Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL KE-2, SEMESTER VII, UNIVERSITAS TERBUKA

Mata Kuliah : TAP


Kode Mata Kuliah : HKUM
Semester : VII / 2022.1
Tutor :.
Tanggal : 11 Mei 2022
Nama Mahasiswa : Amalia sekar Wangi
NIM : 041217419

1.
a. Pandangan secara huum perdata pembuatan dokumen perjanjian usaha tambang dalam
hal ini  dipandang penting dan perlu untuk dilakukan. Beberapa alasan diantaranya:
 

Dokumen Perjanjian yang Sah


Seperti yang diketahui usaha pertambangan sebagian besar melibatkan pihak lain. Hal ini
memerlukan sebuah dokumen perjanjian untuk menghindarkan adanya konflik atau hal-hal yang
beresiko di kemudian hari. Tanpa ada kontrak karya bisa dipastikan usaha pertambangan
tersebut ilegal dan melanggar hukum. 
 

Merupakan Kesepakatan Tertulis


Membuat kontrak karya di usaha pertambangan hukumnya wajib. Kenapa? Tentu saja mengacu
pada dokumen tertulis dapat dengan mudah dipertanggungjawabkan jika dibandingkan dengan
ucapan (perjanjian) secara lisan. Selain itu dokumen tertulis sah secara hukum dan mengikat
pihak-pihak yang berkaitan. 
 

Masa Berlaku dan Kejelasan Penanggung jawab


Kontrak memiliki berlaku yang terbatas. Batas waktu ini harus tertulis beserta penanggung
jawab penambangan. Hal ini berkaitan erat dengan hasil pertambangan yang diperoleh. Masa
berlaku harus tertulis karena berkaitan erat dengan hasil bumi atas tambang. Biasanya
pemerintah akan mengevaluasi apakah perlu dilakukan pengelolaan sendiri atau tetap
bekerjasama dengan swasta. 
 

Menentukan Wilayah Pertambangan


Selain itu aturan-aturan bagi hasil dan masa berlaku tercantum juga wilayah yang diijinkan
untuk ditambang. Hal ini perlu dicantumkan agar pihak pengelola usaha pertambangan tidak
menambang di wilayah yang bukan haknya. Tujuannya untuk melindungi kestabilan ekosistem
di sekitar pertambangan.

1|Page
Perancangan kontrak dalam hokum perdata tentu saja menyebutkan klausul-klausul mengenai
tanggung jawab dan batas waktu serta daerah operasi pertambangan dan dilakukan dihadapan
pejabat yang resmi(notars). Apabila perusahaan pengelola pertambangan melakukan
pelanggaran atas kontrak maka penalti akan dijatuhkan. Penalti atau hukuman didasarkan pada
Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri ESDM. Peraturan yang dimaksud yaitu PP No. 1
tahun 2014 beserta KepMen ESDM No. 1 tahun 2014. Didalamnya mengatur tentang
pelanggaran atas usaha tambang untuk perusahaan yang masih memegang Kontrak Karya atau
Izin Usaha Pertambangan. 
Sanksi ampuh digunakan pemerintah untuk menertibkan para pengusaha tambang pemegang
Kontrak Karya atau IUP. Pemberian sanksi dan penalti diberikan kepada pengusaha tambang
skala kecil dan menengah jika kedapatan melanggar perjanjian. Untuk usaha pertambangan
skala besar sanksi yang diancamkan yaitu pengambilalihan atas usaha tambang tersebut. 
Dalam kasus ini terdapat kelemahan karena tidak dilakukan dihadapan pejabatyang berweang
sehinga dapat gugur saat dilakukan persidanagn karena dilakukan bawah tangan.
Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung, maka pada dasarnya harus dilihat apakah pada awal
Perjanjian dibuat dilakukan dengan beritikad baik atau tidak. Jika pada awal pembuatan
Perjanjian nyatanya Para Pihak tidak beritikad baik dengan “memalsukan identitas” atau
tindakan  lainnya yang tidak baik, maka ketika terjadi ingkar janji, hal tersebut bisa dimasukkan
sebagai tindak pidana penipuan. Namun bila dapat dibuktikan bahwa pada awal pembuatan
Perjanjian Para Pihak telah beritikad baik untuk saling bekerja sama dan nyatanya karena
kondisi membuatsalah satu pihak tidak bisa membayar atau ingkar janji, maka pihak yang
dirugikan tidak bisa menuntut pihak lawan dalam tindak pidana penipuan. Hal tersebut tentu
masuk dalam wanprestasi dan harus diselesaikan secara perdata yaitu melalui gugatan
wanprestasi.
menilik pada Udin dan Wawan diatas tidak terkadi pelanggaran asas iktikad baik sehingga
tidak bias dimasukkan dalam ranah hukum pidana.

2. Dasar hokum suatu perjanjian :


A Perjanjian merupakan aktifitas yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia modern.
Perjanjian diatur dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang
menyatakan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
B Syarat sahnya suatu perjanjian tercantum dalam pasal 1320 KUH Perdata
C Pasal 1332 sampai dengan Pasal 1334 KUHPerdata, bahwa suatu perjanjian harus mengenai
suatu hal tertentu, artinya bahwa suatu perjanjian haruslah mempunyai objek tertentu, apa yang
diperjanjikan atau barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit harus ditentukan
jenisnya dan tidaklah menjadi halangan

Akibat hukum perjanjian yang sah menurut Pasal 1338 KUHPerdata adalah:
2|Page
a. Berlaku sebagai Undang-Undang bagi pihak-pihak artinya pihak-pihak harus mentaati
perjanjian itu sama dengan mentaati Undang-Undang. Jika ada yang melanggar perjanjian yang
mereka buat, dianggap sama dengan melanggar Undang, yang mempunyai akibat hukum
tertentu yaitu sanksi hukum. Jadi barang siapa melanggar perjanjian, ia akan mendapat hukuman
seperti yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang.
b. Tidak dapat ditarik kembali secara sepihak artinya perjanjian yang telah dibuat secara sah
mengikat pihak-pihak. Perjanjian tersebut tidak boleh ditarik kembali atau dibatalkan secara
sepihak saja. Jika ingin menarik kembali atau membatalkan harus memperoleh persetujuan
pihak lain. Namun demikian, apabila ada alasan-alasan yang cukup menurut UndangUndang,
perjanjuan dapat ditarik kembali atau dibatalkan secara sepihak.
c. Pelaksanaan dengan itikad baik artinya pelaksanaan itu harus berjalan dengan mengindahkan
norma-norma kepatuhan dan kesusilaan. Pelaksanaan yang sesuai dengan norma-norma
kepatutan dan kesusilaan itulah yang dipandang adil.

3. Wanprestasi adalah bentuk pelanggaran yang di atur dalam KUH Perdata yaitu perjanjian
hutang piutang sebagai sumber persengketaan antara para pihak kreditur dan pihak debitur,
kreditur menangih hutangnya dan di sisi lain debitur tidak dapat memenuhi kewajiban nya yaitu
membayar hutangnya. Pengadilan sebagai pilihan penyelesaian sengketa yaitu dengan proses
mediasi. Mediasi memang telah terbukti mampu menyelesaikan sengketa secara cepat, tepat,
dan efektif menghasilkan, hingga dapat mendapatkan sekepakatan antara dua belah pihak
(penggugat dan tergugat). Mediasi mampu meringankan pemeriksaan perkara di Pengadilan
Negeri dan mampu mendorong para pihak agar duduk bersama menyelesaikan permasalahan
yang ada agar cepat berakhir, dengan bantuan mediator. Dalam mediasi tidak ada kata kalah
menang melainkan kesepakatan bersama antara kedua belah pihak. Mediasi di atur dalam
PERMA No 1 Tahun 2016 tentang Proses Mediasi di Pengadilan, untuk menyelesaikan sengketa
hutang piutang harus di selesaikan dengan cara mediasi karena mediasi dapat memberikan rasa
keadilan antara pihak kreditur dan pihak debitur, proses yang cukup gampang bisa
mempertemukan kedua belah pihak membicarakan permasalah yang ada dengan baik baik, dan
menjauhkan dari rasa benci dan ketidakadilan.
Dalam konteks kasus diatas sangat di,ungkinkan dibuka pintu mediasi untuk Wawan dan Udin
agar dapat menyelesaikan erkara sewa modal usaha tambang tersebut sehingga tercapai kata
kesepakatan diatara pihak wawan dan Udin.
Hal tersebut mengingat penyelesaian sengketa melalui litigasi atau pun melalui sistem peradilan
lainnya dipandang sebagai jalan terbaik dalam menyelesaikan sengketa. Sehingga setiap kali
muncul konflik atau permasalahan maka yang timbul dalam pikiran adalah penyelesaiannya
harus melalui pengadilan. Padahal penyelesaian perkara di pengadilan cenderung berlangsung
berlarut – larut, memakan waktu yang lama dan biaya mahal. Selain itu pengadilan menganut
sistem win-lose solution dalam penyelesaian perkara. Sehingga akan ada pihak yang
diuntungkan dan dirugikan seperti kalah dan menang hal ini terkadang menimbulkan rasa
3|Page
ketidak puasan salah satu pihak karena merasa putusan yang di jatuhi oleh hakim tidak adil.

4|Page

Anda mungkin juga menyukai