KOMERSIAL
Hukum Perikatan
Statement of Authorship
Mata Ajaran
: 22 April 2015
Dosen
: Yunus Husein
Nama
: Dian Permatasari
NPM
: 1406515021
Tanda Tangan :
Page
Pengertian Perikatan
Hukum perikatan diatur dalam KUH Perdata Buku Ketiga. Pada pasal 1233 KUH tertulis
bahwa perikatan lahir karena suatu persetujuan atau Undang-undang. Untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai arti dari perikatan, beberapa ahli mencoba mendefinisikan
perikatan sebagai berikut:
Menurut Prof. Subekti, S.H. dalam bukunya Hukum Perjanjian, perikatan merupakan
suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak
yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu
Menurut A. Pilto, perikatan merupakan suatu hubungan hukum yang bersifat harta
kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditur)
dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas sesuatu prestasi
Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, hukum perikatan merupakan kesemuanya
kaidah hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang yang bersumber
pada
Page
sistem terbuka atau kebebasan kepada para pihak dalam membuat perjanjian sepanjang
perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan Undang-undang, kesusilaan, ketertiban
umum, kepatuhan dan kebiasaan.
Syarat-Syarat Sah-nya Suatu Perjanjian
Mengacu pada KUH Perdata pasal 1320, agar terjadi perjanjian yang sah, diperlukan
pemenuhan terhadap 4 syarat, yaitu :
1.
2.
3.
4.
Syarat ke 1 dan 2 merupakan syarat subyektif karena apabila syarat tidak terpenuhi,
maka dapat diajukan pembatalan atas perjanjian tersebut kepada hakim. Syarat ke 3
dan 4 merupakan syarat obyektf, karena apabila syarat tersebut tidak dapat terpenuhi,
maka perjanjian akan batal demi hukum.
Namun perlu diingat bahwa tidak ada perjanjian yang memiliki kekuatan jika diberikan
karena kehilafan atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan.
Kebebasan Berkontrak
Kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas hukum perikatan, bersama dengan
asas konsesualisme, Pacta Sunt Servanda dan asas itikad baik. Asas kebebasan
berkontrak terlihat di dalam Pasal 1338 KUHP Perdata yang menyebutkan bahwa segala
sesuatu perjanjian yang dibuat adalah sah bagi para pihak yang membuatnya dan
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sutan Remy Sjandeini
mengemukakan kebebasan berkontrak mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian
2. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ingin membuat perjanjian
3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih kausa dari perjanjian yang akan
dibuatnya,
4. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian
5. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang
bersifat opsional (anvullend, optional)
Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial
Page
Kebebasan berkontrak bukanlah kebebasan yang tanpa batas karena suatu perjanjian
harus tetap memenuhi syarat sah perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata.
Lunas atau Selesainya Perjanjian
Mengacu KUH Perdata pasal 1381, hapusnya perjanjian terjadi apabila :
1. Pembayaran (Pasal 1382-Pasal 1403)
Tidak hanya diartikan dalam bentuk uang, tetapi juga terpenuhinya sejumlah
prestasi yang dijanjikan.
2. Penawaran Pembayaran Tunai diikuti dengan Penyimpanan atau Penitipan (Pasal
1404-Pasal 1412)
Jika kreditur menolak melakukan pembayaran, debitur dapat melakukan
penawaran pembayaran tunai atas apa yang harus dibayar. Jika kreditur menolak,
maka debitur dapat menitipkan uang atau barangnya kepada Pengadilan.
Penawaran demikian, yang diikuti dengan penitipan membebaskan debitur dan
berlaku baginya sebagai pembayaran, selama penawaran dilakukan menurut UU,
sedangkan apa yang dititipkan secara demikian adalah atas tanggungan kreditur.
3. Pembaruan Utang (Pasal 1413-Pasal 1424)
Dengan munculnya perjanjian baru, maka perjanjian lama berakhir
4. Perjumpaan utang / Kompensasi (Pasa 1425-Pasal 1435)
Perjumpaan utang terjadi karena kreditur dan debitur saling mengutang satu
sama lain, sehingga utang keduanya dianggap terbayar oleh piutang mereka
masing-masing
5. Percampuran Utang (Pasal 1436-Pasal 1437)
Bila kedudukan sebagai kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang, maka
terjadilah demi hukum suatu pencampuran utang dan oleh sebab itu piutang
dihapuskan.
6. Pembebasan Utang (Pasal 1438-Pasal 1443)
Page
Page
Page
DAFTAR REFERENSI
Page