Ketidakmampuan untuk bertindak, sakit jiwa atau lain-lain keadaan yang
mencegah seseorang untuk memperlakukan kehendak bebasnya.
• Premeditasi.
Niat yang dijadikan ukuran dari kebebasan kehendak, akan tetapi hal iniberkaitan
dengan hal-hal yang aneh (irrasional). Sebab, jika benar maka pelaku tindak pidana
baru (untuk pertama kali) harus dianggap lebih bebas untuk memilih daripada
residivis yang terkait oleh kebiasaan-kebiasaannya, oleh karena itu harus dihukum
lebih berat.
B. Pengakuan adanya keadaan-keadaan atau keadaan mental dari individu.
C. Perubahan doktrin tanggungjawab sempurna yang mendasari pembalasan
dalam aliran klasik. Bagi pemikir neo klasik, kesalahan tidak boleh ditimpahkan
sepenuhnya kepada pelaku. Sebab, bias saja seorang melakukan kejahatan karena
factor lain seperti kegilaan, kedunguan, usia dan lain-lain keadaan yang
mempengaruhi “pengetahuan dan niat” pada waktu seseorang melakukan
kejahatan.
3. Aliran Modern
Aliran ini dipelopori oleh Lombroso, dan Lacassagne Ferri.
Pertanggungjawaban seseorang berdasarkan harus diganti dengan sifat
berbahayanya si pembuat. Bentuk pertanggungjawaban kepada si bersifat
tindakan untuk perlindungan masyarakat. aliran ini menghendaki
adanya individualisasi yang bertujuan mengadakan resosialisasi.
Pada tahun 1888, Von Liszt, A. Prins, mendirikan Union Internationale de
Droit Kriminalistische Vereinigung (IKV) Association for Criminology
yang menyatakan bahwa:
a) Fungsi utama hukum pidana adalah memerangi kejahatan sebagai
suatu gejala masyarakat.
b) Ilmu hukum pidana dan perundang-undangan harus
memperhatikan hasil-hasil dan sosiologis.
c) Pidana merupakan salah satualatyangpalingampu yang dimiliki oleh
negara untuk memerangi kejahatan. Namun pidana ini bukan satu-
satunya alat, sehingga pidana jangan diterapkan terpisah, melainkan
selalu dalam kombinasi dengan tindakan sosial lainnya, khususnya
dalam kombinasi dengan tindakan-tindakan preventif.
4. Aliran Positif ( The Positive School)

Aliran positif muncul pada abad ke-19 sebagai ketidakpuasan


jawaban-jawaban aliran Klasik, aliran yang berusaha
menjelaskan mengapa seseorang bisa bertindak jahat. Aliran ini
bertolak pada pandangan bahwa perilaku manusia ditentukan
oleh faktorfaktor di luar kontrolnya, baik yang berupa faktor
biologik maupun yang kultural. Ini berarti manusia bukan
mahluk yang bebas untuk berbuat menurut dorongan keinginan
dan intelegensimya, tetapi mahluk yang dibatasi atau
ditentukan oleh perangkat biologiknya dan situasi kulturalnya
Aliran positif beranggapan manusia dan pemikirannya
berkembang secara perlahan-lahan atau berevolusi. Munculnya
aliran positif dimulai oleh Cesare Lombroso, Enrico Ferri dan
Rafael Garofalo. Pengaruh biologi diantaranya dapat kita lihat
teori yang dikemukakan Lombroso dengan biologi kriminalnya
Pokok-pokok pikiran dari aliran positif antara lain sebagai berikut:
1) Kehidupan manusia berkembang dari hubungan sebab akibat.
Kejadian dalam dunia ini menunjukan keteraturan dan dapat
dijelaskan melalui suatu observasi yang sistematis.
2) Masalah sosial seperti kejahatan dapat diatasi melalui studi
sistematis tentang tingkah laku manusia.
3) Tingkah laku kriminal adalah hasil dari ketidak sempurnaan
yang mungkin ada dalam diri seseorang atau mungkin muncul
dari faktor sosial di luar individu.
4) Tanda-tanda abnormalis tersebut dapat dibandingkan dengan
tanda-tanda yang normal.
5) Abnormalitas ini dapat diperbaiki, maka penjahat pun dapat
diperbaiki
6) Treatment lebih menguntungkan bagi penyembuhan penjahat,
sehingga tujuan dari sanksi bukanlah menghukum melainkan
memperlakukan atau membina pelaku kejahatan
5. Aliran Kartografik (The Cartographic School)
Ketidakpuasan para ahli kriminologi terhadap aliran klasik, maka aliran
Kartografis mulai muncul dan berkembang di Prancis, Inggris dan Jerman
(1830- 1880)

Aliran ini mengatakan bahwa kondisi geografis mempengaruhi seseorang


untuk berbuat kejahatan. Dalam teori tipologis, ada tiga kelompok yang
termasuk dalam aliran ini, yaitu Lambrossin, Mental tester, dari psikiatri yang
mempunyai kesamaan pemikiran dan mitologi. Mereka mempunyai asumsi
bahwa beda antara penjahat dan bukan penjahat itu, terletak pada sifat tertentu
misalnya kepribadian yang mengakibatkan seseorang tertentu berbuat
kejahatan dan orang lain kecenderungan berbuat kejahatan mungkin
diturunkan dari orang tua atau merupakan ekspresi dari sifat-sifat kepribadian
dan keadaan maupun proses lain yang menyebabkan adanya potensipotensi
pada orang tersebut.
Penyebab kejahatan dari teori ini adalah: kepadatan penduduk, mobilitas
penduduk, korelasi lingkungan di desa dengan kota berkaitan dengan urbanisasi,
termasuk dalam wilayah kejahatan dan lingkungan kumuh.
6. Aliran Sosialis
Sosialisme sebagai ideologi, menurut penganut Marxisme, model
dan gagasan sosialis dapat dirunut hingga ke awal sejarah manusia
dari sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial.
Sejak abad ke-19, cabang aliran sosialisme telah berkembang ke
banyak aliran yang berbeda, yaitu: Anarkisme, terutama sosialisme
libertatian, Anarkosindikalisme, Komunisme, Marhaenisme,
Marxisme, Sindikalisme, Sosialisme Afrika, Sosialisme Arab,
Sosialisme Demokratik, Sosialisme International, Sosialisme
Kristen, Sosialisme Utopia. Sosialisme sebagai sistem ekonomi,
sistem ekonomi sosialisme berpijak pada konsep Karl Marx tentang
penghapusan kepemilikan swasta dihapuskan dalam beberapa
komoditas penting dan menjadi kebutuhan masyarakat banyak.
Ajaran ini menghubungkan kondisi kejahatan dengan
kondisi ekonomi yang dianggap memiliki
hubungan sebab akibat. Dimana perekonomian
menurun maka kejahatan meningkat dan saat ekonomi
stabil maka kejahatan tidak akan meningkat. Kemudian
dalam perkembangannya, mazhab tersebut disebut
sebagai ajaran sosialis, yang menjadi pusat perhatiannya
adalah ajaran determinisme ekonomi. Dalam ajaran ini,
kejahatan dipandang sebagai hasil, sebagai akibat atau
sebagai akibat lainnya saja. Ajaran ini menghubungkan
kondisi kejahatan dengan kondisi ekonomi yang
dianggap memiliki hubungan sebab akibat.
7. Aliran Kritis
Kriminologi kritis berpendapat bahwa fenomena kejahatan adalah sebagai
konstruksi sosial, artinya apabila masyarakat mendefinisikan tindakan
tertentu sebagai kejahatan, maka orang-orang tertentu dan tindakan-
tindakan pada waktu tertentu memenuhi batasan sebagai kejahatan. Ini
berarti bahwa kejahatan dan penjahat bukanlah fenomena yang berdiri
sendiri yang dapat diidentifikasikan dan dipelajari secara obyektif oleh
ilmuan sosial, sebab dia ada hanya karena hal itu dinyatakan sebagai
demikian oleh “masyarakat”.

a. Siapa penjahat
Menurut kriminologi kritis, maka tingkat kejahatan dan cirri-ciri pelaku
terutama ditentukan oleh bagaimana undang-undang disusun dan
dijalankan. Misalnya apabila sebagian besar pelaku kejahatan adalah
orang-orang yang miskin, maka bukan kemiskinan yang merupakan sebab
kejahatan, akan tetapi karena bentuk tindakan yang dilakukan oleh orang-
orang miskin lebih banyak ditunjukkan oleh undang-undang sebagai
kejahatan
b. Penyebab Kejahatan
Kejahatan bisa terlahir karena adanya kekuasaan. Menurut
Yasraf Amir Piliang[4]; Ketika kejahatan itu dilakukan oleh
negara, maka kejahatan itu menjelma menjadi perfect crime,
disebabkan hukum dan sistem hukum menjelma menjadi
kejahatan itu sendiri’. Hukum kini menjelma sebagai
institusi semiotik, yang didalamnya beroperasi tanda-tanda
palsu
8. Aliran Sosiologis
secara sosiologis, kejahatan merupakan suatu perilaku manusia
yang diciptakan oleh masyarakat. tindakan atau perbuatan
tertentu yang tidak disetujui oleh masyarakat dapat diartikan
sebagai suatu kejahatan.
aliran sosiologis merupakan : • aliran yang muncul sebagai kritik
atas aliran klasik dan positif • aliran pengembangan dari ajaran
enrico ferri yang mengatakan bahwa setiap kejahatan adalah
hasil dari unsur unsur yang terdapat dalam individu, masyarakat
dan keadaan fisik. • aliran yang berpendapat bahwa “crime as a
function of social environment.. that criminal behavior results
from the same processes as other social behavior” • proses
terjadinya tingkah laku jahat atau tidak berbeda dengan proses
terjadinya tingkah laku lainnya, seperti tingkah laku baik. karena
dalam konteks perilaku baik juga terbentuk dari unsur individu
masyarakat dan keadaan fisik
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai