Anda di halaman 1dari 13

1.a.

) Dalam kaitannya kriminologi dengan berbagai dispilin bidang ilmu lainnya adalah bahwa
kriminologi itu sebagai kumpulan berbagai ilmu pengetahuan dan kesemuanya itu saling
melengkapi sehingga dapat diketahui sampai seberapa jauh hubungannya. Buatlah identifikas
terhadap ilmu lainnya yang berkaitan dengan kriminologi!

Jawaban:

kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya, Bonger menganggap bahwa


syarat adanya metode, sistem, dan obyektivitas, telah terdapat dalam kriminologi, sehingga tidak
ragu lagi bahwa kriminologi merupakan sebuah ilmu, mengapa dikatakan sebuah ilmu?

1. Pada saat kriminologi mempelajari kejahatan yang seluas-luasnya, maka yang dimaksudkan
adalah berbagai bentuk kejahatan yang terdapat dalam hukum pidana, maka dengan demiukian
kriminologi pun harus mempelajari ilmu hukum pidana.

2. Kriminologi bergerak kea rah disiplin-disiplin lainnya, pada saat kriminologi bergerak kearah
sosiologi hukum, maka kriminologi mempunyai metode tertentu dalam pendekatan diri pada
sosiologi hukum, karena metode inilah Kriminologi dapat dikatakan sebuah ilmu.

3. Hasil penyelidikan kriminologi dapat membantu pemerintah dan penegak hukum untuk
mengungkapkan kejahatan, membantu untuk melakukan kriminalisasi dalam produk peraturan
perundang-undangan pidana. Menurut von Litz, sebaiknya kriminologi bergabung dengan
hukum pidana (politik criminal) Kriminologi juga (khususnya kriminologi kritis) hasil
penelitiannya dapat memperbaiki kinerja aparatur hukum, serta melakukan perbaikan bagi
undang- undangpidana itu sendiri.

Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang berorientasi kepada ilmu pengetahuan soasial dan
menggunakan metode empiris-induktif
-Keterkaitan Antara Kriminologi dengan Ilmu Hukum Pidana
-Keterkaiatan Antara Kriminologi dengan Antropolgi
-KeterkaitanAntara Kriminologi dengan Psikologi
- Keterkaitan Antara Kriminologi dengan Sosiologi
-Keterkaitan Antara Kriminologi dengan Kriminalistik

b.)Identifikasikanlah keterkaitan kriminologi dengan bidang studi lainya dan mengapa hal ini
terjadi?

Jawaban:
Kriminolgi dengan Ilmu Hukum Pidana
Karena kriminologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri di samping hukum pidana, maka
mempunyai definisi sendiri tentang apa yang disebut kejahatan. ... Hukum pidana memusatkan
perhatiannya terhadap pembuktian suatu kejahatan sedangkan kriminologi memusatkan
perhatiannya pada factor-faktor penyebab terjadinya kejahatan
Kriminologi dengan Antropologi
Kriminologi dengan Antropologi Hubungan kriminologi dengan antropologi menjelaskan
tentang perilaku kejahatan atau perilaku yang melanggar hukum yang berkaitan dengan
kebudayaan masyarakat

Kriminologi dengan Psikologi


Hubungan psikologi dengan kriminologi adalah Pada era modern disebuntukan bahwa
ilmu kriminologi yang mengkaji dan membahas kejahatan dan penyimpangan tingkah laku
manusia baik sebagai sebuah gejala sosial maupun Psikologi, sehingga dunia hukum
membutuhkan disiplin ilmu lain yang mampu menjelaskan setiap penyimpangan

Kriminologi dengan Sosiologi


Kriminologi dengan Sosiologi Kriminologi menjelaskan kejahatan sebagai suatu gejala sosial
dari sudut pandang sosiologi. Dalam sosiologi, dikatakan bahwa timbulnya kejahatan bersamaan
dengan munculnya masyarakat. Artinya, kejahatan merupakan suatu produk yang dihasilkan oleh
masyarakat.

Kriminologi dengan Kriminalistik


Jadi kriminologi digunakan untuk menganalisa suatu kasus kejahatan dan segala sebab
akibatnya, dalam hal ini untuk pengungkapan kasus kejahatannya dapat menggunakan
ilmu kriminalistik, lebih mengerucut lagi adalah ilmu forensic, jika kasusnya berkaitan dengan
penggunaan komputer maka digunakan digital forensic.

c.) Keterkaitan kriminologi dengan bidang studi lainya itu bisa dikatakan bahwa itu merupakan
kriminologi teoritis atau kriminologi murni (pure criminology)

Jawaban:

kriminologi teoritis, yaitu ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengelamannya seperti ilmu
pengetahuan lainnya yang sejenis, memeprhatikan gejala-gejala kejahatan dan mencoba
menyelidiki sebab dari gejala tersebut (etiologi) dengan metode yang berlaku pada kriminologi.

Kriminologi murni, yang mencakup:

a. Anthropologi Kriminil

Anthropolo gi kriminil adalah ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (ssomatis)) suatu
bagian dari ilmu alam – A nthropologi juga dinamai bab yang terakhir dari ilmu hewan..
Anthropologikriminil memberi jawaban atas pertanyaan - pertanyaan:: orang jahat mempunyai
tanda- tanda khas apa di badannya? Apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan?

b. Sosiologi Kriminil
Sosiologi Kriminil adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat..
Dalam arti luas termasuk penyelidikan keadaan sekeliling phisiknya (ggeografis,, klimatologi,,
dan meteorologis))..

c. Psikologi Kriminil

Psikologi Kriminil adalah il mu pengetahuan tentang kejahatan dip anda ng dari sudut ilmu jiwa..
Penyelidikan terhadap jiwa penjahat dapat ditujukan pula kepada kepribadian dan untuk
menyusun tipologi penjahat.. Penyelidikan mengenai gejala - gejala yang nampak pada kejahatan
yang dilakukan oleh sekelompok orang,, sebagi an juga termasuk dalam psikologi kriminal..

d. Psycho dan Neuro Pathologi Kriminil

Psycho dan Neuro Pathologi Kriminil adalah ilmu pengetahuan tentang penjahat yang sakit jiwa
atau urat syarafnya..

e Penologi

Penologi adal ah ilmu pengetahuan tentang timbul dan pertumbu ha nnya hukuman,, arti , dan
faedahnya..

d.) Kriminologi itu ruang lingkupnya sangat luas sehingga keberadaannya itu memerlukan
dukungan dari disiplin ilmu lainnya. Untuk itu identifikasikanlah disiplin ilmu di luar
kriminologi

Jawaban:

Menurut Herman Manheimm pada tahun 1960 , dalam bukunya Pioneers in

criminology telah mengemukakan 3 (tiga) tipe masalah yang merupakan lingkup pembahasan
kriminologi sebagai berikut :

1. The problem of detecting the law breker (crimnalist).

2. The problem of the custody and treatment of the offender (Penologi).

3. The problem of explaining crime and criminal behavior (the problem of

scientifically accounting for presence of crime and criminals in society).

Menurut Herman Manheimm pada tahun 1960, dalam bukunya the crime problem
mengemjukakan 10 ruang lingkup atau wilayah yang merupakan bidang kerja kriminologi :
1. Kriminologi mempelajari bagaimanakah kejahatan dilaporkan pada badan- badan resmi
dan bagaimana tindakan yang dilakukan menanggapi laporan itu.

2. Kriminologi mempelajari perkembangan dan perubahan hukum pidana dalam


hubungannya dengan ekonomi, politik serta tanggapan masyarakatnya.

3. Kriminologi mempelajari secara khusus keadaan penjahat, membenadingkan dengan


yang bukan penjahat mengenai sex, ras, kebangsaan, kedudukan ekonomi, kondisi
kekeluargaan, pekerjaan atau jabatan dan kedudukan, kondisi kejiwaan, phisik, kesehatan
dan jasmani rokhani dsb.
4. Kriminologi mempelajari daerah-daerah atau wilayah-wilayah dihubungan dengan
jumlah kejahatan dalam daerah atau wilayah yang dimaksud dan bahkan diteliti pula
bentuk spesifik dari kejahatan yang terjadi, misalnya penyeludupan di daerah pelabuhan
atau korupsi di lingkungan pejabat.
5. Kriminologi berusaha memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor penyebab
kejahatan untuk menuangkan dalam bentuk ajaran dan teori.
6. Kriminologi mempelajari jenis kejahatan yang dimanifestasikan secara istimewa dan
menunjukan kelainan ari pada yang sering berlaku, organized crime, white-collar crime
yang berupa bentuk-bentuk kejahatan modern, termasuk pembajakan pesawat, pencucian
uang dan pembobolan ATM.
7. Kriminologi mempelajari hal-hal yang sangat erat hubungannya dengan kejahatan,
misalnya alkoholisme, narkoba, pelacuran, perjudian, vagrancy atau glandangan dan
pengemis.
8. Kriminologi mempelajari apakah peraturan perundang-undangannya beserta penegak
hukumnya sudah efektif.
9. Kriminologi mempelajari apakah kemanfaatan lembaga-lembaga yang digunakan untuk
menangkap, menahan dan menghukum.
10. Kriminologi mempelajari setiap usaha untuk mencegah kejahatan.

2.a.) Dikatakan bahwasannya analisis risiko viktimisai itu penting. Jelaskan analisis saudara
mengapa hal tersebut penting?

Jawaban:
viktimilisasi adalah sebagai suatu permasalahan manusia yang merupakan kenyataan social hal
ini disebabkan karena Setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala
bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Apapun model dan bentuk kekerasan yang dilakukan baik itu berupa ancaman kekerasan,
penyiksaan atau perlakuan yangmerendahkan derajat dan martabat kemanusiaan
adalahmerupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat
kemanusiaan.

Contoh kasus yang dapat kita lihat adalah :


- Korban akibat perbuatan manusia, korban akibat perbuatan manusia dapat menimbulkan
perbuatan kriminal misalnya: korban kejahatan perkosaan, korban kejahatan politik. Dan yang
bukan bersifat kriminal (perbuatan perdata) misalnya : korban dalam bidang Administratif,dan
lain sebagainya;

b.) Berikanlah analisis saudara mengapa individu melakukan risiko kejahatan dengan cara
mengumpulkan informasi yang di dapat dari pengalamannya sendiri dan informasi yang di dapat
dari jaringan sosialnya atau media massa?

Jawaban:
Ketika media sosial berpengaruh besar saat ini, dimana orang banyak menggunakan media sosial
untuk memposting apa yang mereka sedang lakukan dengan cara itu individu mudah mendapat
informasi untuk melakukan tindakan kejahatan

c.)Berikanlah analisis saudara tentang penilaian terhadap risiko dan perilaku yang akan diambil
selanjutnya yang mana dipengaruhi oleh kedua jenis informasi tersebut!

Jawaban:

Manajemen risiko yang dibuat dalam bidang informasi dan komunikasi yang
berhubungan dengan kehidupan banyak warga negara ataupun yang bersifat rahasia, merupakan
hal yang dilakukan untuk mengurangi tingkat kerawanan penyalahgunaan informasi dan data
.Risiko yang terjadi dalam menghadapi ancaman kejahatan berasal dari dalam maupun luar
negara dengan memanfaatkan kondisi sosial, politik, budaya, ideologi, dan perkembangan
teknologi.. Banyak cara yang dilakukan oleh berbagai macam pihak untuk mendapatkan
informasi .Beberapa aksi penyerangan bahkan telah dilakukan,misalnya aksi peretasan yang
dengan mudahnya terjadinya risiko kejatan . Bocornya informasi dapat memudahkan terjadinya
hal yang tidak diinginkan . Konsep manajemen risiko dalam pertahanan merupakan unsur
penting untuk menganalisis seberapa besar ancaman berdampak kepada
diri sendiri..

d.) Bagaimanakah analisis saudara terhadap peran dari pengaruh pengalaman tidak langsung
tentang kejahatan juga sangat menonjol dalam pembentukan fear of crime?

Jawaban:
Fear of crime rasa takut pada kejahatan
Gejala NormalSebagai suatu reaksi psikologis individual yang bersifat subjektif terhadap
stimulus yang mengerikan berupa kejahatanGejala AbnormalitasBila telah menjadi “suatu
perasaan kolektif masyarakat kota, yang tidak lagi jelas sumber rasa takut itu sendiri, namun
mampu mengakibatkan perubahan perilaku”

Kejahatan merupakan sebuah hal yang menarik bagi media massa. Berita tentang kejahatan,
dengan menggunakan format keterangan saksi mata dan berita dengan aksi, hal ini telah menjadi
suatu identitas bagi stasiun televisi lokal, nasional maupun internasional. Peliputan kejahatan di
dalam media massa merupakan hal yang penting karena gambaran yang ada dapat membentuk
konstruksi sosial masyarakat tentang realita. Salah satunya adalah terorisme, yang merupakan
salah satu bentuk kejahatan yang cukup meresahkan keamanan negara dari berbagai aspek dan
dapat dijadikan sebagai bahan pemberitaan oleh media massa.
Kata “teroris” dan terorisme berasal dari kata latin “terrere” yang kurang lebih berarti
menggetarkan. Kata teror juga bisa menimbulkan kengerian akan tetapi sampai dengan saat ini
belum ada definisi terorisme yang bisa diterima secara universal. Pada dasarnya istilah terorisme
merupakan sebuah konsep yang memiliki konotasi yang sensitif karena terorisme mengakibatkan
timbulnya korban warga sipil. Di Indonesia, kasus terorisme meningkat pada tahun 2016, Kepala
Polri Jenderal Pol Tito Karnavian mengungkapkan, penanganan kasus terorisme pada 2016
meningkat ketimbang tahun sebelumnya. Tahun lalu, Polri menangani 82 kasus terorisme.
Jumlah itu meningkat hingga 170 kasus pada 2016. Tito mengakui bahwa peningkatan kasus
terorisme cukup signifikan terjadi dalam setahun terakhir.
Media dan terorisme tidak dapat dipisahkan, Dengan menggunakan pendekatan media, saya
melihat bahwa terorisme dapat dijadikan untuk tujuan pemberitaan global itu sendiri. Hadirnya
media sosial dan juga media korporasi internasional (khususnya media massa) memberikan
wajah baru pada aksi teror yang terjadi saat ini. Jika dahulu, ketika aksi teror pertama kali yang
terpublikasikan adalah pembunuhan yang terjadi pada olimpiade 1972 yang dimuat oleh televisi
pada waktu itu memberikan ancaman yang begitu besar. Melihat kondisi saat ini yang mana
informasi dan teknologi komunikasi telah berkembang pesat, pemberitaan melalui siaran televisi
tersebar dimana-mana. Menurut Martin, media berperan dalam hal publikasi, penyebaran global,
dan menyajikan bentuk komunikasi massa baru bagi terorisme. Dampaknya, terorisme kemudian
berbasis media, dengan segala proses penyebaran informasi, pengiriman pesan kepada penonton,
dan pembentukan iklim teror dilakukan oleh peran aktif media.

3.a.)Mazhab klasik selalu dihubungkan dengan tokoh utamanya yaitu beccaria. Mengapa
demikian?. Bagimana analisis saudara tentang hal ini jika dihubungkan dengan ilmu
kriminologi?

Jawaban:
Mazhab klasik muncul pada abad ke-18 yang dipelopori oleh Cesare Beccaria, aliran ini
timbul di Inggris paada abad pertengahan ke-19. Alaran ini, dengan Doktrin of free will-nya,
mendasarkan pada filsafat hedonistis yang memandang bahwa manusia mempunyai kebebasan
memilih perbuatan yang dapat memberikan kebahagian dan menghindari perbuatan-perbuatan
yang akan memberikan penderitaan.

Pada dasarnya Beccaria menerapkan doktrin ini sebagai sebagai doktrin dalam penologi.
Menurut Beccaria, setiap orang yang melanggar hukum telah memperhitungkan rasa sakit yang
diperoleh dari perbuatan tersebut. “That the act which I do is the act which I think will give me
most pleasure. Demikianlah Jeremy Bentham, mengungkapkannya.

Cesare Beccaria (1738-1798), beliau berusaha menentang kesewenangan lembaga peradilan pada
saat itu, dalam kritiknya pada intinya adalah menentang terhadap hukum pidana, hukum acara
pidana dan sistem penghukuman. Dengan demikian, aliran ini dikenal dengan aliran kriminologi
klasik yang berkembang di Inggris dan Negara Amerika. Dasar dar mazab ini adalah Hedonistic-
Psycology yang mempergunakan metodenya adalah armchair (tulis menulis). Psikologi yang
menjadi dasar aliran ini adalah sifat individualistis. Intelectualistis serta voluntarsitis.
Landasan dari aliran Kriminologi klasik ini adalah, bahwa individu dilahirkan bebas dengan
kehendak bebas (free will). Untuk menentukan pilihannya sendiri, individu memiliki hak asasi di
antaranya hak untuk hidup, kebebasan untuk memiliki harta kekayaan, pemerintahan Negara
dibentuk untuk melindungi hak-hak tersebut dan muncul sebagai perjanjian sosial antara yang
diperintah dan yang memerintah, setiap warga Negara hanya menyerahkan sebagian haknya
kepada Negara sepanjang diperlukan oleh Negara untuk mengatur masyarakat demi kepentingan
sebagian besar masyarakat kejahatan merupakan pelanggaran perjanjian sosial dank arena itu
dikatan sebagai kejahatan moral.

Dalam kajian konteks tersebut sehingga dapat dipahami, cirri-ciri atau landasan kriminologi
klasik dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. 1)  Manusia dilahirkan dengan kehendak bebas (free will) untuk menentukan pilhannya
sendiri.
2. 2)  Manusia memiliki hak asasi di antaranya hak untuk hidup, kebebasan serta memiliki
kekayaan.
3. 3)  Pemerintah Negara dibentuk untuk melindungi hak-hak tersebut dan muncul sebagai
hasil perjanjian sosial antara yang diperintah dan yang memerintah.
4. 4)  Setiap warga Negara hanya menyerahkan sebagian hak asasinya kepada Negara
sepanjang diperlukan oleh Negara untuk mengatur masyarakat dan demi kepentingan
sebagian terbesar dari masyarakat.
5. 5)  Kejahatan merupakan pelanggaran terhadap perjanjian sosial, oleh karena itu
kejahatan merupakan kejahatan moral.
6. 6)  Hukuman hanya dibenarkan selama hukuman itu ditujukan untuk untuk memlihara
perjanjian sosial. Oleh karena itu tujuan hukuman adalah untuk mencegah kejahatan di
kemudian hari.
7. 7)  Setiap orang dianggap sama di depan hukum, oleh karena itu seharusnya setiap orang
diperlakukan sama.

b.) Titik awal untuk sebagian besar teori kontrak sosial adalah pemeriksaan kondisi manusia
yang tidak ada dalam tatanan politik mana pun (disebut " keadaan alamiah " oleh Thomas
Hobbes ). [4] Dalam kondisi ini, tindakan individu hanya dibatasi oleh kekuatan dan hati
nurani pribadinya . Dari titik awal bersama ini, ahli teori kontrak sosial berusaha untuk
menunjukkan mengapa individu yang rasional secara sukarela setuju untuk menyerahkan
kebebasan alami mereka untuk mendapatkan manfaat dari tatanan politik. Ahli teori kontrak
sosial dan hak alam abad ke-17 dan ke-18 yang terkenal termasuk Hugo Grotius (1625), Thomas
Hobbes (1651), Samuel von Pufendorf (1673), John Locke (1689), Jean-Jacques
Rousseau (1762) dan Immanuel Kant (1797), masing-masing pendekatan konsep otoritas politik
berbeda. Grotius mengemukakan bahwa individu manusia memiliki hak alamiah . Thomas
Hobbes terkenal mengatakan bahwa dalam "keadaan alami", kehidupan manusia akan
"menyendiri, miskin, jahat, kasar, dan pendek". Dengan tidak adanya tatanan politik dan hukum,
setiap orang akan memiliki kebebasan alami yang tidak terbatas, termasuk "hak atas segala hal"
dan dengan demikian kebebasan untuk menjarah, pemerkosaan dan pembunuhan; akan ada
"perang semua melawan semua" ( bellum omnium contra omnes ) tanpa akhir. Untuk
menghindari hal ini, laki-laki bebas membuat kontrak satu sama lain untuk
membentuk komunitaspolitik ( masyarakat sipil ) melalui kontrak sosial di mana mereka semua
mendapatkan keamanan sebagai imbalan untuk tunduk pada kedaulatan absolut, satu orang atau
kumpulan laki-laki. Meskipun dekrit penguasa mungkin sewenang-wenang dan tirani, Hobbes
melihat pemerintahan absolut sebagai satu-satunya alternatif untuk anarki yang menakutkan dari
suatu keadaan alami. Hobbes menegaskan bahwa manusia setuju untuk melepaskan haknya demi
otoritas absolut pemerintah (baik monarki atau parlementer). Sebagai alternatif, Locke dan
Rousseau berpendapat bahwa kita mendapatkan hak sipil sebagai imbalan untuk menerima
kewajiban untuk menghormati dan membela hak orang lain, melepaskan beberapa kebebasan
untuk melakukannya.

c.)Pandangan beccaria ini besar pengaruhnya terhadap pembentukan Undang-Undang Perancis


(French Code) tahun 1791. Oleh karena itu sifat dari mazhab klasik ini sering pula identik
dengan “administrative and legal criminologi”. Mengapa dikatakan demikian?. Bagaimana
analisis saudara akan hal ini?

Jawaban:

d.) Dalam perkembangan pemikiran tentang kejahatan, maka muncullah upaya yang mencari
sebab-musabab kejahatan dalam hubungannya dengan eksistensi hukum. Hal ini muncul karena
adanya pemikiran bahwa hukumlah yang menentukan keberadaan kejahatan. Aliran pemikiran
yang demikian dikenal sebagai mazhab kritis. Mengapa hukum yang menentukan keberadaan
kejahatan dalam hal ini?. Bagaimana analisis saudara?

Jawaban:
Aspek yang monjol dari mashab ini adalah pemikiran tentang Administration of Justice. Dimana
terkandung prinsip dasar yang mengatur penyelenggaraan penjatuhan hukum.

Dalam perkembangan pemikiran tentang kejahatan,maka munculah uapaya musabab kejahatan


dlam hubungannya dengan ekstensi yang mencari sebabhukum. hal inimuncul karena adanya
pemikiran bahwa hukumlah yang menentukan keberadaan kejahatan. Aliran pemikiran yang
demikian , kemudiandekenal sebagai Mashab Kritis

4.a.) Struktur sosial dalam masyarakat dapat menyebabkan munculnya beberapa kejahatan
tertentu, dimana kejahatan tersebut didukung oleh perbedaan struktur sosial itu sendiri. Mengapa
hal ini terjadi?. Bagaimana analisis saudara terhadap ini?

Jawaban:

Struktur sosial secara sederhana bisa didefinisikan sebagai pola perilaku berulang yang
menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat. Struktur sosial
bersifat abstrak dan tidak dapat terlihat oleh mata. Selain itu, struktur sosial pada masyarakat
bersifat sangat dinamis atau bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi sosial masyarakat. Struktur
sosial mencakup dua unsur perbedaan pada masyarakat, baik perbedaan hierarkis berupa
stratifikasi soal dan perbedaan horizontal berupa diferensiasi sosial.
Dalam sebuah struktur sosial, masyarakat akan selalu menyesuaikan perilakunya dengan
kelompoknya. Menurut Nasikun, seorang sosiolog Indonesia, struktur sosial masyarakat
Indonesia membagi masyarakat dalam beberapa kelompok akibat adanya
perbedaan stratifikasi dan diferensiasi sosial. Stratifikasi sosial juga bisa menyebabkan
terbentuknya hierarki dalam bentuk kelas-kelas sosial di masyaraka

Pada era modern,, Kriminologi diartikan sebagai ilmu yang mengkaji dan membahas kejahatan
dan penyimpangan tingkah laku manusia baik sebagai sebuah gejala sosial maupun Psikologi

b.) Jika berbicara tentang kejahatan, pada umumnya selalu menunjuk pada jenis kejahatan yang
biasa disebut sebagai kejahatan konvensional, seperti kejahatan terhadap harta benda, misalnya
pencurian, perampokan, atau pembunuhan, perkosaan serta jenis kejahatan yang dapat
digolongkan sebagai kejahatan kekerasan. Mengapa demikian?.

Jawban:

Setiap tindak kejahatan selalu memiliki implikasi ekonomi. Hal serupa juga terjadi di ranah
hukum perdata. jenis hukuman yang diterapkan terhadap narapidana cenderung masih
konvensional. Hukuman penjara, denda, pembayaran uang pengganti, adalah beberapa contoh
jenis hukuman yang dijatuhkan kepada narapidana. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa
fenomena hukum tidak bisa dipisahkan dari aspek ekonomi. Ekonomika Kriminalitas atau Crime
Economics atau Law and Economics adalah cabang ilmu ekonomika yang menitikberatkan
analisis ekonomika pada bidang hukum dan regulasi.

c.) Dalam kriminologi kejahatan di luar kejahatan konvensional disebut sebagai white collar
crime yakni penjahat berdasi dan orang terbaik, mereka adalah orang terhornat, jarang ada yang
miskin dan umumnya kaya raya. Mengapa demikian? Bagaimana analisis saudara terhadap hal
ini?

Jawaban:
1. White Collar Crime
Istilah White Collar Crime, pertama kalinya digunakan Edwin Sutherland pada tahun 1939 untuk
menunjukaan kepada kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang ”terhormat” dalam melakukan
pekerjaannya sebagai bankir, usahawan, industriawan dan kelompok profesi[5].
Secara umum kejahatan white collar dapat dikelompokan ke dalam[6]:
 Kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh kalangan profesi dalam melakukan
profesinya seperti, lawyer, dokter dll.
Profesi dokter misalnya , merupakan profesi yang sangat mulia dan terhormat. Setiap pasien
menaruh kepercayaan dan mengharapkan kesembuhan penyakitnya dari seorang dokter.

Akan tetapi dokter adalah seorang manusia walaupun tugas yang diembannya sangat mulia, hal
ini menyebabkan seorang dokter mungkin saja khilaf dalam menjalankan profesinya.Walaupun
pada dasarnya seorang dokter bermaksud memberikan pertolongan kepada pasiennya, tidak
menutup kemungkinan terjadi kesalahan dalam memberikan tindakan tindakan medik yang dapat
mengakibatkan kerugian yang tidak sesuai dengan standar profesi medis dalam menjalankan
profesinya, dikenal dengan istilah malpraktek.[7]
 Kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah atau aparatnya seperti korupsi
dan tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang lain seperti pelanggaran terhadap hak-
hak warga negara , penanggkapan/penahanan yang melanggar hukum,
 Kejahatan korporasi.

d.) . Domestic violence atau kekerasan dalam rumah tangga merupakan kekerasan yang terjadi
dalam lingkup rumah tangga. Mengapa kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi?.
Bagaimana menurut analisis saudara?

Jawaban:

Penyebab Terjadinya Kekerasan terhadap Perempuan dalam Rumah Tangga

1. KajianSosialBudaya

Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi secara spontanitas, namun memiliki sebab-sebab
tertentu yang mendorong laki-laki berbuat kekerasan terhadap perempuan (istri) yang secara
umum penyebab ke- kerasan tersebut dapat diidentifikasi karena faktor gender dan patriarki,
relasi kuasa yang timpang, dan role modeling (perilaku hasil meniru).

Gender dan patriarki akan menimbulkan relasi kuasa yang tidak setara karena laki-laki dianggap
lebih utama daripada perempuan berakibat pada kedudukan suami pun dianggap mempunyai
kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya termasuk istri dan anak-anaknya. Anggapan bahwa
istri

milik suami dan seorang suami mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi daripada anggota
keluarga yang lain menjadikan laki-laki berpeluang melakukan kekerasan.

Budaya dan posisi subordinasi perempuan merupakan awal dari munculnya peluang tindakan
kekerasan terhadap perempuan (istri). Domi- nasi laki-laki selalu dipertahankan karena
kepentingan-kepentingan pribadi sehingga rnembatasi akses perempuan dalam bidang lainnya,
yang selama ini menjadi lahan basah bagi kaum laki-laki seperti politik, ekonomi, sosial dan lain
sebagainya, semua ini dilakukan karena laki-laki berada dalam keenakan status quo hegemoni
laki-laki yang bagi mereka bisa berbuat apa saja terhadap perempuan.

Maggi Humm lebih tegas lagi mengatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan terutama
digunakan untuk mengontrol seksualitas perempuan dan peran reproduksi mereka, misalnya
dalam ritual hubungan sosial, laki- laki sebagai pihak yang membutuhkan sementara perempuan
sebagai obyek yang harus menerima apa kemauan laki-laki tanpa memperhatikan kondisi istri,
ketika suami menginginkan dan ini tidak bisa terjadi sebaliknya.

Banyak hal yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab timbulnya kekerasan kepada
perempuan/istri. Di antara sebab-sebab utamanya adalah masih timpangnya relasi antara laki-laki
dan perempuan yang masih menganggap kaum laki-laki lebih dari kaum perempuan dalam
segala hal, sehingga dengan demikian istri/perempuan hanya bertugas dalam urusan rumah
tangga. Ketergantungan ekonomi istri terhadap suami juga sebagai salah satu pemicu timbulnya
kekerasan tersebut. Sehingga suami me- lakukan kekerasan itu dengan maksud agar istri tidak
lagi menolak ke- hendak suami, juga untuk menunjukan maskulinitas.

Pandangan serupa dikemukakan oleh William P College seperti di- kutip Kersti Yllo yang
menegaskan bahwa penindasan tersebut juga disebabkan oleh pandangan subordinatif yang
didukung oleh dinamika sosial politik yang berakar pada tataran hierarkis, submissive dan me-
ngesahkan kekerasan sebagai mekanisme kontrol.

Secara sosial budaya ada beberapa faktor yang menjadi penyebab

timbulnya kekerasan dalam rumah tangga, antara lain:

1. Budaya patriarki yang mendukung laki-laki sebagai makhluk superior dan perempuan
sebagai makhluk inferior.
2. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga me- nempatkan laki-laki boleh
menguasai perempuan.
3. Peniruan anak laki-laki yang hidup bersama ayahnya yang suka me- lakukan kekerasan
terhadap ibunya baik itu kekerasan fisik, psikis maupun seksual menjadi faktor turunan
dimana anak laki-laki sejak kecil terbiasa melihat dan mengalami kekerasan dalam rumah
tangga.
4. Kondisi kehidupan suami atau keluarga yang hidup dalam kemiskinan.
5. Suami pemabuk, frustasi atau mempunyai kelainan jiwa.

Kekerasan yang sering dilakukan di dalam rumah tangga akan ber-

pengaruh pada anak-anak karena sifat anak-anak yang suka meniru segala sesuatu yang
dilakukan oleh orang-orang terdekatnya, dalam hal ini ayah dan ibunya. Kekerasan yang
dilakukan oleh sang ayah dianggap sebagai suatu kewajaran bagi anak sehingga anak (laki-laki)
yang tumbuh dalam lingkungan yang ayahnya suka memukul ibunya, akan cenderung meniru
pola yang sama ketika ia sudah memiliki pasangan (istri).

Demikian juga sangat dikhawatirkan terjadi peniruan model kekerasan kepada anak dari cerita-
cerita dan pemberitaan-pemberitaan yang penuh dengan nuansa kekerasan yang termuat di media
massa, khususnya tayang- an televisi. Dari informasi mengenai peristiwa-peristiwa kejahatan,
apalagi ditambah dengan adegan kekerasan yang diperlihatkan oleh orang tuanya yang
seharusnya menjadi tauladan, kondisi semacam ini sewaktu-waktu dapat mendorong timbulnya
crime imitation model (peniruan model ke- jahatan) termasuk delinquency imitation model
(peniruan model kenakalan remaja). Apa yang mereka lihat atau dengar semuanya tidak berlalu
begitu saja, sebagian kejadian itu tentu ada yang terekam dengan baik dalam ingatan, khususnya
yang menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan dirinya.
2. KajianHukumdanPerundang-Undangan

Pada dasarnya berbagai persoalan tersebut terjadi dikarenakan sistem hukum yang berlaku saat
ini sama sekali tidak responsif terhadap kepentingan perempuan. Komponen hukum yang
meliputi komponen substansial, struk- tural dan budaya hukum masyarakat tidak memihak
kepada kepentingan perempuan. Substansi (materi) hukum ini misalnya, KUHP selain tidak me-
ngenai konsep "kekerasan yang berbasis gender" juga tidak memadai lagi untuk menampung
realitas kekerasan yang terjadi di masyarakat, demikian juga sanksinya dinilai tidak sesuai
dengan tuntutan dan rasa keadilan masyarakat. Atau dengan perkataan lain hukum tidak
mengakui adanya kekerasan terhadap perempuan (pasal 285, 286, 287 dan 288 KUHP).

Penjelasan pasal 7 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga tidak


memberikan penjelasan lebih jauh mengenai kondisi seseorang yang mengalami kekerasan psikis
berat. Sementara itu, di dalam usulan Perbaikan atas Rancangan Undang-Undang Anti
Kekerasan dalam Rumah Tangga yang diusulkan oleh Badan Legislatif CPR tanggal 6 Mei 2003
penjelasan pasal 4 b tentang psikis berat adalah "Kondisi yang me- nunjuk pada terhambatnya
kemampuan untuk menikmati hidup, me- ngembangkan konsepsi positif tentang diri dan orang
lain, kegagalan men- jalankan fungsi-fungsi manusiawi, sampai pada dihayatinya masalah-masa-
lah psikis serius, misalnya depresi, gangguan trauma, destruksi diri, bahkan hilangnya kontak
dengan realitas".

Penjelasan ini penting karena untuk membuktikan kekerasan psikis termasuk tidak mudah dan
tidak setiap orang dapat menilai bahwa seseorang mengalami kekerasan psikis, termasuk hakim.
Untuk mengatasi kesulitan pembuktian ini Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga memberikan terobosan dengan cara mengajukan visum psikiatrium yang
dilakukan oleh mereka yang ahli di bidangnya.

Pembakuan peran Negara ini juga dapat kita lihat dalam Undang- Undang Perkawinan No. 1
Tahun 1974 Pasal 31 ayat 3 yang menegaskan bahwa "suami adalah kepala keluarga dan istri ibu
rumah tangga". Akibat- nya nilai-nilai tersebut mempengaruhi akses perempuan di semua sektor
ke- hidupan ekonomi, politik, sosial yang pada gilirannya kekuasaan/keduduk- annya pun
menjadi tidak seimbang di hadapan suaminya maupun masy- arakat.

Sementara struktur hukum (aparat penegak hukum) kurang responsip dalam menindaklanjuti
laporan kasus kekerasan khususnya Kekerasan dalam Rumah Tangga, baik aparat di tingkat
kepolisian, jaksa maupun hakim yang memang tidak memiliki sensitivitas gender. Sikap aparat
ini didukung oleh budaya masyarakat yang lebih menekankan pada idiologi harmonisasi
keluarga.

Menurut Musdah Mulia peluang kekerasan terhadap perempuan ini terjadi juga karena nilai
budaya dan tafsir agama yang kemudian dibakukan melalui hukum negara, mendiskreditkan
perempuan (istri) menjadi sub- ordinate di hadapan laki-laki. Misalnya surat an-Nisa: 34 yang
dianggap melegitimasi kekerasan terhadap perempuan (istri). Terutama ketika istri dianggap
tidak patuh (durhaka/nusyuz).21
Nilai-nilai tersebut akhirnya melahirkan anggapan-anggapan dalam masyarakat bahwa masalah
rumah tangga adalah urusan pribadi, sehingga tidak seorang pun dapat mencampurinya. Yang
tidak kalah urgennya adalah kurangnya kcsempatan hukum bagi perempuan untuk mengadukan
urusannya di depan pengadilan, hal ini terjadi karena ketidaktahuannya masyarakat terhadap
hukum, takut apabila berhadapan dengan aparat hukum seperti polisi dan adanya anggapan
bahwa manakala seseorang berhubungan dengan aparat hukum, maka harus siap menyediakan
uang dengan jumlah besar.

Anda mungkin juga menyukai