Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Temanggung, 7 Juli 2021
b.
Kasus AAL tersebut tidak layak untuk dilanjutkan ke pengadilan karena :
-Penerapan restorative justice yang merupakan suatu pendekatan untuk peradilan yang berfokus pada
kebutuhan para korban dan pelaku, serta masyarakat yang terlibat, bukan untuk menjalankan prinsip
penghukuman terhadap pelaku di bawah umur. Restorative justice tetap mengedepankan prinsip
kepentingan terbaik bagi anak serta proses penghukuman adalah jalan terakhir dengan tetap tidak
mengabaikan hak-hak anak. Apabila proses hukum berlanjut kepada proses pengadilan maka
dasarnya pelaksanaan hukum melalui upaya diversi yang dilakukan oleh pihak hakim dengan
menggunakan otoritas diskresi. Diskresi adalah adalah pengalihan dari proses pengadilan pidana
secara formal ke proses non formal untuk diselesaikan secara musyawarah. Pendekatan ini dapat
diterapkan bagi penyelesaian kasus-kasus anak yang berkonflik dengan hukum. Hal ini berdasarkan
perubahan Undang-undang No.11 Tahun 2011 pengganti Undang-undang No.3 Tahun 1997 tentang
pengadilan Anak hanya melindungi anak sebagai korban dan tidak bagi pelaku, sebagai pelaku
dikategorikan anak masih dibawah umur, posisinya tidak di samakan dengan pelaku orang dewasa.
-Kurangnya alat bukti yang sah. Dalam KUHP pasal 184 ayat 1 bahwa alat bukti yang sah adalah
keterangan saksi, keterangan ahli, surat petunjuk dan keterangan terdakwa.
Orang yang dapat dinyatakan sebagai terssangka harus memenuhi minimal 2 alat bukti yang
sah, dalam fakta persidangan terhadap AAL tidak ada saksi yang melihat AAL mengambil sandal
jepit Rusdi, apalagi barang bukti sandal yang diduga dicuri oleh AAL secars ukuran tidak muat atau
kekecilan (9,5) dari ukuran kaki Rusdi (43). Demikian juga dengan penyebutan nama merk sandal
yang berbeda dengan kenyataan (Eiger dan Ando) yang disebut Rusdi punya hubungan batin.
AAL juga anak yang masih dibawah umur (15 tahun) sehingga dikembalikan ke orang tuanya,
bisa direhabilitasi, ataupun melakukan pekerjaan sosial atau pelatihan kerja yang telah ditunjuk oleh
hakim sesuai dengan putusan pengadilan.
Majelis hakim memutus AAL bersalah karena mencuri barang milik orang lain disebabkan
dalam fakta persidangan hakim memperoleh sekurang-kurangnya dua alat bukti sesuai dengan
pembuktian negatip di Indonesia dan keyakinan hakim bahwa AAL memang mencuri.
2a.
e. Terhadap pangkalan militer negara asing dan anak buah kapal perang negara asing yang dengan
persetujuan pemerintah Indonesia.
3.a,
Tindak pidana yang terjadi adalah pengeroyokan, penganiayaan dan pembunuhan, sistem pemidanaan
yang dipakai adalah primer, subsider dan lebih subsider. Pelaku didakwa dengan dakwaan
subsidaritas yakni diurutkan dari tindak pidana yang terberat pasal 338 KUHP (15 tahun), Pasal 170
KUHP (12 tahun) dan Pasal 351 (9tahun), jadi diurutkan dari tindak pidana terberat ke yang paling
ringan atau disebut sistem subsidaritas. Dimana natinya hakim akan memilih mana yang sesuai
dengan dakwaan jaksa penutut umum apakah primer (338),subsider (170) atau lebih subsider (351).
4.a.
Dalam kasus Yuyun yang diperkosa lalu dibunuh dimana korban adalah anak dibawah umur (15
tahun). Pasal yang dipergunakan untuk menjerat pidana berlapis kepada Zainal alias Bos karena
terdakwa melakukan tindak pidananya adalah pemerkosaan yang disertai pembunuhan dilakukan
terhadap anak dibawah umur. Kemudian pelaku tindak pidana dilakukan oleh lebih dari satu orang,
dimana pelaku adalah orang dewasa dan anak-anak. Tentu saja sanksi atau hukuman yang dijatuhkan
berbeda antara yang sudah dewasa dengan yang masih anak-anak.
Perbuatan tindak pidana tersebut masuk dalam Pasal 65 KUHP yakni perbarengan pidana
realis (concursus realis) berupa kejahatan yang diancam pidana pokok sejenis. Dalam pasal ini hanya
dikenakan satu pidana dengan ketentuan bahwa jumlah maksimum pidana tidak boleh lebih dari
maksimum terberat ditambah sepertiga. Perkosaan/340 dan pembunuhan/338, dipilih maksimum
yang terberat ditambah sepertiga jadi dikenakan hukuman 20 tahun.
b. Tiga kemungkinan yang akan terjadi dalam kasus ini adalah :
1. Perbarengan perbuatan yang semuanya merupakan kejahatan yang diancam dengan pidana pokok
yang sejenis.
2. Perbarengan perbuatan yang semuanya merupakan kejahatan yang diancam denagn pidana pokok
yang tidak sejenis.
3. Perbarengan perbuatan yang merupakanperbarengan pelanggaran dan kejahatan.
Maka penjatuhan hukuman berdasarkan dari fakta persidangan, keterangan saksi, dan keterangan
ahli.