Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

HUKUM PERJANJIAN

Disusun Oleh
ROMI AJI
NIM : 041244376
UNIVERSITAS TERBUKA TANGERANG SELATAN
UPBJJ PALANGKA RAYA POKJAR SAMPIT
FHISIP HUKUM
2021
Kasus Posisi:
Doni dan Robi melakukan kesepakatan untuk mengambil barang berupa pakaian jadi senilai
Rp 89.000.000,- (delapan puluh Sembilan juta rupiah). Doni berjanji secara lisan akan
membayar biaya pakaian tersebut melalui transfer ke rekening Robi di Bank Mandiri dalam
beberapa hari. Akan tetapi Doni tidak melaksanakan janjinya untuk mentransfer sejumlah uang
dimaksud kepada Robi bahkan setelah jangka waktu berbulan-bulan. Robi berusaha mencari
dan menemukan keberadaan Doni di tempat kediamannya, akan tetapi Doni tidak berada di
kediamannya lagi yaitu di Tambun Bekasi. Robi mendatangi tempat Doni biasa berdagang
yaitu di daerah Bekasi Kota, akan tetapi Doni tidak berada di tempat tersebut, akhirnya Robi
mendatangi rumah orang tua Doni dan membuat perjanjian tertulis tanggal 29 September 2019.
Setelah perjanjian di buat, Doni tidak memiliki itikad baik untuk membayar utangnya
dimaksud hingga pada tanggal 23 Oktober 2020 dibuat lagi perjanjian bahwa ia akan membayar
utangnya. Namun Doni tidak juga membayar utangnya. Oleh karena tidak adanya itikad baik
Doni untuk membayar utangnya maka berdasarkan perjanjian yang lalu, Robi meminta titipan
jaminan berupa BPKB mobil dengan plat B 8488 RL dan/atau organ tunggal kepada Herman
yang dalam perjanjian bertindak sebagai saksi. Ketika Robi menghubungi Herman untuk
meminta objek yang dijadikan jaminan demi menutupi utang yang bersangkutan, Herman
dalam hal ini merupakan pihak ketiga bertindak pun dengan tidak memiliki itikad baik yaitu
menolak untuk memberikan barang yang dijadikan sebagai jaminan guna menutupi hutang
Doni, bahkan Robi mencoba mengirimkan surat kepada Herman agar barang yang dijadikan
jaminan tersebut dapat diserahkan secara baik-baik dan kekeluargaan, akan tetapi Herman tidak
menanggapi surat tersebut yang telah dikirim sebanyak 2 (dua) kali.
Dalam hal ini Doni jelas dan terang telah memiliki itikad buruk, pertama, ia tidak membayar
hutangnya yang dijanjikan beberapa hari setelah mengambil pakaian jadi di tahun 2019 kepada
Robi. Kedua, ia juga tidak memenuhi prestasinya yang telah diperjanjikan dan tertuang dalam
perjanjian tertanggal 29 September 2019. Perjanjian ini dibuat dirumah orang tua Doni di
Tambun Bekasi. Ketiga, dibuat lagi perjanjian antara Doni dan Robi tertanggal 23 Oktober
2020 yang dihadiri dan ditandatangani oleh Robi, Doni, dan saksi-saksi yang terdiri dari Ali,
Herman, dan Kodir, yang isi perjanjiannya memuat ketentuan antara lain :
1. Mengagunkan mobil Avanza bernomor polisi B 8488 RL atau orgen tunggal yang
dipegang oleh Herman;
2. Hutang dibayar secara cicilan sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap bulannya
kepada Robi;
3. Apabila hutang tidak dibayar selama 3 bulan berturut-turut, penggugat akan mengambil
jaminan yang disebutkan di atas; dan
4. Tidak ada tuntutan apapun di kemudian hari dari Doni kepada Robi.
Berdasarkan kasus tersebut jawablah soal dibawah ini dengan jelas, mudah dimengerti,
rinci dan dasar hukumnya.
1. Bagaimana penerapan asas itikad baik dalam perjanjian utang piutang terhadap kasus
tersebut diatas ?
2. Berdasarkan kasus diatas asas-asas penting apa saja yang harus ada dalam perjanjian antara
Doni dan Robi ?
Jawaban :
1. Dasar hukum asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang
berbunyi “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
Para pihak, yaitu kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para
pihak. Asas itikad baik berarti ketika dibuat perjanjian maka tidak ada maksud dari
salah satu pihak untuk merugikan pihak lain atau merugikan orang ketiga.
Pada kasus tersebut diatas tidak ada itikad baik dari kreditur yaitu Doni untuk
membayar apa yang sudah disepakati dengan pihak debitur (Robi).
Adapun itikad baik doni yang pertama ia berjanji membayar atau mentransfer
sejumalah uang kepada robi, namun tidak menepatinya dalam waktu yang cukup lama.
Kemudian Robi membuat perjanjian secara tertulis pada tanggal 29 September 2019
namun tidak ada itikad baik dari Doni untuk membayar hutagnya hingga pada tanggal
23 Oktober 2020 dibuat lagi perjanjian bahwa ia akan membayar utangnya. Namun
Doni tidak juga membayar utangnya.
Dalam hal ini sudah jelas tidak ada itikad baik bagi Doni untuk membayar hutangnya.
Penerapan itikad baik pada kasus diatas, seharusnya Doni mampu mengembalikan
hutangnya jika dia beritikad baik, kemudian herman sebagai saksi seharusnya dapat
memberikan jaminan doni kepada robi jika herman beritikad baik terhadap robi
sedangkan dalam perjanjian tertulis bahwa Doni Mengagunkan mobil Avanza
bernomor polisi B 8488 RL atau orgen tunggal yang dipegang oleh Herman, dan apabila
hutang tidak dibayar selama 3 bulan berturut-turut, penggugat akan mengambil jaminan
yang disebutkan di atas

2. Asas penting yang harus ada dalam perjanjian anatara Doni dan Robi, dapat saya
uariakan sebagai berikut :
a. Asas kebebasan berkontrak,
Dalam perjanjian pada kasus diatas asas kebebasan berkontrak sudah ada dalam
perjanjian mereka.
b. Asas Konsensualisme,
Asas ini juga sudah ada dalam perjanjian pada kasus diatas, yang menyatakan
bahwa perjanjian mereka tidak diadakan secara formal melainkan hanya ucapan
lisan dan kesepakatan dari kedua belah pihak.
c. Asas Kepribadian,
Pada kasus diatas seharusnya asas kepribadian ada dalam perjanjian, asas ini
menentukan bahwa seseorang membuat perjanjian hanya untuk kepentingan
dirinya saja. Sedangkan pada kasus diatas ada intervensi dari pihak saksi untuk
tidak beritikad baik dalam pernjanjian yang sudah tertulis.
d. Asas kepastian hukum,
Asas ini merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian, asas ini
penting dan harus ada pada perjanjian antara Doni dan Robi, jika salah satu
melakukan pelanggaran, maka dia telah ingkar janji (wanprestasi). Pihak yang
dirugikan dapat meminta tanggung jawab kepada pihak yang merugikan.
Terikatnya para pihak pada perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada apa
yang diperjanjikan akan tetapi juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang
dikehendaki oleh kebiasaan, kepatutan serta moral.
e. Asas Itikad Baik
Dasar hukum asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata
yang berbunyi “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Para pihak,
yaitu kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.
Asas itikad baik berarti ketika dibuat perjanjian maka tidak ada maksud dari
salah satu pihak untuk merugikan pihak lain atau merugikan orang ketiga.

Sumber :
Buku Materi pokok Hukum Perjanjian/ HkUM4402/3sks/Modul 1-9/ Nur Syarifah, Reghi
Perdana/ Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai