Anda di halaman 1dari 13

Nama : Elya Anggas Sanjaya Sihombing

NIM : 210200105

Mata Kuliah : Kriminologi

Group :B

Tanggal pengumpulan : 03 November 2022

1. Jelaskan pengertian penjahat dalam aspek yuridis, aspek ekonomi, aspek intelegentia,
aspek religious dan aspek filsaft dan sosial ?
Jawaban :

 Pengertian penjahat dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya:


 Penjahat atau pelaku kejahatan ditinjau dari aspek yuridis merupakan
seseorang yang melanggar peraturan atau undang-undang pidana dan telah
diputus oleh pengadilan atas pelanggarannya dan telah dijatuhi hukuman,
dan dalam hukum pidana dikenal dengan istilah narapidana.
 Dilihat dari aspek ekonominya, menurut Person, Penjahat merupakan
orang yang mengancam kehidupan dan kebahagiaan orang lain dan
membebankan kepentingan ekonominya pada masyarakat sekelilingnya.
 Pada aspek sosial, menurut Mabel Elliot, penjahat merupakan orang-orang
yang gagal dalam menyesuaikan diri dengan norma-norma masyarakat
sehingga tingkah lakunya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat.
 Dalam aspek religious, J. E. Sahepaty, mengatakan bahwa penjahat adalah
orang-orang yang berkelakuan antisosial, perbuatannya bertentangan
dengan norma-norma kemasyarakatan dan agama serta merugikan dan
menggangu ketertiban umum.
 Sedangkan menurut Socrates, dilihat dari aspek filsafatnya,Penjahat
merupakan orang-orang yang suka melakukan perbuatan bohong
(pembohong).
 Menurut Vollmer, penjahat dalah orang yang dilahirkan tolol atau tidak
memiliki kesempatan untuk merubah tingkah laku karena baginya tidak
dapat mengendalikan dirinya dari perbuatan anti sosia; ang merugikan
individu.
2. Jelaskan perbedaan antara Kriminil Aetiologie dan Kriminil Politik dalam kriminologi
?
Jawaban :

 Pengertian Kriminil Aetiologie


Dalam kriminologi dikenal suatu istilah etiologi kriminal. Menurut Wahju
Muljono, 2012, Pengantar Teori Kriminologi, Yogyakarta, Pustaka Yustisia,
hlm.97 etiologi kriminal adalah ilmu yang menyelidiki atau yang membahas asal
usul atau sebab musabab kejahatan (kausa kejahatan).

 Kriminil Politik Sudarto, mengartikan politik kriminal adalah usaha rasional dan
terorganisir dari suatu masyarakat untuk menanggulangi kejahatan. Diterangkan
Barda Nawawi Arief (dalam Kenedi, 2017: 17), definisi tersebut disarikan dari
pengertian yang dirumuskan oleh Marc Ancel.Marc Ancel merumuskannya
sebagai the rational organization of the control of crime by society yang jika
diterjemahkan
berarti organisasi rasional dari pengendalian kejahatan yang dilakukan
masyarakat.

 Perbedaan Kriminil Aetiologie dengan Kriminil Politik


Dalam etiologi kriminal, fokus perhatiannya pada objek studi kriminologi, yakni
penjahat, yaitu mempelajari alasan seseorang melanggar
hukum pidana, atau melakukan tindak kejahatan sementara orang lain tidak
melakukannya.Sedangkan Fokus perhatian politik kriminal adalah perlindungan
masyarakat untuk mencapai kesejahteraan

3. Jelaskan ruang lingkup (objek studi) dalam ilmu kriminologi dan berikan contohnya ?
Jawaban:
Objek Studi Kriminologi Objek studi kriminologi Menurut lamroso
meliputi di antaranya :
1. Kejahatan. Dari sudut pandang hukum, kejahatan adalah serangkaian bentuk
perbuatan yang telah ditetapkan oleh Negara sebagai kejahatan dalam hukum
pidananya dan diancam dengan suatu sanksi tertentu. Sanksi ini bisa saja dalam
bentuk sanksi sosial atau langsung di hukum dalam penjara.
2. Pelaku/Penjahat. Penjahat atau pelaku kejahatan adalah orang-orang yang
melakukan pelanggaran hukum pidana dan telah diputus oleh pengadilan atas
pelanggarannya tersebut. Dalam hukum pidana pelaku tindak kejahatan atau penjahat
dikenal dengan istilah narapidana.
3. Reaksi masyarakat terhadap tindak kejahatan, pelaku, dan korban kejahatan. Dalam
hal ini, kriminologi mempelajari dan meneliti serta membahas tentang pandangan dan
tanggapan masyarakat terhadap perbuatan-perbuatan atau gejala yang timbul di
masyarakat yang dipandang sebagai perbuatan yang merugikan atau membahayakan
masyarakat luas, tapi undang-undang belum mengaturnya.

Ruang Lingkup Kriminologi

Ruang lingkup kriminologi mencakup perspektif tentang pembuatan undang-undang,


pelanggaran undang-undang, dan reaksi masyarakat terhadap undang-undang yang
dilanggar.
1. Proses pembuatan hukum pidana dan acara pidana
2. Etiologi kriminal yang membahas tentang teori-teori penyebab terjadinya
kejahatan;
3. Reaksi terhadap terjadinya pelanggaran hukum. Hal tersebut bukan hanya ditujukan
bagi para pelanggar hukum yang berupa tindakan represif, tapi juga ditujukan kepada
calon pelanggar hukum yang berupa upaya-upaya kejahatan.
Sementara menurut Muhammad Mustafa, ruang lingkup pembahasan dalam
kriminologi di antaranya,
1. Kejahatan, perilaku menyimpang, dan kenakalan
2. Pola tingkah laku kejahatan dan sebab musabab terjadinya kejahatan
3. Korban kejahatan
4. Reaksi sosial masyarakat terhadap kejahatan.

Secara lebih rinci W. A. Bonger membagi ruang lingkup kriminologi secara garis
besar menjadi dua di antaranya,
1. Kriminologi Murni.
Kriminologi murni yang mencakup di antaranya,
a. Antropologi Kriminil, ialah ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat
(somatis). Ilmu pengetahuan ini memberikan jawaban atas pertanyaan tentang orang
jahat dalam tubuhnya mempunyai tanda-tanda seperti apa? Apakah ada hubungan
antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.
b. Sosiologi Kriminil, ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala
masyarakat. Pokok persoalan yang dijawab oleh bidang ilmu ini adalah sampai di
mana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat.
c. Psikologi Kriminil, ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut
jiwanya.
d. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminil, ialah ilmu tentang penjahat yang sakit
jiwa atau urat saraf.
e. Penologi, ialah ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.
2. Kriminologi Terapan
Di samping itu terdapat kriminologi terapan di antaranya,
a. Higiene Kriminil, ialah suatu usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
kejahatan, misalnya usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menerapkan
undang-undang, sistem jaminan hidup dan kesejahteraan yang dilakukan semata-mata
untuk mencegah terjadinya kejahatan.
b. Politik Kriminil, suatu usaha penanggulangan kejahatan dimana suatu kejahatan
telah terjadi. Di sini dilihat sebab-sebab seseorang melakukan kejahatan. Apabila
disebabkan oleh faktor ekonomi maka usaha yang dilakukan adalah meningkatkan
keterampilan atau membuka lapangan kerja, jadi tidak semata-mata dengan
penjatuhan sangsi.
c. Kriminalistik (police scientific), ialah merupakan ilmu tentang pelaksanaan
penyidikan teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan.

4. Bagaimanakan paradigm kriminologi dalam pandangan positivis, interaktionis dan


sosialis?
Jawaban :
a.Paradigma Positivisme
Paradigma positivisme sebagai salah satu paradigma untuk mempelajari kriminologi
yang menitikberatkan pada sifat alamiah dari tiap manusia secara individual. Perilaku
manusia adalah hasil dari hubungan sebab akibat antara individu-individu dan
beberapa aspek atau aspek tertentu dari lingkungan mereka, dan hubungan dimaksud
memiliki kualitas sebagai hukum. Lebih jauh dianggap bahwa hukum alam dari
perilaku manusia berlaku sama bagi setiap individu; yaitu bahwa individu-individu
yang memiliki pengalaman yang sama cenderung untuk berperilaku sama. Asumsi ini
memiliki relevansi khusus dengan perkembangan strategi pengawasan kejahatan. Jika
perilaku manusia merupakan hasil hukum sebab akibat dan hukum ini mempengaruhi
semua individu, maka dengan mengungkapkan hukum ini, masyarakat dapat secara
efektif memprediksi dalam keadaan bagaimana kejahatan dapat terjadi dan sekaligus
mengawasi keadaan-keadaan yang dimaksud. Paradigma positivisme ini digunakan
secara ekstensif oleh mereka yang bertugas memprediksi dan mengawasi perilaku
kriminal. Paradigma positivisme juga memperhatikan kesatuan metode ilmiah dan
ilmu pengetahuan bebas nilai. Metode ilmiah yang dapat mengungkapkan hukum
fisika dapat dipandang berlaku juga bagi yang mempelajari perilaku manusia. Hasil
penemuan paradigma ini adalah yang paling banyak diterima masyarakat di luar
ilmuwan. Pemerimaan ini karena salah satu sebabnya, bahwa paradigma ini berasal
dari perspektif konsensus dan perspektif inilah yang sangat dekat dengan kenyataan
kehidupan sehari-hari, terutama pengertian dan pemahaman tentang hukum, kejahatan
dan organisasi kemasyarakatan.

b. Paradigma Interaksionis
Paradigma interaksionis menitikberatkan pada keragaman psikologi sosial dari
kehidupan manusia sejak eksistensinya dalam perkembangan kriminologi pada awal
tahun 1960-an, telah memberikan pengaruh/dampak yang sangat berarti terhadap cara
pandang para ahli ilmu sosial akan kejahatan. Dampak terhadap cara pandang
organisasi sosial dan masyarakat umum terhadap kejahatan masih kurang berarti bila
dibandingkan dengan paradigma positivisme. Namun demikian, paradigma
interaksionis telah memperoleh dukungan yang besar dari masyarakat umum selama
beberapa abad terakhir sebagai penemuan-penemuan ilmiah pada dekade terakhir, dan
telah merupakan pengertian umum pada akhir-akhir ini.

c. Paradigma sosialis
Paradigma sosialis menitikberatkan pada aspek-aspek politik dan ekonomi dari
kehidupan sosial. Paradigma ini merupakan paradigma terbaru namun kurang
berkembang bila dibandingkan dengan 2 (dua) paradigma yang disebutkan di atas.
Paradigma ini dalam menghadapi masalah kejahatan menuntut adanya perubahan
struktur masyarakat dan karena itulah pada akhirakhir ini merupakan paradigma yang
kurang disukai, baik kalangan kriminolog maupun masyarakat pada umumnya.

5. Bagaimanakan Metode Pendekatan Dalam Kriminologi?


Jawaban :
 Secara harfiah, kriminologi berasal dari kata ”crimen” yang berarti kejahatan atau
penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Apabila dilihat dari kata
tersebut, maka kriminologi mempunyai arti sebagai itu pengetahuan tentang
kejahatan. Menurut Hermann Mannheim
1. PENDEKATAN DESKRIPTIF, adalah suatu pendekatan dengan cara
melakukan observasi dan pengumpulan data yang berkaitan dengan fakta-fakta
tentang kejahatan dan pelaku kejahatan seperti : (a). bentuk tingkah laku
kriminal, (b). bagaimana kejahatan dilakukan, (c). frekuensi kejahatan pada
waktu dan tempat yang berbeda, (d). ciri-ciri pelaku kejahatan, seperti usia,
jenis kelamin dan sebagainya, dan (e). perkembangan karir seorang pelaku
kejahatan.
2. PENDEKATAN SEBAB AKIBAT, pendekatan yang melihat bahwa fakta-
fakta yang terdapat dalam masyarakat dapat ditafsirkan untuk mengetahui
sebab musabab kejahatan, baik dalam kasus-kasus yang bersifat individual
maupun yang bersifat umum. Hubungan sebab akibat dalam kriminologi
berbeda dengan sebab-akibat yang terdapat dalam hukum pidana. Dalam
hukum pidana, agar suatu perkara dapat dilakukan suatu penuntutan harus
dapat dibuktikan adanya hubungan sebab-akibat antara suatu perbuatan
dengan akibat yang dilarang. Berbeda dengan hubungan sebab-akibat dalam
hukum pidan, dalam kriminologi hubungan sebab-akibat dicari setelah
hubungan sebab-akibat dalam hukum pidana terbukti. Untuk lebih jelasnya,
apabila hubungan kausal dalm hukum pidana telah diketahui, maka hubungan
sebab-akibat dalam kriminologi dapat dicari, yaitu mencari jawaban atas
pertanyaan mengapa orang tersebut melakukan kejahatan. Usaha untuk
mengetahui kejahatan dengan menggunakan pendekatan sebab-akibat ini
dikatakan sebagai etiologi kriminil (etiology of crime).
3. PENDEKATAN SECARA NORMATIF
Kriminologi dikatakan sebagai idiographic-discipline dan nomothetic –
discipline. Dikatakan sebagai idiographic discipline , karena kriminologi
mempelajari fakta-fakta, sebab-akibat, dan kemungkinan-kemungkinan dalam
kasus yang bersifat individual. Sedangkan yang dimaksud dengan nomothetic
–discipline adalah bertujuan untuk menemukan dan mengungkapkan hukum-
hukum yang bersifat ilmiah, yang diakui keseragaman dan kecenderungan-
kecenderungannya.

6. Jelaskan pandangan mazhab bio sosiologi dan mazhab spiritualis dalam memandang
kejahatan dan penjahat dalam prespektif kriminologi.?
Jawaban :
Menurut Enrico Fery : Mazhab bio sosiologi adalah penyempurnaan dari teori-teori
biologinya Lambroso. Teori ini disempurnakan oleh Enrico Ferry dengan
menekankan bahwa kejahatan karena adanya hubungan yang erat antara faktor fisik,
antropologis dan social :
• Faktor-faktor fisik : suku bangsa, iklim, letak geografis, pengaruh musim,
temperatur dan sebagainya.
• Faktor-faktor antropologis : umur, jenis kelamin, kondisi-kondisi organis, kondisi-
kondisi psikologis dan sebagainya.
• Faktor-faktor sosial : rapatnya penduduk, kebiasaan susunan masyarakat, kondisi-
kondisi ekonomi, kondisi industri dan sebaginya.
Berdasarkan dari Teori Bio-Sosiologis yang disempurnakan oleh Enrico Ferry ini
teori ini memandang bahwa kejahatan bukan hanya disebabkan karena individu yang
terlahir sebagai penjahat. Namun akan tetapi juga karena faktor-faktor lain yang ada
disekitar orang-orang tersebut seperti faktor-faktor dari lingkungan individu tersebut
hidup.
Menurut B. Simandjuntak dan Chidir Ali : Mazhab Spiritualis dalam memandang
kejahatan dan penjahat dalam perspektif kriminologi adalah alam penjelasan tentang
kejahatan, spiritualisme memiliki perbedaan yang mendasar dengan metode
penjelasan kriminologi yang ada pada saat ini. Penjelasan spiritualisme memfokuskan
perhatian pada perbedan antara kebaikan yang datangnya dari Tuhan dan keburukan
yang datangnya dari setan. Seseorang yang telah melakukan suatu kejahatan
dipandang sebagai orang yang telah terkena bujukan setan. Sehingga semakin jauh
hubungan seseorang dengan ajaran agama yang diperlukannya, semakin besar
kemungkinan untuk melakukan suatu tindak kejahatan. Seseorang yang selalu taat
dalam menjalankan ajaran agamanya, biasanya tidak akan mudah terjerumus untuk
berbuat jahat, karena ia telah dilandasi oleh iman dan taqwa. Pada dasarnya semua
agama melarang pemeluknya untuk melakukan kejahatan, oleh karena itu agama
adalah merupakan penangkal yang ampuh untuk mencegah terjadinya suatu kejahatan.

7. Bagaimanakan Sejarah Perkembangan Kriminologi di Indonesia?


Jawaban :
 Sejarah perkembangan Kriminologi
 Pra Kriminologi
Kriminologi sebagaimana ilmu yang lain baru lahir pada abad XIX
dimulai pada tahun 1830 –adalah Adolphe dari kota Quetelet Perancis
sebagai pelopornya- jadi bersamaan dengan dimulainya sosiologi, namun
apabila dirunut ke belakang –sebagaimana pada umumnya pengetahuan
dan ilmu yang lainsudah dimulai pada Jaman Kuno meski kajiannya tidak
dapat atau hampir tidak dapat dikatakan tentang kriminologi. Plato (427 –
347 SM) filsuf jaman Yunani dalam bukunya Republiek mengatakan
bahwa emas, merupakan sumber dari banyak kejahatan. Makin
tinggi kekayaan –dalam pandangan manusia- makin merosot penghargaan
terhadap kesusilaan. Dalan setiap negara dimana banyak orang miskin,
dengan diam-diam banyak bajingan, pencopet, pemerkosa agama dan
penjahat dari berbagai macam. Plato sebagai utopis –kaum yang
mengkhayalkan sesuatu yang serba baik- untuk masyarakat khayal yang
dilukiskan akan berbuat sama. Dalam bukunya De Wetten kemudian
menguraikan: Jika, ....… dalam suatu masyarakat tidak ada yang miskin
dan tidak ada yang kaya, tentunya akan terdapat kesusilaan yang tinggi di
sana; karena di situ tidak akan terdapat ketakaburan, tidak ada kelaliman,
juga tidak ada rasa iri hati dan benci.
 Kriminologi
Pada abad XIX sosiologi kriminal (kriminologi) timbul akibat dari
berkembangnya sosiologi dan statistik kriminal. Sehingga studi mengenai
tindak pidana dan pelaku tindak pidana sudah mulai sungguh-sungguh
dipelajari. Adolphe Quitelet 1796 – 1874 seorang Belgia ahli ilmu pasti
dan sosiologi, Guerry 1802 – 1866 seorang Perancis dan Meyhew di
Inggris mempelajari dan memetakan penyebaran tindak pidana dalam
studinya yang pertama-tama menggunakan statistik sosial. Kelompok
masyarakat yang lain, di bawah kepemimpinan Joseph Gall dan Spurzheim
terlibat dalam studi phrenology (hubungan konfigurasi otak sebagai bagian
dari struktur otak- terhadap pelaku), dan menghasilkan beberapa studi
keilmuan “awal” tentang pelaku tindak pidana. Namun awal kriminologi
yang diterima oleh umum, adalah pada tahun 1870 dengan adanya tulisan
Lombroso L’uomo delinquente (manusia penjahat). Lombroso meneliti
hubungan keterkaitannya bentuk fisik, kepribadian dan pelaku tindak
pidana. Selanjutnya mencetuskan teori pelaku tindak pidana bawaan dan
mengembangkan studi tentang genetika dan studi tentang turun-temurun,
yang selama periode inilah istilah kriminologi menjadi populer.
 Perkembangan kriminologi dimasa era Global
Era global yang dimulai sekitar tahun 1970 sering dinamakan globalisasi
mengandung makna yang dalam dan terjadi pada segala aspek kehidupan,
misalnya ekonomi, sosial budaya, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan sebagainya, sebagai dampak kemajuan teknologi transpotasi,
komunikasi dan informatika moderen yang luas biasa. Globalisasi yang
ditandai oleh informasi menuntut nilai-nilai dan norma baru dalam
kehidupan nasional dan antar bangsa. Kriminologi sebagai suatu ilmu pada
era global memperluas cakrawala keilmuan dengan mengkaji berbagai
kejahatan moderen yang menuntut penanggulangannya secara moderen
pula. Ketentuan hukum yang sesuai dan berlaku serta penegakan hukum
atas terjadinya kejahatan menjadi sorotan pula sebagai bahan kajian
kriminologi. Analisis kriminologi tentang organized crime dimulai dengan
penelitian
Sutherland (1960) tentang white collar crime yang terjadi di Amerika
Serikat. Sebagian besar pelaku kejahatan ini adalah mereka yang tergolong
kaya, terhormat dan memiliki reputasi sosial yang baik serta usahawan
sehingga kemudian muncul penggolongan kejahatan atas upper class dan
lower class dalam masyarakat. Perkembangan kejahatan dari golongan
upper class society tersebut semakin meningkat pesat terutama sejak era
globalisasi. Perkembangan tersebut diperkuat oleh merebaknya aliran neo-
liberalism yang dipandang sebagai ideologi oleh –terutama- transnational
corporations (perusahaan besar transnasional).

8. Jelaskan aliran Neo Klasik dan aliran Kritis dalam Kriminologi berikan contohnya?
Jawaban:

 Aliran Neo Klasik Menurut" Gunaida dan Oci Senjaya, Penologi dan
Pemasyarakatan, (Sleman: Deepublish Publisher, 2020), hlm. 50. "Aliran neo-
klasik mempunyai basis yang sama dengan aliran klasik, yakni kepercayaan
kepada kebebasan kehendak manusia. Penganut aliran neo-klasik beranggapan
bahwa pidanayang dihasilkan terlalu berat dan merupakan upaya pembalasan bagi
pelaku.Aliran neo-klasik muncul sebagai bentuk kritikan terhadap aliran klasik
yang menyamakan hukuman setiap orang tanpa mempertimbangkan usia, fisik,
dan kondisi kejiwaan seseorang.Aliran neo-klasik menginginkan pembaruan dari
pikiran aliran klasik, pembaruan ini didasarkan setelah melihat kenyataan bahwa
pemikiran aliran klasik setelah dijalankan masih menimbulkan
ketidakadilan.Aliran klasik telah banyak pengaruhnya terhadap undang-undang
perancis (French code penal) pada tahun 1791.Yang merupakan sebab-sebab
gagalnya code 1791 itu adalah :
1.Diabaikannyaperbedaan-perbedaanindividual dan arti daripada situasi-situasi
tertentu
2. Dalam aliran klasik memperlakukan sama pemidanaan seseorang untuk pertama
kali dan juga yang merupakan residivis
3. Anak yang belum dewasa, orang yang idiot (terbelakang),orang gila dll dapat
dipertanggungjawabkan secara pidana.Pada masa aliran klasik,orang gila masih
diperlakukan seperti penjahat. Penjahat yang mempunyai kemauan bebas (free
will) sedang orang gila sebelumnya tidak memiliki kemauan bebas untuk memilih
perbuatan baik atau buruk, tetapi berkat lahirnya ilmu psikiatrik mulailah ada
perubahan.Dokter Perancis Ph. Pinel (1745 – 1826) pengarang dari ’Traite
medico-philosophique sur l’alienation mentale’ (1791), memperkenalkan ilmu
baru ini. Dan dalam Code Penal ditambah pasal 64 yang terkenal: ’II n’y a ni
crime, ni delit,lorsque le prevenu etait enetat de demence an temps de I’action7.
yang berbunyi,“tidaklah terdapat suatu kejahatan apabila si terdakwah berada
dalam sakit jiwa”.Karena usahanya,""nasib para orang gila mendapat perbaikan.
Persoalan tentang dapat dipertanggungdjawabkan atau tidak, mereka masih dapat
dipertanggungdjawabkan untuk sebagian. Aliran neo-klasik, berkembang
bersamaan dengan aliran modern dan berdasarkan pada doctrine of free will.
Aliran ini juga memperhatikan perbuatan maupun pelaku (offence-
offenderoriented)sebagai karaktetistiknya .
Contoh Aliran Neo Klasik "Dimasukannya keterangan ahli dalam acara
pengadilan untuk menentukan besarnya tanggungjawab terdakwa (contoh:
keterangan ahli dibutuhkan untuk meneliti apakah terdakwa mampu memilih
antara yang benar dan yang salah).14"

 Aliran Kritis Menurut Rudi Pradisetia Sudirdja, SH (Mahasiswa Magister Hukum


Pidana Universitas Indonesia) Kriminologi kritis berpendapat bahwa fenomena
kejahatan adalah sebagai konstruksi sosial, artinya apabila masyarakat
mendefinisikan tindakan tertentu sebagai kejahatan, maka orang-orang tertentu
dan tindakan-tindakan pada waktu tertentu memenuhi.
batasan sebagai kejahatan. Ini berarti bahwa kejahatan dan penjahat bukanlah
fenomena yang berdiri sendiri yang dapat diidentifikasikan dan dipelajari secara
obyektif oleh ilmuan sosial, sebab dia ada hanya karena hal itu dinyatakan sebagai
demikian oleh “masyarakat”. Oleh karenanya, kriminoligi kritis mempelajari
proses-proses dimana kumpulan tertentu dari orang-orang dan tindakan-tindakan
ditunjukan sebagai criminal pada waktu dan tempat tertentu. Kriminologi kritis
bukan sekedar mempelajari perilaku dari orang-orang yang didefinisikan sebagai
kejahatan, akan tetapi juga perilaku dari agen-agen control social (aparat penegak
hukum), di samping mempertanyakan dijadikannya tindakan-tindakan tertentu
sebagai kejahatan.
Aliran kritis juga dikenal dengan istilah “Critical Criminology” atau “kriminologi
baru”. Aliran kritis sesungguhnya memusatkan perhatian pada kritik tentang kami
terhadap intervensi kekuasaan dalam menentukan suatu perbuatan sebagai
kejahatan. Itulah sebabnya, aliran ini menggugat eksistensi hukum pidana.
Pendukung aliran menganggap bahwa pihak-pihak yang membuat hukum pidana
hanyalah sekelompok kecil dari anggota masyarakat yang kebetulan memiliki
kekuasaan untuk membuat dan membentuk hukum pidana tersebut. Jadi, hal yang
dikatakan sebagai kejahatan dalam hukum pidana dapat saja dianggap oleh
masyarakat (umum) sebagai hal yang bukan tindak kejahatan (tidak jahat). Dan
tentunya, hal tersebut terjadi jika persepsi para pembuat hukum pidana berbeda
dengan persepsi luas pada umumnya.
Contoh Aliran Kritis orang-orang atau kelompok yang memiliki kekuasaan yang
lebih besar akan mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk menentukan
perbuatan yang bertentangan dengan nilai dan kepentingan mereka sebagai
kejahatan. Pada saat yang sama , mereka juga memiliki kemampuan untuk
menghindari pendefinisian perbuatan mereka sebagai kejahatan, walaupun
perbuatan mereka tersebut bertentangan dengan nilai dan kepentingan orang atau
pihak lain yang tentunya memiliki kekuasaan yang lebih rendah.

Daftar Pustaka

1. Mulyana W, Kusumah. (1988). Kejahatan dan Penyimpangan : suatu perspektif


Kriminologi. YLBHI. Hal : 40-42.

2. Muhammad Mustafa. 2007. Kriminologi. Depok: FISIP UI PRESS. hal :16

3. Tim Hukum online, "Politik Kriminal dan Hubungannya dengan Politik Hukum Pidana"
https://www.hukumonline.com/berita/a/politik-kriminal-dan-politik-hukum-pidana-
lt6258f7d33c289/ Diakses Pada 02 November 2022,Pukul 12.35

4. Tinjaun Etiologi kriminal. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4434/F.BAB


%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y Di akses pada 02 November 2022,Pukul 13.25

5. Romli Atmasasmita, 2005, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Aditama, Bandung, hlm. 5.

6. hukum, info. 2017. Pendekatan Dalam Kriminologi. Diakses dari (


https://info-hukum.com/2017/02/26/pengertian-dan-ruang-lingkup-kriminologi ) pada 02
November 2022 pukul 09.37 WIB
7 .Mahadar. 2005. Viktiminisasi Kejahatan Terhadap Pertanahan. Jakarta. Laksbang
Bessindo. hlm 51). Diakses dari http://repository.uma.ac.id/ pada 01 November 2022 pukul
22.10
8. Romli Atmasasmita, 2005, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Aditama, Bandung, hlm. 5.
9. Ramdani, Dani. 2022. Pengertian Kriminologi, Objek Studi, Ruang Lingkup, Tujuan,
Teori, dan Manfaatnya. Diakses dari Pengertian Kriminologi, Objek Studi, Ruang Lingkup, Tujuan,
Teori, dan Manfaatnya - Sosial79 pada 02 November 2022 Pukul 12.24 WIB.

10. Rudi Pradisetia Sudirdja,"ALIRAN KRITIS DALAM KRIMINOLOGI"

http://www.rudipradisetia.com/2013/09/aliran-kritis-dalam-kriminologi.html?m=1, diakses pada 02


November 2020 Pukul 09.40.

11. "Teori Aliran Neo-Klasik KRIMINOLOGI" di Scribd.https://www.scribd.com/doc/482225837,


diakses pada 02 November 2022 Pukul 10.15.

12. eurocrim2015," 4 Aliran Dalam Kriminologi"https://www.eurocrim2015.com/aliran-


kriminologi/,diakses pada 02 November 2022 Pukul 11.10.

Anda mungkin juga menyukai