Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada
halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran
akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
NASRUL
NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM (THE)
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.2 (2021.1)
Hukum Ketenagakerjaan
ADBI4336
No. Soal Skor
1. Andi Wijaya adalah pekerja di PT. Sri Langka. Mulainya bekerja, Andi Wijaya hanya 25
diberitahukan oleh Kepala SDM PT. Sri Langka bahwa dia sudah diterima bekerja
selama 1 (satu) tahun tanpa ada perjanjian kerja tertulis. Tiba-tiba baru bekerja selama
6 (enam) bulan sebagai , PT. Sri Langka memberhentikan Andi Wijaya tanpa alasan
yang tidak jelas.
Pertanyaan :
a. Jenis perjanjian kerja apakah yang dilakukan Andi Wijaya dengan PT. Sri Langka
dan apakah perjanjian kerja tertentu (PKWT) dapat dilakukan secara lisan?
b. Apakah dalam perjanjian PKWT, perusahaan dapat sewaktu-waktu
melakukan pemberhentian sebelum masa waktu berakhir dan apa
konsekuensi hukumnya ?
2. Dalam hubungan industrial sering terjadi adanya konflik atau perselisihan antara 25
seorang pekerja dengan pengusaha. Fakta adanya konflik tersebut dialami Rudi
Hartono sebagai pekerja dan Tuan Ponari sebagai Direktur PT. Angin Segar. Dimana
Ponari sering kali terlambat dan juga sering diperingatkan agar tepat waktu dan disiplin
dalam bekerja. Akibat ketidakdisiplinan Rudi Hartono, Ponari selaku Direktur langsung
memanggil dan sekaligus memberikan surat pemutusan hubungan kerja. Rudi Hartono
keberatan dan langsung meninggalkan Sang Direktur.
Pertanyaanya adalah :
a. Jenis perselisihan apakah yang terjadi antara PT. Angin Segar dengan Tuan Rudi
Hartono dalam kasus di atas ?
b. Jika Rudi Hartono merasa keberatan terhadap keputusan Ponari selaku Direktur
bagaimana langkah atau tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam penyelesaian
perselisihan hubungan industrial tersebut?
c. Apakah Rudi Hartono dapat menyelesaikan perselisihan hubungan industrial
langsung datang ke Pengadilan Hubungan Industrial. Berikan penjelasan dengan
memberikan uraian mengenai kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial dan
disertai dasar hukumnya.
3. PT. SEHAT SELALU merupakan Rumah Sakit di Jakarta yang sedang membutuhkan 25
tenaga kebersihan (cleaning service). Untuk ini, PT. SEHAT SELALU mengadakan
kontrak pemborongan dengan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja PT. TOTAL
JAYA. Selanjutnya PT. TOTAL JAYA mengadakan perjanjian kerja dengan
pekerja/buruh yang akan bekerja sebagai tenaga kebersihan di PT. SEHAT SELALU.
Dengan demikian, perjanjian kerja dilakukan antara buruh dengan PT. TOTAL JAYA
dan selanjutnya buruh bekerja PT. SEHAT SELALU.
Pertanyaan :
a. Apakah hubungan perjanjian antara PT. SEHAT SELALU dan PT. TOTAL JAYA
dapat disebut perjanjian Outsoursing/alih daya dan dimanakah aturan hukum
Outsourcing di Indonesia?
b. Bagaimanakah persyaratan sebuah perusahaan dalam melaksanakan Outsourcing?
4. Marpaung adalah karyawan yang sudah bekerja kurang lebih 8 tahun di POM BENSIN 25
Jatiasih. Terdapat aturan bahwa setiap karyawan tidak boleh merokok di area POM
BENSIN dikarenakan tempat kerja tersebut mudah meledak. Suatu ketika Marpaung
karena sudah lama tidak merokok, dan terasa berat untuk ingin merokok seketika jam
istirahat Marpaung mengeluarkan sepuntung rokok dan menyalakan. Baru sekali
menghisap rokok yang baru saja dinyalakan. Tiba-tiba pengawas menegur dan seketika
itu pimpinan POM BENSIN mengeluarkan Marpaung dari tempat kerjanya.
Pertanyaan :
a. Apakah tindakan Marpaung tersebut merupakan tindakan kesalahan berat yang
dapat diberhentikan dari pekerjaan dimana bekerja?
b. Apakah prosedur pemberhentian pekerja yang dianggap melakukan kesalahan berat
telah sesuai dengan ketentuan hukum ketenagakerjaan?
c. Hak normatif apa yang dapat diterima Marpaung dalam pemberhentian karena
tindakannya tersebut ?
Skor Total 100
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
1.a. Jenis perjanjian kerja yang dilakukan Andi Wijaya dengan PT. Sri Langka
adalah Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu (PKWT) yang pekerjanya sering disebut karyawan kontrak adalah
perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan
hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu. PKWT
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Didasarkan atas jangka waktu paling lama tiga tahun atau selesainya suatu
pekerjaan tertentu.
b) Dibuat secara tertulis dalam 3 rangkap: untuk buruh, pengusaha dan
Disnaker (Permenaker No. Per 02/Men/1993), Harus diingat bahwa PKWT
tidak boleh dibuat secara lisan. PKWT wajib dibuat secara tertulis dan
didaftarkan di instansi ketenagakerjaan terkait. Apabila dibuat secara lisan,
akibat hukumnya adalah kontrak kerja tersebut menjadi PKWTT.
c) Dalam Bahasa Indonesia dan huruf latin atau dalam Bahasa Indonesia dan
bahasa asing dengan Bahasa Indonesia sebagai yang utama.
d) Tidak ada masa percobaan kerja, bila disyaratkan maka perjanjian kerja
batal demi hukum (Pasal 58 UU No. 13/2003).
b. Jika Rudi Hartono merasa keberatan terhadap keputusan Ponari selaku Direktur
bagaimana langkah atau tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam
penyelesaian perselisihan hubungan industrial tersebut?
Tahapan yg dapat dilakukan dalam menyelesaikan perselisian tersebut pada
poin No 2 antara lain sebagai berikut :
1. Penyelesaian Perundingan Bipartit.
Berdasarkan pasal 3 ayat 1 UU No. 2 Tahun 2004, perundingan bipartit
adalah perundingan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dan
pekerja atau serikat pekerja / serikat buruh atau antara serikat pekerja /
serikat buruh dan serikat pekerja / serikat buruh yang lain dalam satu
perusahaan yang berselisih. Perundingan Bipartit adalah perundingan
secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (2003: 183-185), pasal 55, 56,
57 & 60 poin I dan 2 menjelaskan sebagai berikut:" Pengadilan Hubungan
Industrial merupakan pengadilan khusus yang berada pada lingkungan
peradilan umum yang tugas dan wewenangnya memeriksa dan memutuskan:
1. Ditingkat pertama mengenai perselisihan hak.
2. Ditingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan.
3. Ditingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja.
4. Ditingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antarserikat pekerja /
serikat buruh dalam suatu perusahaan.
3.a. Hubungan perjanjian antara PT. SEHAT SELALU dan PT. TOTAL JAYA dapat
disebut perjanjian Outsoursing/alih daya, Secara normatif sebelum di atur
dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, outsourcing
sebenarnya sudah diatur dalam pasal 1601 b KUH Perdata yang mengatur
tentang pemborongan pekerjaan. Disebutkan bahwa pemborongan pekerjaan
adalah suatu kesepakatan dua belah pihak yang saling mengikatkan dini, untuk
menyerahkan suatu pekerjan kepada pihak lainnya membayarkan sejumlah
harga.
Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
pengaturan mengenai outsourcing disebutkan secara tegas. Bidang-bidang
yang dapat outsource oleh suatu perusahaan adalah bagian-bagian yang tidak
berkaitan dengan bisnis inti.
Pasal 64 UU No 13 Tahun 2003 menyebutkan:
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perasahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaanatau
penyediaan jasa Pekeria/Burah yang dibuat secara tertulis.
b. Tindakan pekerja yang tergolong sebagai “kesalahan berat” awalnya telah diatur
secara limitatif dalam Pasal 158 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”). Jika diamati, seluruh kesalahan berat
di dalamnya merupakan tindak pidana.
Ketentuan Pasal 158 UU Ketenagakerjaan sendiri telah dibatalkan oleh Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 012/PUU-I/2003 (“Putusan MK 12/2003”).
Ketentuan ini dinilai telah melanggar prinsip pembuktian terutama asas praduga
tidak bersalah (presumption of innocence) dan kesamaan di depan hukum
sebagaimana dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (“UUD 1945”). Seharusnya, bersalah tidaknya seseorang diputuskan
lewat pengadilan dengan hukum pembuktian yang sudah ditentukan dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (hal. 105).
Namun demikian, Mahkamah Agung mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno
Kamar Mahkamah Agung Tahun 2015 sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi
Pengadilan (“SEMA 3/2015”). SEMA 3/2015 memberikan kaidah bahwa dalam hal
terjadi PHK terhadap pekerja/buruh karena alasan melakukan kesalahan berat
eks Pasal 158 UU Ketenagakerjaan pasca Putusan MK 12/2003, maka PHK dapat
dilakukan tanpa harus menunggu putusan pidana berkekuatan hukum tetap
(BHT). Meskipun Surat Edaran Mahkamah Agung merupakan aturan internal
Mahkamah Agung dan tidak secara eksplisit berada dalam hierarki peraturan
perundang-undangan, namun dalam praktiknya, hakim dalam menjatuhkan
putusan pengadilan hubungan industrial (“PHI”) berpedoman pada SEMA 3/2015
dan cenderung mengabaikan Putusan MK 12/2003.
Dengan demikian, jika pekerja melakukan kesalahan berat yang diatur dalam
Pasal 158 UU Ketenagakerjaan, maka pengusaha dapat melakukan PHK tanpa
harus menunggu sidang pidananya terlebih dahulu.
c. Bagi pekerja yang melakukan kesalahan berat maka pekerja tersebut tidak
berhak mendapatkan uang pesangon sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2 dan
uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3 tetapi berhak
mendapat uang pisah. Jenis-jenis pelanggaran berat sudah diatur dalam UUKK
No. 13 tahun 2003 pasal 158 dan beberapa ketentuan lain yang sudah disepakati
antara pekerja dan pengusaha yang tertuang dalam perjanian kerja bersama
atau peraturan perusahaan. Ketentuan-ketentuan kategori pelanggaran berat
yang perlu disepakati adalah bergantung pada situasi dan kondisi perusahaan
yaitu tingkat resiko terjadinya kebakaran ataupun kecelakaan.