Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
7. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
8. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
9. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
10. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
11. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
12. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
1. a.) Berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata, terdapat beberapa syarat sahnya sebuah perjanjian,
yaitu:
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3) Suatu hal tertentu.
4) Sebab yang halal.
Artinya penitipan yang di lakukan oleh pak Badrun di perbolehkan karena memenuhi
semua syarat sahnya perjanjian yang terdapat pada Pasal 1320 KUHPerdata
b.) Karena penitipan barang tersebut menjadi objek dari perikatan yang di lakukan oleh Pak
Nizar dan Pak Badrun, oleh sebab itu lah penitipan barang tersebut dijadikan sumber dari
perikatan keduanya.
c.) Di dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Artinya Kata-kata
“berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya” mau mengatakan, bahwa
perjanjian seperti itu mengikat para pihak dan karenanya para pihak harus memenuhi janji-
janjinya. Dan di Dalam Pasal 1266 KUH Perdata dapat dikutip sebagai berikut: “Syarat batal
dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik, andaikata salah satu
pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal demikian persetujuan tidak batal demi
hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada Pengadilan. Permintaan ini juga harus
dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di
dalam persetujuan. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, maka Hakim
dengan melihat keadaan, atas permintaan tergugat, leluasa memberikan suatu jangka waktu
untuk memenuhi kewajiban, tetapi jangka waktu itu tidak boleh lebih dan satu bulan.” Serta
dalam Pasal 1267 KUH Perdata dapat dikutip sebagai berikut: “Pihak yang terhadapnya
perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih; memaksa pihak yang lain untuk memenuhi
persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut pembatalan persetujuan,
dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.” Jadi kerugian yang dialami oleh Pak
Badrun akan diselesaikan berdasarkan isi perjanjian dari keduanya.
2. a.) Dalam Pasal 1321 KUHPer dikatakan bahwa tiada sepakat yang sah jika sepakat itu
diberikan karena kekhilafan, atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan. Mengenai apa
yang dimaksud dengan paksaan itu sendiri, dapat dilihat dalam Pasal 1324 dan Pasal 1325
KUHPer. Paksaan telah terjadi jika perbuatan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat
menakutkan seorang yang berpikiran sehat, dan apabila perbuatan itu dapat menimbulkan
ketakutan pada orang tersebut bahwa dirinya atau kekayaannya terancam dengan suatu
kerugian yang terang dan nyata. Paksaan juga mengakibatkan batalnya suatu perjanjian jika
paksaan itu dilakukan terhadap suami atau istri atau sanak keluarga dalam garis ke atas
maupun ke bawah. Jadi, perjanjian yang di paksakan oleh Tono kepada Amir adalah tidak
sah.
b.) Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, terdapat beberapa syarat sahnya sebuah perjanjian,
yaitu:
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3) Suatu hal tertentu.
4) Sebab yang halal.
Syarat pertama dan kedua adalah syarat subjektif, sedangkan syarat ketiga dan keempat
adalah syarat objektif. Jika syarat subjektif tidak terpenuhi, maka perjanjian tersebut dapat
dibatalkan, sedangkan jika syarat objektif yang tidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut
batal demi hukum. Perjanjian yang dilakukan antara si Tono dan si Amir dapat dimintakan
pembatalannya oleh si Amir sebagai pihak yang dirugikan karena tidak terpenuhinya syarat
subjektif dari syarat sah perjanjian, yaitu adanya sepakat para pihak.
3. a.) Wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer),
berbunyi: “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan
mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi
perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat
diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan”.
Dan subekti menjelaskan bahwa ada beberapa bentuk wanprestasi, yaitu:
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.
c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas menurut saya yang di lakukan oleh PT. A terhadap PT.
B adalah bentuk wanprestasi tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
b.) Ada beberapa syarat seseorang atau badan hukum melakukan wanprestasi, yaitu:
Syarat materill, yaitu adanya kesengajaan berupa: a) kesengajaan adalah suatu hal
yang dilakukan seseorang dengan di kehendaki dan diketahui serta disadari oleh pelaku
sehingga menimbulkan kerugian pada pihak lain. b) Kelalaian, adalah suatu hal yang
dilakukan dimana seseorang yang wajib berprestasi seharusnnya tahu atau patut menduga
bahwa dengan perbuatan atau sikap yang diambil olehnya akan menimbulkan kerugian.
Syarat formil, yaitu adanya peringatan atau somasi hal kelalaian atau wanprestasi
pada pihak debitur harus dinyatakan dahulu secara resmi, yaitu dengan memperingatkan
debitur, bahwa kreditor menghendaki pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang
pendek. Somasi adalah teguran keras secara tertulis dari kreditor berupa akta kepada debitur,
supaya debitur harus berprestasi dan disertai dengan sangsi atau denda atau hukuman yang
akan dijatuhkan atau diterapkan, apabila debitur wanprestasi atau lalai.
Apabila PT. A memenuhi kedua syarat tersebut, maka PT. B dapat mengajukan
gugatan ke Pengadilan Negeri dimana PT. A berada.
c.) Dalam suatu gugatan perbuatan melawan hukum, penggugat harus membuktikan semua
unsur-unsur perbuatan melawan hukum selain harus mampu membuktikan adanya kesalahan
yang diperbuat debitur. Sedangkan dalam gugatan wanprestasi, penggugat cukup
menunjukkan adanya wanprestasi atau adanya perjanjian yang dilanggar. Kemudian dalam
suatu gugatan perbuatan melawan hukum, penggugat dapat menuntut pengembalian pada
keadaan semula (restitutio in integrum). Namun, tuntutan tersebut tidak diajukan apabila
gugatan yang diajukan dasarnya adalah wanprestasi.
4. a.) Jual beli sebagaimana diatur dalam buku ke III Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUH Perdata”) pada Pasal 1457 didefinisikan sebagai berikut:
b.) Dalam hal-hal terdapat cacat tersembunyi, pembeli dapat memilih beberapa opsi
sebagaimana diatur dalam Pasal 1507 KUH Perdata antara lain:
c.) Penjual dalam kaitanya dengan cacat tersembunyi, terdapat 2 (dua) kewajiban yang harus
dilakukan: