KELOMPOK 12
DOSEN PEMBIMBING
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “E-Court dan E-Litigasi”. Makalah ini telah kami susun
dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Sekian dari kami dan berharap semoga makalah tentang E-Court dan E-
Litigasi dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Makalah.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. E-Court
1. Pengertian E-Court.............................................................................4
2. Ruang Lingkup Aplikasi E-Court.......................................................4
3. Mekanisme pengajuan perkara melalui aplikasi E-Court...................7
B. E-Litigasi
1. Pengertian E-Litigasi..........................................................................12
2. Ruang Lingkup E-Litigasi..................................................................15
3. Manfaat E-Litigasi..............................................................................17
4. Tata Cara Persidangan dengan Mekanisme E-Litigasi.......................21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................26
B. Saran........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengarsipan dokumen fisik. Dengan adopsi e-court dan e-litigasi, pihak yang
terlibat dalam proses peradilan juga dapat mengakses informasi secara online,
meningkatkan transparansi dan aksesibilitas.
Namun, peralihan ke sistem e-court dan e-litigasi juga melibatkan tantangan
dan kekhawatiran. Keamanan data, privasi, dan keandalan teknologi menjadi
faktor yang sangat penting dalam menjaga integritas proses peradilan. Selain itu,
adopsi teknologi ini juga membutuhkan pelatihan dan penyesuaian bagi para
profesional hukum dan pihak yang terlibat dalam sistem peradilan.
Dalam kesimpulannya, e-court dan e-litigasi adalah langkah maju dalam
transformasi sistem peradilan. Melalui penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi, proses peradilan menjadi lebih efisien, transparan, dan mudah
diakses. Namun, penting untuk mempertimbangkan tantangan dan kekhawatiran
terkait keamanan data dan privasi dalam peralihan ke sistem digital ini. Dengan
pemahaman yang tepat dan pendekatan yang cermat, e-court dan e-litigasi
memiliki potensi untuk memperbaiki dan memajukan sistem peradilan kita
menuju masa depan yang lebih efektif dan inklusif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat di rumuskan
masalahnya sebagai berikut:
1. E-Court
a. Pengertian E-Court
b. Ruang Lingkup Aplikasi E-Court
c. Mekanisme pengajuan perkara melalui aplikasi E-Court
2. E-Litigasi
a. Pengertian E-Litigasi
b. Ruang Lingkup E-Litigasi
c. Manfaat E-Litigasi
d. Tata Cara Persidangan dengan Mekanisme E-Litigasi
2
C. Tujuan Makalah
Ada beberapa tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. E-Court
a. Pengertian E-Court
b. Ruang Lingkup Aplikasi E-Court
c. Mekanisme pengajuan perkara melalui aplikasi E-Court
2. E-Litigasi
a. Pengertian E-Litigasi
b. Ruang Lingkup E-Litigasi
c. Manfaat E-Litigasi
d. Tata Cara Persidangan dengan Mekanisme E-Litigasi
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. E-Court
1. Pengertian E-Court
E-Court adalah sebuah instrumen Pengadilan sebagai bentuk pelayanan
terhadap masyarakat dalam hal Pendaftaran perkara secara online, Taksiran
Panjar Biaya secara elektronik, Pembayaran Panjar Biaya secara online,
Pemanggilan secara online dan Persidangan secara online mengirim dokumen
persidangan (Replik, Duplik, Kesimpulan, Jawaban). Aplikasi e-Court
perkara diharapkan mampu meningkatkan pelayanan dalam fungsinya
menerima pendaftaran perkara secara online dimana masyarakat akan
menghemat waktu dan biaya saat melakukan pendaftaran perkara.1
2. Ruang Lingkup Aplikasi E-Court
Ruang lingkup aplikasi e-court adalah sebagai berikut:
a. Pendaftaran Perkara Online
Pendaftaran perkara online dalam aplikasi e-court untuk saat ini baru
dibuka jenis pendaftaran untuk perkara gugatan dan akan terus
berkembang. Pendaftaran perkara gugatan di Pengadilan adalah jenis
perkara yang didaftarkan di peradilan umum, peradilan agama dan
peradilan tata usaha negara yang dalam pendaftarannya memerlukan effort
atau usaha yang lebih, dan hal ini yang menjadi alasan untuk membuat e-
court salah satunya adalah kemudahan berusaha. Keuntungan pendaftaran
perkara secara online melalui aplikasi e-court yang bisa diperoleh dari
aplikasi ini adalah :2
1) Menghemat waktu dan biaya dalam proses pendaftaran perkara.
2) Pembayaran biaya panjar yang dapat dilakukan dalam saluranmulti
chanel atau dari berbagai metode pembayaran dan bank.
1
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Buku Panduan E-Court, (2019), Hlm. 4
2
Ika Atikah, Implementasi E-Court dan Dampaknya Terhadap Advokat Dalam Proses
Penyelesaian Perkara di Indonesia, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, hlm. 118
4
3) Dokumen terarsip secara baik dan dapat diakses dari berbagai lokasi
dan media.
4) Proses temu kembali data yang lebih cepat.
b. Pembayaran Panjar Biaya Online (e-SKUM)
Dalam pendaftaran perkara secara konvensional, calon
penggugat/pemohon menghadap kasir dengan menyerahkan surat
gugatan/permohonan beserta surat kuasa untuk membayar (SKUM). Calon
penggugat/pemohon membayar panjar biaya perkara sesuai dengan yang
tertera pada SKUM tersebut. Kemudian, kasir melakukan hal – hal sebagai
berikut:
1) Menerima uang tersebut dan mencatat dalam jurnal biaya perkara.
2) Menandatangani dan memberi nomor perkara serta tanda lunas pada
SKUM tersebut.
3) Mengembalikan surat gugatan/permohonan dan SKUM kepada calon
penggugat/pemohon.
4) Menyerahkan uang panjar tersebut kepada bendaharawan perkara.
Dalam sistem pembayaran panjar biaya online (e-SKUM), pengguna
terdaftar akan langsung mendapatkan SKUM (Surat Kuasa Untuk
Membayar) yang digenerate secara elektronik oleh aplikasi e-court. Dalam
proses generate tersebut sudah akan dihitung berdasarkan komponen biaya
apa saja yang ditetapkan dan dikonfigurasikan oleh pengadilan, dan
besaran biaya radius yang juga ditetapkan oleh ketua pengadilan sehingga
perhitungan taksiran biaya panjar sudah diperhitungkan sedemikian rupa
dan menghasilkan elektronik SKUM atau e-SKUM.
Aplikasi e-SKUM merupakan hasil inovasi yang dilakukan oleh
pengadilan negeri Pekanbaru. e-SUKM sendiri merupakan aplikasi
elektronik untuk menghitung sendiri panjar biaya perkara bagi para
pencari keadilan di pengadilan negeri. Setelah memastikan berapa panjar
biaya perkara yang harus dibayar lalu dapat langsung melakukan
pendaftaran serta langsung dapat membayar biaya panjar perkara melalui
beberapa media diantaranya melalui mesin EDC (Electronic Data Capture)
5
di meja informasi, ATM (Automatic Teller Machine) dan setor tunai pada
bank yang bermitra dengan pengadilan.
Aplikasi ini merupakan web-based application, suatu aplikasi yang
terinstal di server dan diakses menggunakan penjelajah web atau yang
dikenal sebagai browser melalui suatu jaringan internet, sehingga para
pihak sejak awal sudah mengetahui berapa biaya panjar perkara yang harus
dibayar sehingga tercipta efisiensi dan transparansi dalam biaya perkara.
Selain dapat mempermudah masyarakat dalam melakukan pendaftaran dan
pembayaran gugatan perdata, inovasi ini juga dapat membantu pejabat
bidang perdata di pengadilan dalam memberikan pelayanan.
c. Pemanggilan Elektronik (e-Summons)
Sesuai dengan Perma Nomor 3 Tahun 2018 bahwa pemanggilan
yang pendaftarannya dilakukan dengan menggunakan e-court, maka
pemanggilan kepada pengguna terdaftar dilakukan secara elektronik yang
dikirimkan ke alamat domisili elektronik pengguna pendaftar. Akan tetapi,
untuk pihak tergugat untuk pemanggilan pertama dilakukan dengan
manual dan pada saat tergugat hadir pada persidangan yang pertama akan
diminta persetujuan apakah setuju dipanggil secara elektronik atau tidak,
jika setuju maka pihak tergugat akan dipanggil secara elektronik sesuai
dengan domisili elektronik yang diberikan dan apabila tidak setuju
pemanggilan dilakukan secara manual seperti biasa.
d. Persidangan Elektronik (e-Litigasi)
Aplikasi e-Court juga mendukung dalam hal persidangan secara
elektronik sehingga dapat dilakukan pengiriman dokumen persidangan
seperti Replik, Duplik, Kesimpulan dan atau Jawaban secara elektronik
yang dapat diakses oleh Pengadilan dan para pihak.
6
3. Mekanisme pengajuan perkara melalui aplikasi E-Court
a. Pilih tujuan pengadilan pendaftaran perkara.3
3
https://pa-kualapembuang.go.id/layanan-publik/e-court/tata-cara-pendaftaran-gugatan-
online-e-court diakses 21 Mei 2023 Pukul 08.02 Wib
7
c. Unggah dokumen Surat Kuasa yang telah bermeterai (file bertipe
gambar/pdf) dan mengisi judul file.
8
d. Mengisi identitas para pihak, diantaranya Status Pihak
(Penggugat/Tergugat), Nama, Alamat, Nomor Telepon, Email, Provinsi,
Kabupaten, Kecamatan.
9
e. Unggah berkas perkara, diantaranya Surat Gugatan, Surat Persetujuan
Prinsipal (bertipe gambar/pdf, maksimal ukuran file 2MB).
10
f. Data Para Pihak sudah terekam dan melanjutkan ke proses pembayaran
panjar perkara.
11
B. e- Litigasi
1. Pengertian e- litigasi
5
Peraturan Mahkamah Agung Repbulik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Administrasi
Perkara dan Persidangan Secara Elektronik
6
Julianto, “Penerapan E-litigasi di Indonesia (Studi Kasus di Pengadilan Negeri dan Pengadilan
Agama di Kota Batam)”, (Thesis, Universitas Internasional Batam, 2020), h. 23-24
7
Ramdani Wahyu S, dkk, “Peradilan Agama Sebagai Peradilan Modern (Analisis Penerapan E-
Litigasi di Peradilan Agama)” , (Skripsi, UIN Sunan Gunung Jati, Bandung, 2020), h. 2
13
Dalam pasal 2 ayat 4 Undang-Unang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman menyebutkan peradilan harus dilakukan secara sederhana , cepat dan biaya
ringan.8 Untuk mewujudkan Undang-Undang tersebut maka haruslah dilakukan
perubahan untuk pembaruan yang nantinya beguna untuk mengatasi kendala dan
hambatan ketika dalam proses persidangan, seperti adanya terobosan-terobosan baru
yang kemudian dipadukan denagn kemajua tekonologi informasi saat ini. Sistem Online
ini lah yang kemudian menjadi terobosan baru Mahkamah Agung untuk merealisasikan
isi Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tersebut dengan meluncurkan aplikasi yang
disebut E-Court.
E-litigasi merupakan salah satu dari empat fitur terobosan yang diluncurkan
Mahkamah Agung sebagai bagian dari integral program ECourt. Semua pihak yang
berperkara bisa menggunakan fitur E-litigasi dengan sebuah syarat yang telah
ditentukan oleh Mahkamah Agung. Jika diklasifikasikan secara umum, maka terdapat
dua kelompok yang bisa mengakses ataupun menggunakan sistem E-litigasi ini, pertama
adalah mereke pengguna yang terdaftar dan yang kedua adalah pengguna lain. Yang
dimaksud dengan pengguna terdaftar adalah mereka Advokat ataupun tim
kuasa hukum yang telah mendaftarkan akun nya melalui website E-court
Mahkamah Agung Yakni ecourt.mahkamahagung.go.id dan telah diverifikasi oleh
Pengadilan Tinggi terkait. Sedangkan yang dimaksud dengan pengguna lain
adalah Perorangan, Lembaga/BUMN, Kementrian, ataupun usaha lain yang
notabenenya milik pemerintah. Maka dalam hal menjalankan E-court ini ketika
ada pihak yang tidak mengetahui Teknik penggunaannya, aka nada petugas yang
ditunjuk secara khusus di Pengadilan untuk memberikan layanan dan
informasinya terhadap hal yang berkaitan dengan administrasinya.
a. Perkawinan;
b. Kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam; dan
9
Julianto, Penerapan E-litigasi di Indonesia, h. 15-16
10
Musthofa, Kepaniteraan Peradilan Agama, h. 72.
15
meminta pengguna (khususnya penggugat) untuk menyerahkan tiga dokumen asli,
yaitu surat kuasa, surat gugatan dan surat persetujuan prinsipal. Jika pada sidang
pertama para pihak sudah lengkap, maka sebagaimana diatur dalam Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 akan ditempuh upaya mediasi terlebih
dahulu dengan jangka waktu normal 30 hari. Apabila di dalam proses mediasi
tersebut tidak tercapai kesepakatan di antara para pihak maka proses sidang
dilanjutkan dengan tatap muka untuk kedua kalinya di ruang persidangan.
Dapat dipahami bahwa jika proses mediasi yang dilakukan oleh pihak
Pengadilan tidak berhasil maka hakim akan menawarkan kepada pihak untuk
beracara melalui eletronik atau dengan sistem persidangan manual, jika pihak
memilih untuk melaksanakan persidangan secara elektronik maka hakim akan
memberikan form kesediaan persetujuan melaksanakan persidangan secara
elektronik.
11
Tuyadiah, “Realisasi Persidangan Melalui Media Elektronik”, h. 367-368.
16
Acara persidangan secara e-litigasi oleh para pihak dimulai dari acara
jawaban, replik, duplik dan kesimpulan. Untuk jadwal persidangan sudah
terintegrasi dengan tundaan sidang di sistem informasi penelusuran perkara
(SIPP). Dokumen dikirim setelah terdapat tundaan sidang dan ditutup sesuai
jadwal sidang. Sedangkan untuk mekanisme kontrol (menerima, memeriksa,
meneruskan) dari semua dokumen yang di upload para pihak dilakukan oleh
majelis hakim/hakim yang berarti ketika kedua belah pihak mengirimkan
dokumen dan selama belum diverifikasi oleh majelis hakim/hakim kedua belah
pihak tidak dapat melihat atau mendownload dokumen yang dikirim oleh pihak
lawan.12
3. Manfaat e- litigasi
Baik dari aspek fungsi teknis serta manajemen perkara. Langkah yang
dilakukan oleh Mahkamah Agung dalam melakukan pembaharuan dalam bidang
adminitsrasi yaitu Mahkamah Agung RI melakukan pembatasan perkara kasasi
serta peninjauan kembali. Kemudian penerapan sistem kamar secara konsisten,
penyederhanaan proses berperkara dan penguatan akses pada pengadilan.89
Mahkamah Agung RI juga melaksanakan modernisasi perkara yang
dikelompokkan menjadi:
14
Joko Sriwidodo, “Perkembangan Regulasi dan Urgensi E-Litigasi di Era Pandemi Corona Virus
Disease-19”, Kertha Patrika, Vol. 43, 2 (Agustus, 2021), h. 205.
15
Sri Khayati, Djohar Arifin, Alimuddin, “Efisiensi Penerapan E-Litigasi Terhadap Penyelesaian
Perkara Perdata”, h. 67.
18
c. Mengintegrasi pelayanan hukum yang berada pada badan peradilan yang berada
di bawah naungan Mahkamah Agung dengan penegak hukum lain yang berkaitan.
Kemudian juga melakukan pengadilan online serta sistem logil bagi advokat.
a. Dari segi penerapan hukum Pada segi hukum ini, tidak terdapat aturan yang
mempertegas bahwa bagi setiap advokat wajib beracara di Pengadilan secara e-
Litigasi dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2019. Hukum menjadi
faktor yang sangat penting dalam penerapan suatu hukum. Artinya jika suatu
hukum tidak memiliki aturan yang jelas, maka penerapan atau implementasinya
pun tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.18
16
Yeni Nuraeni, Firman Prataman, “Implementasi dan Dampak e-Litigasi Dalam Perspektif
Hukum Acara Perdata Dihubungkan Dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019”,
h. 147.
17
Ahmad Tholabi Kharlie, Achmad Cholil, “E-Court and E-Litigation: The New Face of Civil
Court Practices in Indonesia”, International Journal of Advanced Science and Technology, Vol.
29, 2 (2020), h. 2210.
19
b. Dari segi subjek (penegak) hukum Kurangnya sosialisasi menjadi salah satu
hambatan dalam pelaksanaan di lapangan terkait penerapan e-Litigasi.
ebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2019 yang
akan menekankan akan penerapan e-Litigasi.
3) Koordinasi yang kurang baik antar Majelis hakim, panitera serta para pihak.
Apabila pihak yang telah di panggil berada di luar wilayah hukum dari
pengadilan agama yang melakukan pemanggilan, maka kemudian relas panggilan
tersebut harus ditembuskan kepada Pengadilan Agama di tempat tinggal para
pihak yang telah di panggil atau yang telah diberitahukan.
21
sidang menghasilkan dua kemungkinan, dimana kemungkinan pertama gugagatan
di cabut dan kemungkinan yang kedua dikeluarkannya akta Vandanding atau akta
perdamaian.
Kemudian dalam tahap persidangan ini para pihak baik penggugat ataupun
tergugat nantinya wajib untuk mengrimkan jawaban, replik, ataupun duplik secara
elektronik sesuai dengan jadwal sidang yang telah di tentukan sebelumnya.
Ketentuan dalam mengirimkan file tersebut adalah dokumen harus berbentuk pdf
atau rtf atau doc ( ataupun dalam hal ini file yang dapat di edit nanti untuk dapat
dimasukan kedalam sebuah putusan). Selanjutnya apabila nantinya para pihak
tidak dapat mengirim ataupun tidak mengirim dokumen yang dimaksud seauai
dengan jadwal sidang yang telah di tentukan tanpa ada alasan yang sah menurut
aturan dan hukum, maka para pihak telah di anggap sudah tidak menggunakannya.
Kemudian apabila para pihak tidak bisa mengirimkan file sesuai dengan jadwal
yang telah di tetapkan dengan alasan yang kiranya sah menurut aturan dan hukum,
maka sidang akan ditunda pada jadwal berikutnya.
23
Dalam tahapan pembuktian secara elektronik ini tetap menggunakan
landasan hukum acara yang berlaku. Disini para pihak yang berperkara wajib
mengiri. Dokumen sesuai dengan ketentuan yang sudah ada seperti mengirim
bukti-bukti dari surat yang sekiranya telah di beri materai kedalam e-couurt. Dan
kemudian majelis hakim memeriksa dokument tersebut di hadapan sidang dengan
jadwal dan waktu yang telah ditentukan sebelumnya memalui SIPP. Hal ini
menunjukan pada saat dilakukannya sidang tahap pembuktian diharapkan kepada
semua pihak untuk dapat hadir pada hari itu, guna untuk mencocokan antar bukti
surat yang telah dikirim melalui e-court dengan surat yang asli.
Pada tahap ini ketika dilakukannya pemeriksaan bukti surat ataupun saksi
ahli para pihak ternyata juga bisa untuk tidak menghadiri persidangan ini,
tentunya akan dilaksanakan secara elektronik. Caranya adalah para pihak dapat
menimmati fasilitas yang telah diberikan oleh pengadilan agama yakni aplikasi
semacam telecoference yang dilakukan melalui live streaming atau bisa juga
menggunakan alat commadn centre. Tentunya untuk dapat fasilitas tersebut para
pihak harus mengajukan permohon kepada pengadilan agama setempat untuk
dapat difasilitasi. Kemudian pengadilan agama tersebut akan mengelurkan surat
untuk penetapan majelis hakim dan panitera pengganti yang nanti memimpin
dalam persidangan tersebut dan mengambil sumpah terhadp saksi yang telah di
tetapkan oleh para pihak secara live streaming. Biaya dalam pelaksanaan
pemeriksaan saksi secara online ini dibebankan kepada para pihak yang telah
mengajukan pemeriksaan.
24
tersebut maka akan langsung terkirim kepada pihak lawan dan majelis hakim
menutup dari persidangan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
E-Court adalah sebuah instrumen Pengadilan sebagai bentuk pelayanan
terhadap masyarakat dalam hal Pendaftaran perkara secara online, Taksiran Panjar
Biaya secara elektronik, Pembayaran Panjar Biaya secara online, Pemanggilan
secara online dan Persidangan secara online mengirim dokumen persidangan
(Replik, Duplik, Kesimpulan, Jawaban). Aplikasi e-Court perkara diharapkan
mampu meningkatkan pelayanan dalam fungsinya menerima pendaftaran perkara
secara online dimana masyarakat akan menghemat waktu dan biaya saat
20
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2019
tentang administrasi perkara dan persidangan secara elektronik; Mahkamah Agung RI, (Jakarta :
2019)
25
melakukan pendaftaran perkara, desangkan e- litigasi adalah serangkaian proses
memeriksa dan mengadili perkara oleh Pengadilan yang dilaksanakan dengan
dukungan teknologi informasi dan komunikasi. E-litigasi secara singkat
merupakan sebuah persidangan yang dilaksanakan secara elektronik dengan cara
agar meminimalisir bagi para pihak untuk bertatap muka langsung dan datang ke
kantor pengadilan
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini tentang E-Court dan E-Litigasi, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
https://pa-kualapembuang.go.id/layanan-publik/e-court/tata-cara-pendaftaran-
gugatan-online-e-court diakses 21 Mei 2023 Pukul 08.02 Wib
Ika Atikah, Implementasi E-Court dan Dampaknya Terhadap Advokat Dalam
Proses Penyelesaian Perkara di Indonesia, UIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Buku Panduan E-Court, (2019)
Amal Tuyadiah, dkk, “Realisasi Persidangan Melalui Media Elektronik
(E- Litigation) di Pengadilan Agama (Studi Tentang PERMA No. 1 Tahun 2019
dan Pelaksanaannya di Pengadilan Agama Rantauprapat)”, Almaslahah: Jurnal
Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam Vol. 8 No. 2, (2020), h. 363
28