Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPANITERAAN

“SISTEM E-COURT DALAM PERADILAN”

Disusun oleh :

1. Mia Kartika (201610020311032)


2. Adnan Raafkhair Salim (201610020311033)
3. Yoga Nur Rahmat (201610020311034)
4. Vian Juanda (201610020311035)
5. Musyahadan Romadhon (201610020311036)
6. Ismail (201610020311038)
7. Windi Argiatmoko (201610020311039)
8. David Amrullah (201610020311040)
9. Silvana Indriani R (201610020311044)
10. Adelia Safitri (201610020311045)

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman di era digital atau lebih populer disebut


revolusi industri 4.0, sangat berpengaruh pesat kepada kehidupan manusia
itu sendiri dengan menekankan pada pola digital economy, artificial
intelligence, big data, robotic, dan lain sebagainya atau dikenal dengan
fenomena disruptive innovation. Menghadapi tantangan tersebut, dunia
hukum juga dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan yang
signifikan dalam melakukan tindakan hukum, salah satu contohnya adalah
e-court.1

Mahkamah Agung kembali berinovasi dalam pembaharuan


peradilan dengan dikeluarkannya aplikasi e-court. Aplikasi ini merupakan
bagian dari upaya modernisasi dari Mahkamah Agung yang nyata.
Aplikasi e-court secara garis besar terbagi atas 3 unggulan yaitu, e-filling
(pengisian data – data pendaftaran perkara), e-payment (pembayaran
panjar perkara), e-summons (pemanggilan para pihak melalui alamat
domisili). e-court dapat diartikan sebagai aplikasi yang digunakan untuk
memproses, gugatan atau permohonan, pembayaran biaya perkara secara
elektronik, melakukan panggilan sidang dan pemberitahuan secara
elektronik serta aplikasi layanan perkara lainnya yang bersifat elektronik.

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas penulis akan


memaparkan dan menjelaskan simtembaru hasil dari inovasi Mahkamah
Agung yang kita kenal dengan e-court.

B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian e-Court ?

1
https://www.academia.edu/37052506/Dr._Tarmizi_SH.M.Hum diakses pada 11
Desember 2018 pukul 21.29

2
b. Apa yang dimaksud dengan e-Filing, e-Payment, e-Summons, dalam
sistem e-court ?
c. Bagaimana prosedur penggunaan e-court?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian E-Court Dalam Peradilan

Electronic Court (e-court) merupakan masa depan pengadilan Indonesia,


sebagaimana pengadilan di negara-negara lain yang telah maju. Jika terwujud,
proses administrasi perkara dan pelayanan pengadilan akan menjadi lebih
sederhana, cepat, berbiaya ringan, transparan dan akuntabel. Beracara dari negeri
kangguru (Australia), e-court menjadi bagian dari proses modernisasi manajemen
perkara di negara tersebut. Gagasan awal dari lahirnya e-court ini sebenarnya
adalah transformasi berkas perkara pengadilan yang berbentuk fisik menjadi
berbasis digital.

Meski Federal Court of Australia (FCA) sudah lama menerapkan layanan


pengadilan berbasis elektronik ini, faktanya meninggalkan paper based system
dalam penanganan perkara merupakan hal yang tidak mudah. Oleh karenanya
harus disusun strategi manajemen perubahan dalam melakukan peralihan dari
paper based kepaperless. Berkaitan dengan hal tersebut, Federal Court of Australia
(FCA) menempuh 8 (delapan) langkah manajemen perubahan sebagai berikut:

1. Memastikan apakah benar-benar perlu dilakukan inovasi tersebut. Untuk


melakukan inovasi harus benar-benar dipertimbangkan dengan matang.
Pada tahap ini harus dilakukan identifikasi permasalahan yang terjadi atau
yang berpotensi terjadi dan peluang dilakukannya inovasi. Dalam konteks
pengadilan, alasan pentingnya dilakukan perubahan misalnya banyak
tunggakan atau banyak keluhan terhadap layanan pengadilan.
2. Membentuk tim pendukung terhadap penerapan inovasi tersebut. Setelah
diyakini bahwa inovasi benar-benar perlu dilakukan, langkah berikutnya
adalah membentuk tim yang mendukung adanya perubahan/inovasi. Tim
ini harus merupakan sebuah kelompok yang memiliki kekuatan yang
cukup untuk mengupayakan perubahan yang meliputi unsur pimpinan

3
pusat, hakim, aparatur peradilan dan sumber daya manusia yang bergerak
di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (IT).
3. Merumuskan visi inovasi tersebut. Langkah berikutnya setelah terbentuk
tim adalah merumuskan visi inovasi yang akan diimplementasikan. Pada
langkah ini juga harus disusun dengan matang strategi untuk melakukan
implementasi inovasi/perubahan tersebut.
4. Mengkomunikasikan visi kepada seluruh aparatur peradilan. Visi yang
sudah ditentukan dan strateg untuk mencapainya telah dirumuskan,
selanjutnya harus dikomunikasikan (disosialisasikan) dalam berbagai
kesempatan.
5. Memberi wewenang kepada yang lain untuk mengimplementasikan
inovasi/perubahan sesuai visi. Inovasi/perubahan bak sebuah virus yang
harus dilularkan. Agar implementasi inovasi tersebut dapat mewabah
dengan cepat, maka harus banyak agen-agenyang diberikan wewenang
untuk melakukannya.
6. Merencanakan dan menyusun program jangka pendek (quick wins). Harus
dipastikan rencana tersebut terlaksana, dan segera dilakukan evaluasi serta
perbaikan jika ada yang tidak sesuai maupun tidak berjalan dengan baik.
7. Mempertahankan kemajuan terhadap inovasi yang telah
diimplementasikan dan menghasilkan inovasi/perubahan yang lainnya.
8. Melembagakan program perubahan/inovasi sebagai pendekatan baru. Jika
program jangka pendek telah berhasil, maka perlu juga dilakukan
duplikasi di bidang lainnya juga telah menunjukkan hasil. Langkah
selanjutnya adalah memastikan inovasi/perubahan tersebut dapat dijaga
kesinambungannya.

Selain 8 (delapan) langkah tersebut tentunya diperlukan kepemimpinan yang


kuat dalam mengawal kebijakan Electronic Court (e-court) tersebut. Hal ini
karena penerapan e-court akan memicu terjadinya perubahan yang masih di sisi
administrasi peradilan. Sama seperti Aplikasi Sistem Informasi Penelusuran
Perkara (SIPP) kehadirannya sebagai sebuah sistem yang baru, maka e-court pun
berpotensi akan direfusal oleh beberapa kalangan apabila kesiapan
implementasinya belum matang. Oleh karenanya, penerapan dan pengembangan
e-court ini harus dilakukan secara hati-hati dan setiap pemangku kepentingan
diberikan pemahaman yang baik mengenai manfaat penerapan e-court ini.2
2
http://pn-takengon.go.id/pnbaru/pengembangan-e-court-di-pengadilan-negeri/
diakses pada Tanggal 11 Desember 2018 pukul 21.20

4
Aplikasi e-court dikembangkan oleh Mahkamah Agung sejak November
2017. Kala itu Mahkamah Agung yang berkolaborasi dengan SUSTAIN EU-
UNDP dan Tim Pembaharuan Peradilan membentuk pokja khusus untuk mengkaji
regulasi maupun saran pengembangan terhadap aplikasinya. Aplikasi ini cukup
lengkap karena berisi modul-modul, seperti :

1. Pembuatan akun (account/user) perorangan maupun advokat secara


online(untuk saat ini hanya diberlakukan untuk kalangan advokat).
2. Perhitungan biaya panjar perkara secara online.
3. Pendaftaran perkara secara elektronikdan terintegrasi dengan Aplikasi
Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP).
4. Panggilan para pihak secara elektronik.
5. Perekaman (input) data/informasi pada tahap Jawaban, Replik, Duplik, dan
Kesimpulan secara elektronik
6. Pemberitahuan putusan/penetapan secara elektronik.

Aplikasi e-court merupakan perwujudan dari implementasi Peraturan


Mahkamah Agung Nomor 03 tahun 2018 yaitu Administrasi Perkara di
Pengadilan Secara Elektronik. Aplikasi e-court merupakan sebuah sistem yang
terpusat, artinya aplikasi tersebut berada di Data Center Mahkamah Agung RI
yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) di
Pengadilan Tingkat Pertama, sehingga tidak perlu diinstall dimasing-masingserver
maupun website pengadilan, karena otomatis akan terkoneksi dengan database
pada Aplikasi Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) di masing-masing
pengadilan yang telah mengimplementasikan e-court. Untuk saat ini pengguna
terdaftarnya hanya ditujukan kepada Advokat, dan akan diatur kemudian untuk
pengguna perorangan maupun Badan Hukum.

B. Untuk mendaftar perkara secara elektronik (e-Filing)

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mendaftar perkara


secara elektronik :

1. Advokat harus membuat account/user pada aplikasi e-Court dengan


domisili elektronik yang sudah tervalidasi oleh Pengadilan Tinggi di mana
dia disumpah.
2. melengkapi data Advokat seperti KTP, Kartu Tanda Anggota Advokat, dan
Berita Acara Sumpah yang harus diunggah ke dalam aplikasi e-Court.

5
3. Pengguna yang sudah terdaftar dapat mendaftarkan perkara secara
elektronik pada Pengadilan yang telah mengimplementasikan e-Court
dengan menggunakan 1 (satu) akun yang sudah terdaftar dan tervalidasi
pada aplikasi e-Court Mahkamah Agung.
4. Pendaftaran perkara secara elektronik akan mendapatkan barcode dan
nomor register online (bukan nomor perkara).3

C. Tahapan pendaftaran perkara secara elektronik

Langkah-langkah yang harus diperhatikan ketika melakukan pendaftarkan


perkara secara elektronik :

1. Memahami dan menyetujui persetujuan yang dipaparkan sebelum memulai


pendaftaran.
2. Mendaftarkan surat kuasa secara elektronik.
3. Memasukkan data pihak.
4. Mengunggah dokumen (petitum, posita,dan lain sebagainya).
5. Mendapatkan e-SKUM (taksiran panjar biaya perkara). ‘
6. Mendapatkan nomor pembayaran (Virtual Account) dan menyelesaikan
pembayaran secara online. Dalam hal ini Mahkamah Agung telah
bekerjasama dengan Bank BNI, Bank BNI Syariah, Bank BTN, Bank
Mandiri, Bank Mandiri Syariah, dan Bank BRI.
7. Menunggu verifikasi dan registrasi Nomor Perkara dari Pengadilan yang
dimohonkan.
8. Mendapatkan Nomor Perkara.

E-Court dapat digunakan untuk mengirim dan menerima dokumen


persidangan seperti Replik, Duplik, Kesimpulan dan atau Jawaban. Aplikasi e-
Court juga digunakan untuk pemanggilan secara elektronik kepada pihak yang
telah menyejutui dan kepada penggugat/pemohon yang mendaftar secara
elektronik dianggap menyetujui menggunakan saluran elektronik untuk
pemanggilan. Aplikasi e-Court dapat di akses dari mana saja dan dengan waktu
tertentu, oleh siapa saja (selama memiliki account/user) dengan bermodal koneksi
internet dan perangkat yang memiliki web browser.

3
https://ecourt.mahkamahagung.go.id/ diakses pada 11 Desember 2018 pukul 21.30

6
Sebagai informasi, adapun tujuan daripada diluncurkannya aplikasi e-Court
ini ialah dalam rangka perbaikan indeks kemudahan berusaha (Ease of Doing
Bussiness/EODB) di Indonesia yang salah satu poinnya adalah penyederhanaan
acara peradilan. Selain itu, aplikasi ini bertujuan dalam rangka menyesuaikan
tuntutan dan perkembangan teknologi dan informasi, serta dalam rangka
mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat, dan berbiaya ringan. Ini adalah
suatu bentuk kemajuan dan inovasi yang digaungkan oleh Mahkamah Agung,
menjadi kewajiban bagi Direktorat Jenderal Badan Peradilan Militer dan Peradilan
Tata Usaha Negara beserta aparatur peradilan di lingkungannya untuk mendukung
implementasi inovasi ini.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi


Perkara Secara Elektronik di Pengadilan telah disahkan pada 29 Maret 2018 lalu.
Kini melanjutkan inovasi tersebut, akhirnya aplikasi Pengadilan Elektronik (e-
Court) diluncurkan oleh Ketua Mahkamah Agung RI Prof. Dr. M Hatta Ali S.H.,
M.H. di Balikpapan pada Jumat (13/8) siang lalu. Acara peluncuran aplikasi e-
Court dilaksanakan berbarengan dengan Pembinaan Teknis Yudisial dan
penyerahan Sertifikat Akreditasi Penjaminan Mutu pada 4 lingkungan peradilan
Mahkamah Agung.

D. Proses Peresmian Peggunaan Aplikasi E-Court Oleh Ketua Mahkamah


Agung Republik Indoesia

Prosesi peresmian penggunaan aplikasi e-court dilakukan secara simbolis


oleh Ketua Mahkamah Agung RI di depan tidak kurang 1.000 orang warga
peradilan yang menerima sertifikat Akreditasi Penjaminan Mutu dan para
undangan, yang antara lain terdiri dari perwakilan mitra pembayaran uang perkara
pengadilan.

 Tata cara pembayaran uang perkara Pengadilan (e-Payment) adalah


sebagai berikut:
1. Bank BTN, Bank BRI, Bank BNI 46, Bank BNI Syariah, Bank Mandiri,
dan Bank Mandiri Syariah). Ketua MA menekan tombol peresmian yang
kemudian dilanjutkan dengan menyaksikan secara langsung proses
penerimaan perkara dengan elektronik pada tiga pengadilan secara

7
langsung, yaitu Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri
Surabaya dan Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
2. dilanjutkan dengan tele-conference antara Ketua MA dengan para tiga
pengadilan yang menerima pendaftaran dan para advokat yang melakukan
pendaftaran secara online untuk mengetahui kesan dan pengalaman
mereka menjadi salah satu pendaftar pertama perkara dengan
menggunakan aplikasi e-court. Tercatat saat ini sudah ada 2 perkara
diajukan secara elektronik di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, 1 perkara di
PN Surabaya, serta 1 perkara pada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

Ketua MA dalam sambutannya menyatakan bahwa peresmian e-court


merupakan lompatan besar dalam keseluruhan upaya besar melakukan perubahan
administrasi di pengadilan. Sistem e-court Mahkamah Agung memungkinkan
penggugat melakukan permohonan atau gugatan perdata/perdata agama/TUN di
seluruh Indonesia secara elektronik tanpa perlu datang langsung ke gedung
pengadilan. Pembayaran juga jadi makin ringkas, karena sistem e-payment
memungkinkan pembayaran dilakukan dari bank apapun dengan saluran
pembayaran elektronik apapun, seperti misalnya internet banking, sms banking,
transfer ATM mitra pembayaran yang dimiliki pengadilan tersebut.

 Tata Cara Pemanggilan (e-Summons)

Pemanggilan elektronik (e-summons) juga sangat meringkas proses dan


menghemat biaya, karena pemanggilan bisa dilakukan langsung ke domisili
elektronik termasuk meniadakan kebutuhan prosedur delegasi dalam hal para
pihak ada bertempat tinggal di wilayah yang berbeda. Hal ini memungkinkan
biaya panggilan ditekan se-minimal mungkin sampai nol rupiah. Khusus untuk e-
summons, sesuai Perma No.3 Tahun 2018, prosedur ini hanya bisa ditempuh
apabila para pihak menyetujui untuk dilakukan panggilan secara elektronik, untuk
mengantisipasi kesenjangan yang mungkin terjadi dalam masa awal pengenalan
aplikasi ini.

Ke depannya sistem e-court sudah diarahkan ke penggunaan yang lebih


luas, yaitu implementasi litigasi elektronik, mengingat Pasal 5 Perma No.3 Tahun
2018 telah mencantumkan juga jenis dokumen yang bisa dikirim secara

8
elektronik meliputi jawaban, replik, duplik, dan kesimpulan. Hanya saja
implementasi penuhnya menunggu pengaturan teknis. Ketua MA dalam
sambutannya mengatakan bahwa bentuk e-litigation masih perlu dikembangkan,
dan bentuk akhirnya bisa sangat beragam tergantung pengembangan yang
dilakukan Mahkamah Agung nantinya.

Satu Tahun Harus Sudah Terimplementasi di Seluruh Pengadilan. Perma


Nomor No.3 Tahun 2018 sudah menetapkan bahwa administrasi perkara di
pengadilan secara elektronik berlaku bagi perkara perdata, perdata agama, tata
usaha militer dan tata usaha negara, namun saat ini pendaftaran baru dapat
diberlakukan pada peradilan umum, agama dan TUN. Mengingat perkara Tata
Usaha Militer pada Peradilan Militer belum operasional. Selanjutnya, mengingat
banyak prakondisi yang harus dipenuhi untuk dapat dilaksanakannya aplikasi e-
court, untuk tahap ini Sekretaris Mahkamah Agung RI berdasarkan Surat Nomor
305/SEK/SK/VII/2018 menunjuk 32 Pengadilan dari peradilan umum, agama, dan
TUN untuk melaksanakan uji coba implementasi e-court untuk tahap ini.

Adapun pengadilan percontohan meliputi PN Jakarta Pusat, PN Jakarta


Utara, PN Jakarta Selatan, PN Jakarta Timur, PN Jakarta Barat, PN Tangerang, PN
Bekasi, PN Bandung, PN Karawang, PN Surabaya, PN Sidoarjo, PN Medan, PN
Makassar, PN Semarang, PN Surakarta, PN Palembang, PN Metro. Sementara itu
di lingkungan peradilan agama meliputi, PA Jakarta Pusat, PA Jakarta Utara, PA
Jakarta Selatan, PA Jakarta Timur, PA Jakarta Barat, PA Depok, PA Surabaya, PA
Denpasar, PA Medan. Untuk Pengadilan TUN pengadilan percontohan meliputi
PTUN Jakarta, PTUN Bandung, PTUN Serang, PTUN Denpasar, PTUN
Makassar dan PTUN Tanjung Pinang.

Ketua MA dalam sambutannya berharap agar dalam waktu tepat satu tahun
sejak peresmian aplikasi e-court ini, maka aplikasi e-court harus sudah bisa
diaplikasikan di seluruh pengadilan di Indonesia. Sekaligus menantang kesiapan
para pimpinan badan peradilan untuk memenuhi target tersebut yang langsung
disambut positif oleh para peserta. Beliau juga meminta agar para direktur
jenderal untuk bisa melaporkan hasil uji coba tahap pertama ini dalam waktu 6
bulan.

9
Meski demikian, hingga saatnya dilaunching secara resmi nanti, perlu
dipertimbangkan apakah dengan tahapan persidangan yang dilakukan secara
elektronik akan berpengaruh terhadap asas hukum acara yang memerintahkan
bahwa persidangan bersifat terbuka untuk umum. Aplikasi ini pada dasarnya
berlaku wajib bagi seluruh Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia. Namun
demikian, untuk tahapan uji coba gelombang pertama diperkirakan akan
dilaksanakan pada Juni 2018.

Pada tahap uji coba awal, aplikasi e-court akan diterapkan di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Negeri Surabaya lalu disusul pada bulan
Agustus 2018 akan diterapkan di seluruh Pengadilan Negeri kelas IA Khusus di
Indonesia.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

 Jurnal & Wibesite

http://ditjenmiltun.mahkamahagung.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=2738:yuk-berkenalan-dengan-e-court-
yang-sebentar-lagi-memasuki-tahap-uji-coba&catid=114:umum

http://pn-takengon.go.id/pnbaru/pengembangan-e-court-di-pengadilan-negeri/

http://www.pa-tondano.go.id/artikel-896-mahkamah-agung-luncurkan-
aplikasi-ecourt.html

http://www.pembaruanperadilan.net/v2/2018/07/mahkamah-agung-ri-
meresmikan-aplikasi-e-court/

https://ecourt.mahkamahagung.go.id/

https://www.academia.edu/37052506/Dr._Tarmizi_SH.M.Hum

11

Anda mungkin juga menyukai