Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.2 (2021.1)

Nama Mahasiswa : Norman Ramadhan

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041157542

Tanggal Lahir : 10 Mei 1986

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4204 / Hukum Adat

Kode/Nama Program Studi : 331/Ilmu Hukum S1

Kode/Nama UPBJJ : 327131/Kota Bogor

Hari/Tanggal UAS THE : Rabu / 7 Juli 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Norman Ramadhan


NIM : 041157542
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4204 / Hukum Adat
Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial , dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum S1
UPBJJ-UT : 327131/Kota Bogor

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Bogor, 7 Juli 2021

Yang Membuat Pernyataan

Norman Ramadhan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1 Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki suku yang beragam. Suku yang terdapat
di Indonesia diantaranya adalah suku Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan dan suku Bali.

a. Silahkan Anda analisis, bagaimana corak dan sifat hukum adat pada masyarakat Dayak?

Menurut Hilam Hadikusuma Corak hukum adat adalah sebagi berikut :


1. Tradisional; artinya bersifat turun menurun, berlaku dan dipertahankan oleh masyarakat
bersangkutan.
2. Keagamaan (Magis-religeius); artinya perilaku hukum atau kaedah-kaedah hukumnya
berkaitan dengan kepercayaan terhadap yanag gaib dan atau berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.
3. Kebersamaan (Komunal), artinya ia lebih mengutamakan kepentingan bersama, sehingga
kepentingan pribadi diliputi kepentingan bersama. Ujudnya rumah gadang, tanah pusaka
(Minangkabau) . Dudu sanak dudu kadang yang yen mati melu kelangan (Jawa).
4. Kongkrit/ Visual;artinya jelas, nyata berujud. Visual artinya dapat terlihat, tanpak, terbuka,
terang dan tunai. Ijab – kabul, , jual beli serah terima bersamaan (samenval van
momentum)
5. Terbuka dan Sederhana; Dapat berubah dan Menyesuaikan;
6. Tidak dikodifikasi;
7. Musyawarah dan Mufakat;
Masyarakat Dayak hidup dalam teritorial tertentu dengan sistem sosial, institusi, kebiasaan,
dan hukum adat tersendiri. Ketentuan‑ketentuan yang merupakan pedoman hidup bagi warga,
ada yang mengandung sanksi, dan ada yang tidak yang tidak mengandung sanksi adalah
kebiasaan atau adat‑istiadat, namun yang melanggar akan dicemooh, karena adat itu
merupakan pencerminan kepribadian dan penjelmaan dari jiwa mereka secara turun-temurun.
Sedangkan yang mengandung sanksi adalah “hukum” yang terdiri dari norma‑norma
kesopanan, kesusilaan, ketertiban sampai kepada norma‑norma keyakinan atau kepercayaan
yang dihubungkan dengan alam gaib dan Sang Pencipta. Norma‑norma itu disebut “Hukum
Adat”. Namun demikian tidak gampang untuk memisahkan antara Adat‑Istiadat dengan Hukum
Adat dalam suatu masyarakat. Tetapi bagi yang langsung menghayati dan merasakan sendiri
akan jelas mana yang termasuk “Adat” dan mana “Hukum Adat”.

b. Silahkan Anda analisis, sifat hukum adat yang bersifat dinamis dan berikan contohnya
pada masyarakat adat Bali !

Hukum adat dapat berubah menurut keadaan waktu dan tempat dan Hukum adat terus-
menerus dalam keadaan tumbuh berkembang seperti hidup itu sendiri. Artinya hukum adat
merupakan hukum yang dinamis dan tidak statis. Hukum adat akan terus ada dan berkembang
selama masyarakatnya masih hidup. Masyarakat tersebut akan terus menyesuaikan hukum
adat mereka sesuai dengan keadaan yang ada.
Dalam Masyarakat Adat Bali Masyarakat Hindu Bali memiliki Filosofi Tri Hita yang bersumber
dari ajaran Hindu yangsecara tekstual berarti tiga penyebabkesejahteraan (tri=tiga,
hita=kesejahteraan, karana=sebab). Tiga unsur tersebut adalah Sanghyang Jagatkarana
(Tuhan Sang Pemcipta),Bhuana (alam semesta), dan manusa (manusia). Secara umum dapat
dikemukakan bahwa konsepsi Tri Hita Karana berarti bahwa bahwa kesejahteraan umat
manusia didunia ini hanya dapat terwujud apabila terajadi keseimbangan hubungan antara

unsur-unsur Tuhan-Manusia-Alam di atas, yaitu sebagai berikut:


a. Keseimbangan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, baik sebagai individu
maupun kelompok.
b. Keseimbangan hubungan antaramanusia dengan alamlingkungannya.
c. Keseimbangan hubungan antaramanusia dengan Tuhan.
Dengan demikian, sesungguhnya konsepsi tri hita karana tiada lain adalah nilai harmoni atau
keseimbangan. Disamping nilai keseimbangan, nilai Ketuhanan dan kekeluargaan /
kebersamaan juga mewarnai konsepsi ini. Kehidupan yang serba harmonis, serba seimbang
dan lestari merupakan bagian dari cita-cita masyarakat Bali, suatu konsepsi berpikir yang
merupakan repleksi dari filsafat tri hita karana. Yang menjembatani aturan adata dengan
perkembangan dan modernisasi.’

2 Dalam suatu perkawinan antara suami dan istri, senantiasa memerlukan keturunan atau anak,
sebab anak adalah sebagai penerus keturunannya, walaupun ada pasangan tertentu yang tidak
mampu melahirkan anak sebagai keturunannya. Dalam keadaan yang demikian ini,
kadangkadang timbul pikiran untuk melakukan pengangkatan anak. Dalam hukum adat Bali,
apabila orang tua tidak memiliki anak maka dapat melakukan pengangkatan anak dengan cara –
cara yang diatur dalam hukum adatnya.

a. Menurut analisis Anda, apakah anak angkat memperoleh kedudukan dalam menerima
waris menurut hukum waris adat Bali ?

Menurut hukum adat Bali yang menganut sistem kekeluargaan patrilineal maka yang menjadi
ahli waris adalah anak laki-laki, sedangkan anak perempuan tidak sebagai ahli waris.
Sebagai pengecualian dari sistem patrilineal dalam hukum kekeluargaan Bali, apabila
pewaris hanya mempunyai anak perempuan maka si anak dapat dijadikan sentana rajeg
dengan melakukan perkawinan nyeburin yaitu di wanita kawin dengan si laki-laki dengan
menaik laki-laki itu ke alam keluarganya. Di sini si wanita menjadi berkedudukan sebagai
laki-laki, sedangkan si laki-laki berkedudukan sebagai perempuan. Bagi si wanita akan
berlaku hukum kewarisan yang lazim berlaku untuk laki-laki di keluarga itu. Bagi laki-laki
yang kawin nyeburin, kedudukannya dalam warisan adalah sebagai wanita.
Apabila pewaris tidak mempunyai keturunan sama sekali, maka pewaris mengangkat anak
laki-laki dari saudara kandung lelaki tersebut, demikian seterusnya sehingga hanya anak laki-
laki yang jadi ahli waris dan terhadap segala sesuatu harus didasarkan atas musyawarah
dan mufakat para anggota kerabat. Pendapat ini sesuai dengan Paswara Residen Bali dan
Lombok 1900, yang menentukan syarat-syarat pengangkatan sentana. Pasal 11 dari
paswara itu menentukan seorang boleh mengangkat sentana dari keluarga kepurusa
terdekat dan paling jauh dalam derajat kedelapan ( mingletu menurut stelsel klasifikasi )
menyimpang dari ketentuan ini hanya dibolehkan dengan persetujuan keluarga lebih dekat
dari calon pertama itu atau degan izin pemerintah.
Di Bali akibat dari pengangkatan anak dalam hukum adat adalah bahwa anak itu mempunyai
kedudukan sebagai anak yang lahir dari perkawinan suami istri yang mengangkatnya sama
seperti anak kandung dan hubungan dengan keluarga asal jadi putus. Demikian halnya
dengan kedudukan anak angkat di Bali menurut Gde Panetje bahwa : pada umumnya anak
sentana memperoleh kedudukan dan hak ( antara lain hak waris ) yang sama dengan
seorang anak kandung.

b Menurut analisis Anda, apakah anak angkat masih mendapat warisan dari orang tua
kandungnya ?

Di Bali pengangkatan anak dilakukan dengan pembayaran benda -benda magis, yakni berupa
pembayaran adat “seribu kepeng” beserta “satu stel apakain perempuan” dengan
pembayaran seperti itu, hubungan anak dengan ibu kandungnya menjadi terputus.
Hak Waris Anak Angkat Menurut Hukum Adat Bali yaitu anak angkat mempunyai kedudukan
yang sama seperti anak kandung, dimana hubungan antara anak angkat dengan orang tua
kandungnya terputus sama sekali, sehingga ia tidak berhak mewarisi harta dari keluarga
orang tua kandungnya sendiri, melainkan mewarisi harta orang tua angkatnya. Apabila anak
angkat yang tidak disahkan secara Hukum Adat maupun Hukum Negara, maka anak tersebut
tidak berhak mendapat warisan dari orang tua yang mengangkatnya, melainkan anak tersebut
kembali ke orang tua kandungnya.

3 Sistem hukum waris adat sangat dipengaruhi oleh berbagai aturan dalam hukum, seperti sistem
garis keturunan dalam keluarga dan hukum perkawinan yang dilakukan oleh pewaris. Hal inilah
yang menyebabkan sistem waris di Indonesia memiliki perbedaan.

a. Menurut analisis Anda, apakah keberlakuan sistem hukum waris adat Bali saat ini condong
pada sistem matrilineal ?

Hukum waris adat Bali berlaku sistem pewarisan mayorat yaitu sistem kewarisan dimana
harta peninggalan pewaris hanya diwarisi oleh seorang anak tertua, sama dengan pewarisan
kolektif namun diwaris oleh anak tertua. Sistem pewarisan mayorat ini dibagi atas dua
bagian, yaitu mayorat laki-laki, yaitu apabila anak laki-laki tertua (keturunan laki-laki) yang
waris tunggal dari si pewaris, dengan catatan anak tersebut harus menghidupi orang tua dan
adik-adiknya. Dalam prinsip ini yang mendapat harta warisan hanya anak yang tertua saja,
sedangkan saudaranya yang lain dalam hal ini tidak mendapatkan harta si pewaris. Akan
tetapi, meskipun anak tertualah yang hanya mendapatkan harta tersebut, ia memiliki
kewajiban atau tanggung jawab bahwa ia harus menghidupi orang tua dan saudaranya yang
lebih muda atau adik-adiknya
Dalam penjelasan diatas sisten hukum waris adat bali masih condong kegaris keturunan laki-
laki sehingga masih bersifat atrilineal.

b. Menurut analisis Anda, apakah saat ini telah terjadi pergeseran kewarisan dalam hukum
waris adat Bali ?

Menurut hukum adat Bali yang berhak mewaris hanyalah keturunan pria dan pihak keluarga
pria dan anak angkat lelaki , namun pada tahun 2010 dikeluarkan Keputusan Majelis Utama
Desa Pakraman Bali (MUDP) Bali No. 01/KEP/PSM-3/MDP Bali/X/2010, tanggal 15 Oktober
2010, tentang Hasil-hasil Pasamuhan Agung III MUDP Bali (“Keputusan Pasamuhan Agung
III/2010”). Dalam Keputusan Pasamuhan Agung III/2010 diputuskan mengenai kedudukan
suami-istri dan anak terhadap harta pusaka dan harta gunakaya, termasuk hak waris anak
perempuan (anak kandung maupun anak angkat).
Dari keputusan itu hukum adat bali dalam hal kewarisan bisa diturunkan kepada keturunan
perempuan yang semula hanya untuk anak laki-laki saja dan dalam hal ini terlihat
pergeseran adat waris terlihat dalam adanya leputusan adat tersebut.
4 Hukum adat bersumber dari kebiasaan yang tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang pada
suatu masyarakat tertentu yang kemudian diterima menjadi hukum secara turun temurun, seperti
misalnya pada masyarakat hukum adat Aceh tentu memiliki perbedaan dengan masyarakat suku
Samin.

a. Menurut analisis saudara, apakah sengketa dalam faraidh (kewarisan) termasuk dalam delik
adat pada masyarakat Aceh ?

Dalam beberapa penelitian sengketa pembagian warisan di aceh dilakukan di peradilan adat
bukan di majelis syar’ah karena menurut mereka lebih sesuai dengan rasa keadilan yang
tumbuh dalam masyarakat dan tergolong lebih efektif
Peran Majelis Adat Aceh di tingkat Gampong atau Mukim adalah sebagai mediator dan
fasilitator dalam menyelesaikan sengketa warisan.Dalam setiap proses penyelesaian sengketa
atau perselisihan menurut hukum adatdi tingkat Gampong, maka yang berperan di dalamnya
adalah geuchik dan teungku imuem meunasah, mediasi dilakukan di tempat atau rumah orang
yang meninggal atau almarhum atau pewaris biasanya disebut rumoh tuha. Geuchik
danTeungku mempunyai tugas ganda yaitu sebagai mediator sekaligus sebagai komunikator
dan disisi lain sebagai pemimpin musyawarah adat dan juru runding. Geuchik juga bertindak
sebagai hakim atau juri damai.
Dalam paparan diatas snegketa faraidh dalam masyarakat aceh masih banyak diselesaikan
dalam Majelis Adat Aceh karena masih mengutaman perundingan secara kebersamaan dan
kekeluargaan

b. Menurut analisis saudara, apakah prosedur penyelesaian sengketa dalam peradilan adat
sama dengan penyelesaian sengketa dalam Mahkamah Syari’yah ?

Penyelesaian sengekta dalam Majelis Adat Aceh dalam setiap keputusan yang disepakati
selalu berdasarkan suatu analisa dan pertimbangan yang mencakup seluruh aspek dalam
keluarga dan mempunyai kekuatan hukum mengikat semua pihak, karena setiap
pertimbangan selalu memperhatikan norma- norma yang hidup Dan tumbuh dalam
masyarakat yang merujuk pada Al-Qur’an dan Hadist dikarenakan hukum adat harus
tundukpada hukum Islam. Semua perkara yang timbul dalam masyarakat Aceh dapat diartikan
bahwa semua keputusan harus diselesaikan dengan Hukum Sulh/Perdamaian dengan
ketentuan hukum Islam. Hukum adat harus tunduk dan sesuai dengan ketentuan hukum Islam.
Namun dalam praktiknya penyelesaian sengketa dalam Majelis Adat Aceh belum sepenuhnya
mengikuti hukum Syariah dan masih menggunakan hukum adat saja, berbeda halnya dengan
Mahkamah Syari’ah yang menggunakan hukum islam sebagai dasar penyelesaian
masalahnya.

Anda mungkin juga menyukai