Anda di halaman 1dari 3

Tugas 3

Soal 1
Pada tanggal 15 Oktober 2019, perusahaan A menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar yang yang berasal dari hasil pemeriksaan pajak dan menyebutkan bahwa masih
terdapat kekurangan pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan A sebesar 5 miliar
rupiah. Berdasarkan catatan, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut dikirim
pada tanggal 13 Oktober 2019.

Setelah mempelajari Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut, direksi perusahaan
A berpendapat bahwa terdapat kesalahan dalam penghitungan jumlah pajak oleh
pemeriksa pajak dan perusahaan A tidak seharusnya perlu lagi membayarkan jumlah
pajak yang disebutkan dalam. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan A memutuskan
untuk mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sesuai dengan
Pasal 25 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Pertanyaan:

Menurut Anda ke manakah permohonan keberatan itu harus disampaikan, dan apakah
persyaratan yang harus dipenuhi agar permohonan keberatan tersebut dapat
dipertimbangkan?

Jawaban:

Menurut Pasal 25 UU KUP, permohonan keberatan tersebut diajukan perusahaan


kepada Direktur Jenderal Pajak, dengan syarat yang harus dipenuhi dulu sebelumnya
agar permohonan keberatan tersebut dapat di pertimbangkan.

Berikut adalah syarat pengajuan keberatan:

1. diajukan secara tertulis;


2. dalam bahasa Indonesia;
3. dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal dikirimnya Surat Ketetapan Pajak;
4. mengemukakan jumlah pajak yang terutang, jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut perhitungan wajib pajak;
5. mengemukakan alasan yang menjadi dasar perhitungan;
6. dalam mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak, wajib pajak wajib
melunasi pajak yang masih harus di bayar paling sedikit sejumlah yang telah di
setujui wajib pajak dalam pembahasan hasil akhir pemeriksaan, sebelum surat
keberatan disampaikan.

Soal 2
Berdasarkan Pasal 27 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak
dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas
Surat Keputusan Keberatan yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pajak.

Dalam mengajukan permohonan banding, Wajib Pajak harus memenuhi beberapa


persyaratan terlebih dahulu seperti diatur dalam UU Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.

Pada awal tahun 2018, Direktorat Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan pajak atas
perusahaan Y (sebuah anak perusahaan dari perusahaan yang berlokasi di Singapura)
untuk tahun pajak 2016. Pada tanggal 9 September 2018, Direktorat Jenderal Pajak
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar kepada perusahaan Y untuk tahun
pajak 2016 sebesar 500 miliar rupiah dan mengirimkannya kepada perusahaan Y pada
tanggal 14 September 2018.

Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut, perusahaan Y mengajukan


keberatan 15 Oktober 2018 dengan mengemukakan jumlah pajak yang terutang
menurut perhitungan perusahaan Y beserta dasar perhitungannya. Direktorat Jenderal
Pajak kemudian menerbitkan Surat Keputusan Keberatan pada tanggal 14 April 2019
yang pada intinya menolak keberatan yang diajukan Wajib Pajak.

Atas Surat Keputusan Keberatan tersebut, pada tanggal 25 Mei 2019, perusahaan Y
mengajukan permohonan banding kepada Pengadilan Tata Usaha Negara.
Permohonan banding diajukan secara tertulis dan dalam bahasa Indonesia dengan
melampirkan salinan Surat Keputusan Keberatan dan mengemukakan alasan yang
jelas sebagai dasar permohonan banding.

Pertanyaan:

Jika Anda ditugaskan untuk menindaklanjuti permohonan banding tersebut, apakah


Anda akan menerima atau menolak permohonan banding tersebut? Pertimbangkan
persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan Y dalam mengajukan permohonan
banding.

Jawaban:

Saya akan menerima permohonan banding tersebut, karena perusahaan Y berhak


untuk mengajukan permohonan banding kepada PTTUN dan perusahaan Y sudah
memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan banding sesuai dengan UU Nomor
14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
SUMBER

BMP HKUM4407, Hukum Pajak dan Acara Perpajakan, Modul 7-8, Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai