Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ADMINISTRASI PERADILAN

E-COURT DAN E-LITIGASI

KELOMPOK 12

MUHAMMAD HAYKAL KHATIBI (182621547)

MUHAMMAD FADHLI SEPTIANSYAH (182621544)

DOSEN PEMBIMBING

Yulmitra Handayani, S.H., M.H

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BENGKALIS
TAH UN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “E-Court dan E-Litigasi”. Makalah ini telah kami susun
dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Sekian dari kami dan berharap semoga makalah tentang E-Court dan E-
Litigasi dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bengkalis, 21 Mei 2023


Penyusun

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Makalah.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. E-Court
1. Pengertian E-Court.............................................................................4
2. Ruang Lingkup Aplikasi E-Court.......................................................4
3. Mekanisme pengajuan perkara melalui aplikasi E-Court...................7
B. E-Litigasi
1. Pengertian E-Litigasi..........................................................................12
2. Ruang Lingkup E-Litigasi..................................................................15
3. Manfaat E-Litigasi..............................................................................17
4. Tata Cara Persidangan dengan Mekanisme E-Litigasi.......................21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................26
B. Saran........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam era digital yang terus berkembang, transformasi teknologi telah
membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Salah satu
perubahan penting yang terjadi adalah dalam sistem peradilan dan litigasi.
Tradisionalnya, proses pengadilan melibatkan berbagai prosedur manual yang
memakan waktu, biaya, dan sering kali membingungkan bagi pihak yang terlibat.
Namun, dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, munculah konsep
e-court dan e-litigasi.
E-court adalah konsep yang mengacu pada penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) dalam sistem peradilan. Melalui e-court, proses pengadilan
menjadi lebih efisien, transparan, dan mudah diakses. Berbagai aplikasi dan
platform digital digunakan untuk mengotomatisasi proses peradilan, termasuk
pengarsipan elektronik, penjadwalan sidang, pengiriman dokumen secara
elektronik, dan komunikasi antara pihak terkait melalui media elektronik. Dengan
demikian, e-court membawa kemajuan besar dalam efisiensi dan efektivitas
sistem peradilan.
E-litigasi, di sisi lain, mengacu pada penggunaan teknologi dalam semua
aspek proses litigasi, termasuk penyampaian gugatan, pertukaran bukti,
persidangan, dan penyelesaian sengketa. Dengan adopsi e-litigasi, berbagai
prosedur hukum yang biasanya memakan waktu dan menghabiskan sumber daya
dapat diotomatisasi dan dilakukan secara elektronik. Penggunaan dokumen
elektronik, kolaborasi online antara pengacara dan pihak terkait, serta pertukaran
informasi secara real-time memungkinkan percepatan proses litigasi dan
mengurangi biaya yang terkait.
Keuntungan dari e-court dan e-litigasi sangatlah signifikan. Pertama, proses
peradilan menjadi lebih efisien dan cepat karena penggunaan teknologi
mempercepat administrasi, komunikasi, dan pertukaran informasi. Selain itu, e-
court dan e-litigasi mengurangi biaya terkait dengan percetakan, pengiriman, dan

1
pengarsipan dokumen fisik. Dengan adopsi e-court dan e-litigasi, pihak yang
terlibat dalam proses peradilan juga dapat mengakses informasi secara online,
meningkatkan transparansi dan aksesibilitas.
Namun, peralihan ke sistem e-court dan e-litigasi juga melibatkan tantangan
dan kekhawatiran. Keamanan data, privasi, dan keandalan teknologi menjadi
faktor yang sangat penting dalam menjaga integritas proses peradilan. Selain itu,
adopsi teknologi ini juga membutuhkan pelatihan dan penyesuaian bagi para
profesional hukum dan pihak yang terlibat dalam sistem peradilan.
Dalam kesimpulannya, e-court dan e-litigasi adalah langkah maju dalam
transformasi sistem peradilan. Melalui penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi, proses peradilan menjadi lebih efisien, transparan, dan mudah
diakses. Namun, penting untuk mempertimbangkan tantangan dan kekhawatiran
terkait keamanan data dan privasi dalam peralihan ke sistem digital ini. Dengan
pemahaman yang tepat dan pendekatan yang cermat, e-court dan e-litigasi
memiliki potensi untuk memperbaiki dan memajukan sistem peradilan kita
menuju masa depan yang lebih efektif dan inklusif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat di rumuskan
masalahnya sebagai berikut:
1. E-Court
a. Pengertian E-Court
b. Ruang Lingkup Aplikasi E-Court
c. Mekanisme pengajuan perkara melalui aplikasi E-Court
2. E-Litigasi
a. Pengertian E-Litigasi
b. Ruang Lingkup E-Litigasi
c. Manfaat E-Litigasi
d. Tata Cara Persidangan dengan Mekanisme E-Litigasi

2
C. Tujuan Makalah
Ada beberapa tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. E-Court
a. Pengertian E-Court
b. Ruang Lingkup Aplikasi E-Court
c. Mekanisme pengajuan perkara melalui aplikasi E-Court
2. E-Litigasi
a. Pengertian E-Litigasi
b. Ruang Lingkup E-Litigasi
c. Manfaat E-Litigasi
d. Tata Cara Persidangan dengan Mekanisme E-Litigasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. E-Court
1. Pengertian E-Court
E-Court adalah sebuah instrumen Pengadilan sebagai bentuk pelayanan
terhadap masyarakat dalam hal Pendaftaran perkara secara online, Taksiran
Panjar Biaya secara elektronik, Pembayaran Panjar Biaya secara online,
Pemanggilan secara online dan Persidangan secara online mengirim dokumen
persidangan (Replik, Duplik, Kesimpulan, Jawaban). Aplikasi e-Court
perkara diharapkan mampu meningkatkan pelayanan dalam fungsinya
menerima pendaftaran perkara secara online dimana masyarakat akan
menghemat waktu dan biaya saat melakukan pendaftaran perkara.1
2. Ruang Lingkup Aplikasi E-Court
Ruang lingkup aplikasi e-court adalah sebagai berikut:
a. Pendaftaran Perkara Online
Pendaftaran perkara online dalam aplikasi e-court untuk saat ini baru
dibuka jenis pendaftaran untuk perkara gugatan dan akan terus
berkembang. Pendaftaran perkara gugatan di Pengadilan adalah jenis
perkara yang didaftarkan di peradilan umum, peradilan agama dan
peradilan tata usaha negara yang dalam pendaftarannya memerlukan effort
atau usaha yang lebih, dan hal ini yang menjadi alasan untuk membuat e-
court salah satunya adalah kemudahan berusaha. Keuntungan pendaftaran
perkara secara online melalui aplikasi e-court yang bisa diperoleh dari
aplikasi ini adalah :2
1) Menghemat waktu dan biaya dalam proses pendaftaran perkara.
2) Pembayaran biaya panjar yang dapat dilakukan dalam saluranmulti
chanel atau dari berbagai metode pembayaran dan bank.

1
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Buku Panduan E-Court, (2019), Hlm. 4
2
Ika Atikah, Implementasi E-Court dan Dampaknya Terhadap Advokat Dalam Proses
Penyelesaian Perkara di Indonesia, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, hlm. 118
4
3) Dokumen terarsip secara baik dan dapat diakses dari berbagai lokasi
dan media.
4) Proses temu kembali data yang lebih cepat.
b. Pembayaran Panjar Biaya Online (e-SKUM)
Dalam pendaftaran perkara secara konvensional, calon
penggugat/pemohon menghadap kasir dengan menyerahkan surat
gugatan/permohonan beserta surat kuasa untuk membayar (SKUM). Calon
penggugat/pemohon membayar panjar biaya perkara sesuai dengan yang
tertera pada SKUM tersebut. Kemudian, kasir melakukan hal – hal sebagai
berikut:
1) Menerima uang tersebut dan mencatat dalam jurnal biaya perkara.
2) Menandatangani dan memberi nomor perkara serta tanda lunas pada
SKUM tersebut.
3) Mengembalikan surat gugatan/permohonan dan SKUM kepada calon
penggugat/pemohon.
4) Menyerahkan uang panjar tersebut kepada bendaharawan perkara.
Dalam sistem pembayaran panjar biaya online (e-SKUM), pengguna
terdaftar akan langsung mendapatkan SKUM (Surat Kuasa Untuk
Membayar) yang digenerate secara elektronik oleh aplikasi e-court. Dalam
proses generate tersebut sudah akan dihitung berdasarkan komponen biaya
apa saja yang ditetapkan dan dikonfigurasikan oleh pengadilan, dan
besaran biaya radius yang juga ditetapkan oleh ketua pengadilan sehingga
perhitungan taksiran biaya panjar sudah diperhitungkan sedemikian rupa
dan menghasilkan elektronik SKUM atau e-SKUM.
Aplikasi e-SKUM merupakan hasil inovasi yang dilakukan oleh
pengadilan negeri Pekanbaru. e-SUKM sendiri merupakan aplikasi
elektronik untuk menghitung sendiri panjar biaya perkara bagi para
pencari keadilan di pengadilan negeri. Setelah memastikan berapa panjar
biaya perkara yang harus dibayar lalu dapat langsung melakukan
pendaftaran serta langsung dapat membayar biaya panjar perkara melalui
beberapa media diantaranya melalui mesin EDC (Electronic Data Capture)
5
di meja informasi, ATM (Automatic Teller Machine) dan setor tunai pada
bank yang bermitra dengan pengadilan.
Aplikasi ini merupakan web-based application, suatu aplikasi yang
terinstal di server dan diakses menggunakan penjelajah web atau yang
dikenal sebagai browser melalui suatu jaringan internet, sehingga para
pihak sejak awal sudah mengetahui berapa biaya panjar perkara yang harus
dibayar sehingga tercipta efisiensi dan transparansi dalam biaya perkara.
Selain dapat mempermudah masyarakat dalam melakukan pendaftaran dan
pembayaran gugatan perdata, inovasi ini juga dapat membantu pejabat
bidang perdata di pengadilan dalam memberikan pelayanan.
c. Pemanggilan Elektronik (e-Summons)
Sesuai dengan Perma Nomor 3 Tahun 2018 bahwa pemanggilan
yang pendaftarannya dilakukan dengan menggunakan e-court, maka
pemanggilan kepada pengguna terdaftar dilakukan secara elektronik yang
dikirimkan ke alamat domisili elektronik pengguna pendaftar. Akan tetapi,
untuk pihak tergugat untuk pemanggilan pertama dilakukan dengan
manual dan pada saat tergugat hadir pada persidangan yang pertama akan
diminta persetujuan apakah setuju dipanggil secara elektronik atau tidak,
jika setuju maka pihak tergugat akan dipanggil secara elektronik sesuai
dengan domisili elektronik yang diberikan dan apabila tidak setuju
pemanggilan dilakukan secara manual seperti biasa.
d. Persidangan Elektronik (e-Litigasi)
Aplikasi e-Court juga mendukung dalam hal persidangan secara
elektronik sehingga dapat dilakukan pengiriman dokumen persidangan
seperti Replik, Duplik, Kesimpulan dan atau Jawaban secara elektronik
yang dapat diakses oleh Pengadilan dan para pihak.

6
3. Mekanisme pengajuan perkara melalui aplikasi E-Court
a. Pilih tujuan pengadilan pendaftaran perkara.3

b. Pengguna terdaftar mendapatkan nomor registrasi pendaftaran perkara.

3
https://pa-kualapembuang.go.id/layanan-publik/e-court/tata-cara-pendaftaran-gugatan-
online-e-court diakses 21 Mei 2023 Pukul 08.02 Wib
7
c. Unggah dokumen Surat Kuasa yang telah bermeterai (file bertipe
gambar/pdf) dan mengisi judul file.

8
d. Mengisi identitas para pihak, diantaranya Status Pihak
(Penggugat/Tergugat), Nama, Alamat, Nomor Telepon, Email, Provinsi,
Kabupaten, Kecamatan.

9
e. Unggah berkas perkara, diantaranya Surat Gugatan, Surat Persetujuan
Prinsipal (bertipe gambar/pdf, maksimal ukuran file 2MB).

10
f. Data Para Pihak sudah terekam dan melanjutkan ke proses pembayaran
panjar perkara.

11
B. e- Litigasi

1. Pengertian e- litigasi

Istilah e-litigasi muncul pada awal milenium ketiga sebagai penemuan


terbaru dalam dunia yurisprudensi di bawah kemajuan teknologi kontemporer.
Kemajuan di bidang teknologi informasi ini kemudian meningkatkan proses
elitigasi secara umum, dengan menginvestasikan waktu dengan mengikuti
prosedur yang maju dan berkembang untuk mencapai keadilan di antara warga
negara dengan cara tercepat dan terpendek.4

Menurut Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 persidangan


secara elektronik atau E-litigasi adalah serangkaian proses memeriksa dan
mengadili perkara oleh Pengadilan yang dilaksanakan dengan dukungan teknologi
4
Amal Tuyadiah, dkk, “Realisasi Persidangan Melalui Media Elektronik (E- Litigation) di
Pengadilan Agama (Studi Tentang PERMA No. 1 Tahun 2019 dan Pelaksanaannya di Pengadilan
Agama Rantauprapat)”, Almaslahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol. 8 No. 2,
(2020), h. 363
12
informasi dan komunikasi.5 E-litigasi secara singkat merupakan sebuah
persidangan yang dilaksanakan secara elektronik dengan cara agar meminimalisir
bagi para pihak untuk bertatap muka langsung dan datang ke kantor pengadilan.15
Teknisnya secara singkat para pihak dapat melakukan sebuah rangkaian acara
persidangan di depan Personal Computrer/laptop.

E-Litigasi adalah kelanjutan dari E-Court yang merupakan suatu bentuk


pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dalam hal pendaftaran perkara,
taksir panjar biaya, pembayaran biaya panjar, pemanggilan para pihak hingga
pada persidangan yang berbentuk online. Perbedaan e-litigasi dan ecourt dalam
hal ini terletak pada prosesnya di mana e-court hanya dilakukan hingga proses
administrasi perkara saja. Sedangkan e-litigasi sudah mencakup hingga akhir
Artinya, e-litigasi adalah suatu proses dimana proses tersebut dimulai dari
pendaftaran perkara yang secara elektronik, hingga pada persidangan putusan juga
secara elektronik, kecuali persidangan pembuktian yang harus dihadiri oleh para
pihak dan juga saksi.6

Layanan administrasi perkara dan persidangan secara elektronik tersebut


akan memberikan kemudahan kepada pencari keadilan di dalam menyelesaikan
perkaranya. Penerapan layanan ini dimaksudkan untuk menjawab tiga persoalan
utama yang selama ini dihadapi para pihak ketika berperkara, yakni keterlambatan
(delay), keterjangkauan (access) dan integritas (integrity). Penggunaan e-court
tersebut akan mengurangi intensitas para pihak untuk berinteraksi dengan aparatur
pengadilan, mengurangi waktu penanganan perkara, mengurangi waktu untuk
datang ke pengadilan dan menghindari masyarakat kekurangan informasi tentang
pengadilan itu sendiri.7

5
Peraturan Mahkamah Agung Repbulik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Administrasi
Perkara dan Persidangan Secara Elektronik
6
Julianto, “Penerapan E-litigasi di Indonesia (Studi Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan
Agama di Kota Batam)”, (Thesis, Universitas Internasional Batam, 2020), h. 23-24
7
Ramdani Wahyu S, dkk, “Peradilan Agama Sebagai Peradilan Modern (Analisis Penerapan E-
Litigasi di Peradilan Agama)” , (Skripsi, UIN Sunan Gunung Jati, Bandung, 2020), h. 2
13
Dalam pasal 2 ayat 4 Undang-Unang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman menyebutkan peradilan harus dilakukan secara sederhana , cepat dan biaya
ringan.8 Untuk mewujudkan Undang-Undang tersebut maka haruslah dilakukan
perubahan untuk pembaruan yang nantinya beguna untuk mengatasi kendala dan
hambatan ketika dalam proses persidangan, seperti adanya terobosan-terobosan baru
yang kemudian dipadukan denagn kemajua tekonologi informasi saat ini. Sistem Online
ini lah yang kemudian menjadi terobosan baru Mahkamah Agung untuk merealisasikan
isi Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tersebut dengan meluncurkan aplikasi yang
disebut E-Court.

E-litigasi merupakan salah satu dari empat fitur terobosan yang diluncurkan
Mahkamah Agung sebagai bagian dari integral program ECourt. Semua pihak yang
berperkara bisa menggunakan fitur E-litigasi dengan sebuah syarat yang telah
ditentukan oleh Mahkamah Agung. Jika diklasifikasikan secara umum, maka terdapat
dua kelompok yang bisa mengakses ataupun menggunakan sistem E-litigasi ini, pertama
adalah mereke pengguna yang terdaftar dan yang kedua adalah pengguna lain. Yang
dimaksud dengan pengguna terdaftar adalah mereka Advokat ataupun tim
kuasa hukum yang telah mendaftarkan akun nya melalui website E-court
Mahkamah Agung Yakni ecourt.mahkamahagung.go.id dan telah diverifikasi oleh
Pengadilan Tinggi terkait. Sedangkan yang dimaksud dengan pengguna lain
adalah Perorangan, Lembaga/BUMN, Kementrian, ataupun usaha lain yang
notabenenya milik pemerintah. Maka dalam hal menjalankan E-court ini ketika
ada pihak yang tidak mengetahui Teknik penggunaannya, aka nada petugas yang
ditunjuk secara khusus di Pengadilan untuk memberikan layanan dan
informasinya terhadap hal yang berkaitan dengan administrasinya.

2. Ruang lingkup e- litigasi

Peradilan Agama merupakan salah satu peradilan yang melaksanakan


kekuasaan kehakiman bagi rakyat yang mencari keadilan. Peradilan Agama telah
ada sebelum Indonesia merdeka yakni pada masa pemerintahan Kolonial Belanda.
Dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006, menyatakan bahwa:
8
pasal 2 ayat 4 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman
14
“Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.”

Selanjutnya ditegaskan dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 48 tahun


2009 tentang kekuasaan kehakiman, menyatakan bahwa “badan peradilan yang
berada di bawah Mahkamah Agung meliputi badan Peradilan dalam lingkungan
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha
Negara.”9

Peradilan Agama merupakan peradilan pada tingkat pertama, di mana


peradilan agama ini mempunyai kewenangan dalam melakukan pemeriksaan,
mengadili, serta memberikan putusan dalam perkara-perkara bagi mereka yang
beragama Islam. Pasal 12 ayat (4) Undang-undang Nomor 4 tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman menentukan bahwa Mahkamah Agung melakukan
pengawasan tertinggi atas perbuatan pengadilan dalam lingkungan peradilan yang
berada di bawahnya berdasarkan ketentuan Undang-undang termasuk dalam hal
ini Pengadilan Agama.

Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan


menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang:

a. Perkawinan;

b. Kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam; dan

c. Wakaf dan sedekah.10

Berdasarkan ketentuan di Pengadilan Agama sesuai dengan Peraturan


Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2019, yaitu terdapat tahap awal seperti biasa
persidangan pertama tetap akan dilaksanakan secara tatap muka. Hakim akan

9
Julianto, Penerapan E-litigasi di Indonesia, h. 15-16

10
Musthofa, Kepaniteraan Peradilan Agama, h. 72.
15
meminta pengguna (khususnya penggugat) untuk menyerahkan tiga dokumen asli,
yaitu surat kuasa, surat gugatan dan surat persetujuan prinsipal. Jika pada sidang
pertama para pihak sudah lengkap, maka sebagaimana diatur dalam Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 akan ditempuh upaya mediasi terlebih
dahulu dengan jangka waktu normal 30 hari. Apabila di dalam proses mediasi
tersebut tidak tercapai kesepakatan di antara para pihak maka proses sidang
dilanjutkan dengan tatap muka untuk kedua kalinya di ruang persidangan.

Kemudian hakim akan menawarkan kepada tergugat untuk beracara secara


elektronik dengan cara menandatangani form kesediaan yang telah disiapkan.
Dalam melaksanakan e-litigasi, pihak berperkara harus memenuhi syarat yang
sesuai dengan PERMA No 1 Tahun 2019 Pasal 5 ayat 1-3, di mana dalam pasal
tersebut para pihak terbagi menjadi dua yaitu pihak terdaftar dan pihak lain.

Pengguna terdaftar adalah advokat yang telah mendaftarkan akunnya


melalui ecourt.mahkamahagung.go.id dan telah diverifikasi oleh Pengadilan
Tinggi terkait. Sedangkan pengguna lain adalah perorangan, Kementrian dan
lembaga/ BUMN atau Badan Usaha Lain yang notabenenya dalam konteks
sebagai Pengacara Negara yang berperkara di Pengadilan cukup dengan
membawa identitas diri dan dilengkapi Surat Kuasa. Ketentuan selanjutnya
ditentukan dari kesediaan para pihak penggugat dan tergugat untuk melaksanakan
sidang secara e-litigasi bilamana sudah menandatangi form kesediaan beracara
secara e-litigasi yang telah di tawarkan oleh Hakim.11

Dapat dipahami bahwa jika proses mediasi yang dilakukan oleh pihak
Pengadilan tidak berhasil maka hakim akan menawarkan kepada pihak untuk
beracara melalui eletronik atau dengan sistem persidangan manual, jika pihak
memilih untuk melaksanakan persidangan secara elektronik maka hakim akan
memberikan form kesediaan persetujuan melaksanakan persidangan secara
elektronik.

11
Tuyadiah, “Realisasi Persidangan Melalui Media Elektronik”, h. 367-368.
16
Acara persidangan secara e-litigasi oleh para pihak dimulai dari acara
jawaban, replik, duplik dan kesimpulan. Untuk jadwal persidangan sudah
terintegrasi dengan tundaan sidang di sistem informasi penelusuran perkara
(SIPP). Dokumen dikirim setelah terdapat tundaan sidang dan ditutup sesuai
jadwal sidang. Sedangkan untuk mekanisme kontrol (menerima, memeriksa,
meneruskan) dari semua dokumen yang di upload para pihak dilakukan oleh
majelis hakim/hakim yang berarti ketika kedua belah pihak mengirimkan
dokumen dan selama belum diverifikasi oleh majelis hakim/hakim kedua belah
pihak tidak dapat melihat atau mendownload dokumen yang dikirim oleh pihak
lawan.12

3. Manfaat e- litigasi

Penerapan e-litigasi menjadika proses pemanggilan para pihak dapat


dilaksanakan dengan mudah serta jadwal persidangan yang sifatnya lebih pasti
sesuai dengan asas peradilan yaitu sederhana, cepat dan biaya ringan. Terdapat
beberapa manfaat lain dalam penerapan persidangan secara elektronik, yaitu:13

a. Dokumen yang diperlukan dalam persidangan secara elektronik dapat


dilampirkan secara online dalam sistem e-Court seperti jawaban, replik, duplik,
kesimpulan.

b. Kemudian dalam hal pembuktian tertulis dapat dilampirkan secara elektronik


dan ditanda tangani secara digital.

c. Pembacaan putusan dilaksanakan secara elektronik kemudian Salinan putusan


akan dikirimkan kepada para pihak secara elektronik.

Pelaksanaan persidangan secara elektronik (e-litigasi) menjadi wujud


membantu para pencari keadilan dalam mendapatkan kepastian hukum. Jika
perkara ditunda maka ini menunjukkan adanya bentuk ketidakadilan. Dan
12
Zakiatul Munawwaroh, “Analisis Maslahah Mursalah Terhadap Penerapan Aplikasi e?Litigasi
dalam Perkara Perceraian”, (Skripsi, UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2019), h. 4.
13
Riyan Ramdani, Dewi Mayaningsih, “Urgensi Persidangan Secara Elektronik (E-Litigasi)
Dalam Perspektif Hukum Acara Peradilan Agama Di Era Digitalisasih. 106.
17
hadirnya e-litigasi dapat menghindari hal tersebut. Keunggulan yang ditimbulkan
dari penerapan e-litigasi menjadi penjawab akan permasalahan dalam sistem
peradilan di Indonesia.

Sebagaimana riset yang dilakukan oleh Peneliti Masyarakat Pemantau


Peradilan Indonesia bahwa terdapat kekurangan dalam pelayanan pengadilan
seperti jadwal sidang yang sering ditunda sehingga menjadi tidak tepat pada
waktunya, kemudian informasi pelayanan yang sulit diakses.14

E-litigasi menjadi penyempurna dari layanan e-Court yang sebelumnya


hanya memuat pendaftaran secara elektronik, pembayaran, serta pemanggilan.
Dengan adanya pembaharuan yaitu PERMA No. 1 Tahun 2019, menjadikan e-
Court sempurna dengan adanya persidangan secara elektronik hingga putusan
akhir.15

Baik dari aspek fungsi teknis serta manajemen perkara. Langkah yang
dilakukan oleh Mahkamah Agung dalam melakukan pembaharuan dalam bidang
adminitsrasi yaitu Mahkamah Agung RI melakukan pembatasan perkara kasasi
serta peninjauan kembali. Kemudian penerapan sistem kamar secara konsisten,
penyederhanaan proses berperkara dan penguatan akses pada pengadilan.89
Mahkamah Agung RI juga melaksanakan modernisasi perkara yang
dikelompokkan menjadi:

a. Sistem laporan yang terbuka dan adanya revitalisasi Adanya transparansi


terhadap putusan, informasi perkara, integrasi informasi perkara serta pelaporan
perkara yang berbasis elektronik.

b. Adanya modernisasi business process serta pelayanan publik Dengan cara


melakukan pemindahan manajemen perkara yang sifatnya elektronik, pelayanan
publik yang juga berbasis elektronik serta simplifikasi administrasi perkara cepat.

14
Joko Sriwidodo, “Perkembangan Regulasi dan Urgensi E-Litigasi di Era Pandemi Corona Virus
Disease-19”, Kertha Patrika, Vol. 43, 2 (Agustus, 2021), h. 205.
15
Sri Khayati, Djohar Arifin, Alimuddin, “Efisiensi Penerapan E-Litigasi Terhadap Penyelesaian
Perkara Perdata”, h. 67.
18
c. Mengintegrasi pelayanan hukum yang berada pada badan peradilan yang berada
di bawah naungan Mahkamah Agung dengan penegak hukum lain yang berkaitan.
Kemudian juga melakukan pengadilan online serta sistem logil bagi advokat.

1. Kelebihan Penerapan E-Litigasi Terdapat kelebihan dari penerapan persidangan


secara elektronik diantaranya:

a. Penundaan sidang tidak memakan waktu hingga satu minggu. Penundaaan


sidang bisa hanya selang 2 hari saja, dengan syarat para pihak harus menulis
dalam catatan persidangan berkenaan dengan alasan penundaan.16

b. Kemudahan dalam pengelolaan administrasi perkara oleh pegawai pengadilan


serta akan mneingkatkan kepercayaan publik terhadap peradilan, hal ini
dikarenakan dengan pelaksanaan persidangan secara elektronik menjadikan para
pencari keadilan dan hakim atau pegawai pengadilan diabatasi dalam hal
pertemuan secara langsung, sehingga dapat mengurangi penyimpangan kode etik
salah satunya yaitu penyuapan.17

2. Kekurangan Penerapan E-Litigasi Terdapat beberapa aspek yang menjadi fokus


perhatian terhadap penerapat e-litigasi atau persidangan secara elektronik tersebut,
diantaranya:

a. Dari segi penerapan hukum Pada segi hukum ini, tidak terdapat aturan yang
mempertegas bahwa bagi setiap advokat wajib beracara di Pengadilan secara e-
Litigasi dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2019. Hukum menjadi
faktor yang sangat penting dalam penerapan suatu hukum. Artinya jika suatu
hukum tidak memiliki aturan yang jelas, maka penerapan atau implementasinya
pun tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.18

16
Yeni Nuraeni, Firman Prataman, “Implementasi dan Dampak e-Litigasi Dalam Perspektif
Hukum Acara Perdata Dihubungkan Dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019”,
h. 147.

17
Ahmad Tholabi Kharlie, Achmad Cholil, “E-Court and E-Litigation: The New Face of Civil
Court Practices in Indonesia”, International Journal of Advanced Science and Technology, Vol.
29, 2 (2020), h. 2210.
19
b. Dari segi subjek (penegak) hukum Kurangnya sosialisasi menjadi salah satu
hambatan dalam pelaksanaan di lapangan terkait penerapan e-Litigasi.
ebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2019 yang
akan menekankan akan penerapan e-Litigasi.

c. Dari segi masyarakat Yang memicu kurangnya masyarakat mengenal dan


memilih beracara secara e-litigasi ialah dikarenakan kurangnya sosialisasi.

Lembaga Negara Pengawas Pelayanan Publik Ombudsman RI mengatakan bahwa


terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan persidangan secara elektronik
diantaranya:19

1) Adanya kemungkinan mal-administrasi dikarenakan adanya penundaan yang


terus menerus dalam melakukan persidangan secara elektronik.

2) Problematika dalam teknis yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan


persidangan secara elektronik yaitu keterbatasan hakim atau kuasa hukum dalam
memahami penggunaan teknologi.

3) Koordinasi yang kurang baik antar Majelis hakim, panitera serta para pihak.

4) Pelaksanaan pembuktian yang tidak maksimal.

5) Adanya kemungkinan kuasa hukum berada di bawah tekanan atau dusta


dikarenakan dengan pelaksanaan persidangan secara elektronik dapat
dilaksanakan dimana saja selama berada dalam jaringan internet yang stabil.

4. Tata cara persidangan dengan mekanisme e- Litigasi

Berikut ini adalah penjelasan tentang Langkah-langkah dalam pemeriksaan


perkara di Pengadilan Agama secara elektronik yang melibatkan Juru Sita,
Panitera, dan Majelis Hakim.
18
Julianto, Rina Shahriyani Shahrullah, Rahmi Ayunda, Robert Garry Hawidi, “Efektifitas
Implementassi Kebijakan E-Litigasi Di Pengadilan Negeri Dan Pengadilan Agama Kota Batam,
Indonesia”, h. 5.
19
Bearly Deo Syahputra, Enggal Prabawuri Khotimah, “Problematika Keabsahan Pembuktian
Pada Implementasi Persidangan Elektronik (E-Litigasi)”, h. 161.
20
1. Pemanggilan Secara Elektronik

Sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku Pemanggilan ataupun


pemberitahuanyang dilakukan dengan menggunakan elektronik merupakan
pemanggilan yang sudah sah, dengan ketentuan selama pemangilan ataupun
pemberitahuan ditujukan kepada alamat domisili elektronik para pihak dan dalam
kurun waktu yang sudah di tentukan oleh Undang-Undang. Petugas yang
melaksanakan pemanggilan ataupun pemberitahuan adalah mereka juru sita
ataupun juru sita pengganti yang sudah ditentukan oleh Panitera dari Pengadilan
tersebut yang kemudian ditugaskan untuk mengirim ke alamat domisili elektronik.

Apabila pihak yang telah di panggil berada di luar wilayah hukum dari
pengadilan agama yang melakukan pemanggilan, maka kemudian relas panggilan
tersebut harus ditembuskan kepada Pengadilan Agama di tempat tinggal para
pihak yang telah di panggil atau yang telah diberitahukan.

2. Persidangan awal yang di agendakan dengan upaya damai

Jadwal sidang yang pertama ini sudah menggunakan sistem e-litigasi


dimana pada saat itu juga seorang ketua majelis hakim dan tentunya dengan
panitera pengganti sudah membuka dan mempersiapkan SIPP dan aplikasi e-court
pada ruang sidang pada hari serta tanggal dan juga jam kerja yang di telah di
tetapkan sebelumnya. Kemudian pada persidangan tahap awal ini di hadiri
langsung oleh pihak pengggugat ataupun pemohon yang kemudian dengan
manual, kemudian pada kali ini majelis hakim tentunya berupaya untuk
mendamaikan dari kedua belah pihak yang bermasalah ataupun berperkara.

Kemudian apabila majelis hakim tidak berhasil untuk menemukan jalan


damai maka majelis hakim dengan itu memenrintahka kepada seluruh pihak agar
dapat menempuh proses mediasi, tentunya hal ini sejalan dengan apa yang tertera
dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang prosedur
mediasi di Pengadilan. Dalam proses upaya dari mediasi ini apabila pada kedua
belah pihak menemukan titik tengah atau dapat dikatakan berhasil maka dari itu

21
sidang menghasilkan dua kemungkinan, dimana kemungkinan pertama gugagatan
di cabut dan kemungkinan yang kedua dikeluarkannya akta Vandanding atau akta
perdamaian.

Selanjutnya pada jadwal sidang kedua tentunya ada agenda untuk


melaporkan dari hasil mediasi, dan sidang ini wajib di hadiri oleh kedua belah
pihak. Kemudian pada sidang pertama ini juga majelis hakim juga sekiranya
dapay memberikan penjelasan kepada kedua belah pihak terkait dengan bagaiman
persidangan yang dilakukan secara elektronik.

3. Persidangan dengan jadwal klasifikasi dengan mengginakan e-court dan


menyusun court kalender

Persidangan yang akan dilakukan secara elektronik tentunya harus


memiliki persetujuan dari kedua belah pihak setelah dari proses mediasi. Pada
jadwal sidang dengan agenda melaporkan hasil dari pada mediasi kedua belah
pihak sangatlah di anjurkan untuk datang ke ruang persidangan. Selanjutnya
apabila nantinya proses mediasi yang dilakukan tidak menemukan titik temu dari
permasalahan tersebut atau di katakan tidak berhasil maka majelis hakim
menanyakan selanjutnya kepada kepada pihak tergugat dan penggugat untuk
melanjutkan sidang yang dilakukan secara elektronik.

Jika nantinya para pihak setuju dengan diadakannya persidangan secara


elektronik maka pada kesempatan itu juga majelis hakim langsung membuat atau
menyusun Court calender sesuai dengan apa yang tertera di SIPP dan tentunya
tersambung kedalam e-court. Dan tentunya jika para pihak tidak setuju dengan
dilanjutnkannya persidangan secara elektronik, maka sidang akan dilanjutkan
dengam cara manual sesuai dengam panduan hukum acara yang sedang berlaku.

4. Persidangan dengan agenda jawab menjawab replik dan duplik

Selanjutnya persidangan yang telah diatur sebelumnya dari court calender


adalah sesuai jadwal ,dimana terdapat 3 tahap persidangan yang akan dilakukan
secara berturut. Tahap pertama adalah menerima jawaban, kemudian tahap kedua
22
ada replik, dan untuk ketiga adalah duplik. Dan perlu diketahui juga bahwasannya
ketiga persidangan ini tidak harus di hadiri oleh pihak yang penggugat atau pun
piham tergugat. Dalam hal ini tentunya majelis hakim seperti biasa akan tetap
bersidang dan telah dicatat nantinya oleh para panitera pengganti yang kemudian
dibuat berita acara dengan keterangan tidak dihadiri oleh para pihak.

Kemudian dalam tahap persidangan ini para pihak baik penggugat ataupun
tergugat nantinya wajib untuk mengrimkan jawaban, replik, ataupun duplik secara
elektronik sesuai dengan jadwal sidang yang telah di tentukan sebelumnya.
Ketentuan dalam mengirimkan file tersebut adalah dokumen harus berbentuk pdf
atau rtf atau doc ( ataupun dalam hal ini file yang dapat di edit nanti untuk dapat
dimasukan kedalam sebuah putusan). Selanjutnya apabila nantinya para pihak
tidak dapat mengirim ataupun tidak mengirim dokumen yang dimaksud seauai
dengan jadwal sidang yang telah di tentukan tanpa ada alasan yang sah menurut
aturan dan hukum, maka para pihak telah di anggap sudah tidak menggunakannya.
Kemudian apabila para pihak tidak bisa mengirimkan file sesuai dengan jadwal
yang telah di tetapkan dengan alasan yang kiranya sah menurut aturan dan hukum,
maka sidang akan ditunda pada jadwal berikutnya.

Tahapan selanjutnya setelah para pihak telah mengirim dokumen secara


elektronik maka majelis hakim kemudian memeriksa dokumen tersebut melalui
aplikasi yang bernana e-court. Apabila dokumen yang telah dikirim kepada
majelis hakim belum terverifikasi oleh majelis maka dokumen tersebut tidak dapat
terlihat oleh pihak lawan, dan sebaliknya apabila dokumen tersebut sudah
terverifkasi oleh majelis hakim maka dokumen tersebut dapat terlihat oleh pihak
lawan, dan ketentuan-ketentian seperti ini sudah di atur dalam system yang
bernama e-court, dan apabila sudah terkirim dan terbaca kepada pihak lawan
maka hakim menutup sidang dan menetapkan untuk tundaan dari persidangan.
Panitera pengganti disini harus wajib mencatat secara elektronik semua aktifitas
dari persidangan yang dilakukan secara elektronik tersebut.

5. Persidangan dengan agenda pembuktian secara elektronik

23
Dalam tahapan pembuktian secara elektronik ini tetap menggunakan
landasan hukum acara yang berlaku. Disini para pihak yang berperkara wajib
mengiri. Dokumen sesuai dengan ketentuan yang sudah ada seperti mengirim
bukti-bukti dari surat yang sekiranya telah di beri materai kedalam e-couurt. Dan
kemudian majelis hakim memeriksa dokument tersebut di hadapan sidang dengan
jadwal dan waktu yang telah ditentukan sebelumnya memalui SIPP. Hal ini
menunjukan pada saat dilakukannya sidang tahap pembuktian diharapkan kepada
semua pihak untuk dapat hadir pada hari itu, guna untuk mencocokan antar bukti
surat yang telah dikirim melalui e-court dengan surat yang asli.

Pada tahap ini ketika dilakukannya pemeriksaan bukti surat ataupun saksi
ahli para pihak ternyata juga bisa untuk tidak menghadiri persidangan ini,
tentunya akan dilaksanakan secara elektronik. Caranya adalah para pihak dapat
menimmati fasilitas yang telah diberikan oleh pengadilan agama yakni aplikasi
semacam telecoference yang dilakukan melalui live streaming atau bisa juga
menggunakan alat commadn centre. Tentunya untuk dapat fasilitas tersebut para
pihak harus mengajukan permohon kepada pengadilan agama setempat untuk
dapat difasilitasi. Kemudian pengadilan agama tersebut akan mengelurkan surat
untuk penetapan majelis hakim dan panitera pengganti yang nanti memimpin
dalam persidangan tersebut dan mengambil sumpah terhadp saksi yang telah di
tetapkan oleh para pihak secara live streaming. Biaya dalam pelaksanaan
pemeriksaan saksi secara online ini dibebankan kepada para pihak yang telah
mengajukan pemeriksaan.

6. Persidangan dengan agenda kesimpulan menggunakan elektronik

Pada persidangan kali ini para pihak tentunya menyampaikan ataupun


memberikan dokumen secara elektronik melalui aplikasi dari e-court. Tahap
selenjutnya setelah dokumen yang telah dikirim kepada majelis hakim maka
majelis hakim dapat meneliti dan memverifikasi dokumen tersebet melalu aplikasi
e-court. Secara otomatis apabila majelis hakim telah memverifikasi dokumen

24
tersebut maka akan langsung terkirim kepada pihak lawan dan majelis hakim
menutup dari persidangan tersebut.

7. Persidangan dengan agenda pembacaan putusan via eleektronik

Dalam persidangan ini putusan dari majelis hakim di bacakan secara


elektronik dengan ketentuan persidangan yang dilakukan terbyka untuk umum.
Tentunya pembacaan tersebut oleh pengadilan agama di laksanakan melalu
aplikasi e-court dengan menggunakan jaringan internet yang bersifat publik.
Ketentuan dalam persidangan tersebut dapat kiranya di hadiri oleh para pihak
yang berperkara dan juga bisa tidak dapat dihadiri oleh para pihak yang
berperkara. Tentunya ketika sudah dikirim putusan ataupun penetapan tersebut
secara elektronik kepada seluruh pihak yang berperkara dalam bentuk pdf, maka
dengan itu pembacaan putusan tersebut telah dianggap sudah di hadiri oleh pihak
penggugat ataupun tergugat dan tentunya sudah sesuai dengan aturan dan hukum
yang berlaku.20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
E-Court adalah sebuah instrumen Pengadilan sebagai bentuk pelayanan
terhadap masyarakat dalam hal Pendaftaran perkara secara online, Taksiran Panjar
Biaya secara elektronik, Pembayaran Panjar Biaya secara online, Pemanggilan
secara online dan Persidangan secara online mengirim dokumen persidangan
(Replik, Duplik, Kesimpulan, Jawaban). Aplikasi e-Court perkara diharapkan
mampu meningkatkan pelayanan dalam fungsinya menerima pendaftaran perkara
secara online dimana masyarakat akan menghemat waktu dan biaya saat
20
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2019
tentang administrasi perkara dan persidangan secara elektronik; Mahkamah Agung RI, (Jakarta :
2019)
25
melakukan pendaftaran perkara, desangkan e- litigasi adalah serangkaian proses
memeriksa dan mengadili perkara oleh Pengadilan yang dilaksanakan dengan
dukungan teknologi informasi dan komunikasi. E-litigasi secara singkat
merupakan sebuah persidangan yang dilaksanakan secara elektronik dengan cara
agar meminimalisir bagi para pihak untuk bertatap muka langsung dan datang ke
kantor pengadilan
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini tentang E-Court dan E-Litigasi, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://pa-kualapembuang.go.id/layanan-publik/e-court/tata-cara-pendaftaran-
gugatan-online-e-court diakses 21 Mei 2023 Pukul 08.02 Wib
Ika Atikah, Implementasi E-Court dan Dampaknya Terhadap Advokat Dalam
Proses Penyelesaian Perkara di Indonesia, UIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Buku Panduan E-Court, (2019)
Amal Tuyadiah, dkk, “Realisasi Persidangan Melalui Media Elektronik
(E- Litigation) di Pengadilan Agama (Studi Tentang PERMA No. 1 Tahun 2019
dan Pelaksanaannya di Pengadilan Agama Rantauprapat)”, Almaslahah: Jurnal
Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol. 8 No. 2, (2020), h. 363

Peraturan Mahkamah Agung Repbulik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019


Tentang Administrasi Perkara dan Persidangan Secara Elektronik

Julianto, “Penerapan E-litigasi di Indonesia (Studi Kasus di Pengadilan


Negeri dan Pengadilan Agama di Kota Batam)”, (Thesis, Universitas
Internasional Batam, 2020), h. 23-24

Ramdani Wahyu S, dkk, “Peradilan Agama Sebagai Peradilan Modern


(Analisis Penerapan E-Litigasi di Peradilan Agama)” , (Skripsi, UIN Sunan
Gunung Jati, Bandung, 2020), h. 2

pasal 2 ayat 4 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan


kehakiman

Julianto, Penerapan E-litigasi di Indonesia, h. 15-16

Musthofa, Kepaniteraan Peradilan Agama, h. 72.

Tuyadiah, “Realisasi Persidangan Melalui Media Elektronik”, h. 367-368.


Zakiatul Munawwaroh, “Analisis Maslahah Mursalah Terhadap Penerapan
Aplikasi e-Litigasi dalam Perkara Perceraian”, (Skripsi, UIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2019), h. 4.

Riyan Ramdani, Dewi Mayaningsih, “Urgensi Persidangan Secara


Elektronik (E-Litigasi) Dalam Perspektif Hukum Acara Peradilan Agama Di Era
Digitalisasih. 106.

Joko Sriwidodo, “Perkembangan Regulasi dan Urgensi E-Litigasi di Era


Pandemi Corona Virus Disease-19”, Kertha Patrika, Vol. 43, 2 (Agustus, 2021), h.
205.

Sri Khayati, Djohar Arifin, Alimuddin, “Efisiensi Penerapan E-Litigasi


Terhadap Penyelesaian Perkara Perdata”, h. 67.

Yeni Nuraeni, Firman Prataman, “Implementasi dan Dampak e-Litigasi


Dalam Perspektif Hukum Acara Perdata Dihubungkan Dengan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019”, h. 147.

Ahmad Tholabi Kharlie, Achmad Cholil, “E-Court and E-Litigation: The


New Face of Civil Court Practices in Indonesia”, International Journal of
Advanced Science and Technology, Vol. 29, 2 (2020), h. 2210.

Julianto, Rina Shahriyani Shahrullah, Rahmi Ayunda, Robert Garry


Hawidi, “Efektifitas Implementassi Kebijakan E-Litigasi Di Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama Kota Batam, Indonesia”, h. 5.

Bearly Deo Syahputra, Enggal Prabawuri Khotimah, “Problematika


Keabsahan Pembuktian Pada Implementasi Persidangan Elektronik (E-Litigasi)”,
h. 161.

Mahkamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung RI


Nomor 1 Tahun 2019 tentang administrasi perkara dan persidangan secara
elektronik; Mahkamah Agung RI, (Jakarta : 2019)

28

Anda mungkin juga menyukai