Anda di halaman 1dari 20

EFEKTIVITAS E-COURT DALAM ADMINISTRASI PERKARA DISAAT

KONDISI PANDEMI DAN BAGI YANG BERSANGKUTAN DALAM


BERPERKARA

Oleh:

ARIF FEBRIANTO

Prodi Hukum Keluarga Islam Fakultas Hukum Syariah dan Ekonomi Islam
IAIN Sas Bangka Belitung

Abstract: Jurnal ini akan membahas mengenai sistem dalam pengadilan yang mana sebuah
terobosan baru dalam era modern yang mengandalkan teknologi yakni E-Court, yang
merupakan alat dalam proses administrasi mengenai perkara bagi orang yang ingin
berperkara di pengadilan tanpa adanya memakan waktu dan biaya relative bagi yang
menggunakan ini. Dari pembahasan yang ingin saya analisa yaitu dengan judul Efektivitas
E-Court dalam Administrasi Perkara disaat Kondisi Pandemi dan Bagi yang Bersangkutan
Dalam Berperkara, dengan ini semoga dapat membantu apa yang sebenarnya isi atau
definisi dari perubahan yang ada dalam sistem administrasi dalam lingkup pengadilan pada
zaman teknologi saat ini. Jadi peran yang dapat dipakai dalam pengembangan system ini
ialah cepat, mudah, dan biaya yang relative bagi pihak, dan saat-saat waktu terjadinya
wabah yang ada berawal pada tahun 2020 akhir bulan, maka banyaknya kehati-hatian
dalam masyarakat dan pemerintah untuk melindungi diri dan para rakyatnya dalam
penyebaran virus ini. Maka pada saat pandemi naik dan meningkat disinilah ada
permasalahan yang dapat menghambat perkumpulan pada saat itu dengan orang-orang yang
mana juga selalu menjaga jarak dan kesehatannya dari kerumunan, maka orang-orang yang
mempunyai perkara juga akan sulit untuk melaporkan dalam proses administrasi didalam
lingkup pra-perkara, jadi dengan adanya sistem yang baru ini dapat memungkinkan dipakai
dan salah satu jalan tengah yang baik.

Kata Kunci: Efektivitas Sistem E-Court saat Kondisi Pandemi dan bagi yang
Bersangkutan
A. PENDAHULUAN
Sudah hampir satu tahun , wabah Covid 19 yang muncul pertama kali di Kota Wuhan,

China telah menjadi bencana yang meluluh lantakkan berbagai bidang sendi dalam

kepentingan kehidupan manusia di seluruh dunia, yang mana termasuk Indonesia. Hingga

awal bulan Maret 2021 jumlah korban positif sejumlah 1.341.314 orang dan korban yang

telah sembuh sejumlah 1.151.915 orang dan korban yang meninggal dunia sejumlah 36.325

orang.1 Jumlah korban Covid 19 di Indonesia menempati urutan pertama di kawasan Asia

tenggara.2 Oleh karena itu perlu penangan yang serius dalam menghambat perluasan

penularan dalam wabah ini, dalam segi penanganan dan pencegahan agar nantinya cepat

dalam pemulihan kestabilan dari sektor penting dalam keperluan bagi kehidupan

masyarakat dan manusia didunia. Di Indonesia haruslah berupaya dalam penuntasan

peyebaran kepada masyarakat lain agar keperluan untuk menjalankan secara ketat

protokoler kesehatan, memelihara stabilitas politik, keamanan, ekonomi, dan termasuk

mengenai hukum dan keadilan.

Sebelum datangnya wabah Covid 19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia

pada saat awal tahun 2020, dari kewnangan Mahkamah Agung telah dan dalam rangka

mengimplementasikan aplikasi berupa E-Court, sebuah sistem dalam proses Peradilan yaitu

berupa cara melakukan Administrasi Perkara di dalam Pengadilan di Indonesia dengan

secara elektronik yang dikeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 tahun 2018 dan

disusul dengan peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2019 tentang Administrasi

Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Online ataupun prosesnya elektronik.

1
https://covid19.go.id/, diakses pada tanggal 2 Maret 2021, pukul 13:25
2
https://www.worldometers.info/coronavirus/#countries, diakses pada tanggal 2 Maret 2021, pukul 13;40
Setelah adanya pembentukan peraturan sebelum adanya wabah terjadi negeri ini, maka

dengan adanya wabah Covid 19 ini harus di pertimbangkan dalam segi keefektivitasnya

dalam perubahan dan pelaksanaan dari bidang hukum dan keadilan tersebut. Bagaimana

penerapan dalam pelaksanaan perkara yang akan terjadi didalam kehidupan masyarakat

yang harus diperhatikan Pemerintah, disaat negeri ini dilanda oleh wabah Covid 19.

Pasca Mahkamah Agung memberlakukan peraturan PERMA Nomor 3 Tahun 2018,

yang mana disana telah tertulis mengenai pelaksanaan dalam penyelesaian perkara di

Pengadilan dengan cara lebih simple dan mudah. Dari kebijakan itu Administrasi didalam

Pengadilan mempunyai dampak bagi yang bersangkutan misalnya dari Advokat yang

terlibat penyelesaian klien dalam peradilan yang ingin di daftarkan, maka dengan ini sistem

didalam E-Court ini sangat penting dalam penggunaan dan pelayanannya. Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 ini merupakan inovasi sekaligus komitmen bagi

Mahkamah Agung di Indonesia dalam mewujudkan reformasi di dunia hukum dan

peradilan Indonesia.3

Pasca terjadinya pandemi yang melanda banyak sector dari aspek kehidupan dan

aktivitas masyarakat terganggu yang pada akhirnya sangat susah untuk melakukan

pengurusan didalam proses pengadilan bahkan untuk pendaftaran di pengadilan sangat sulit

karena dibatasi oleh aturan pemerintah dalam pembatasan keluar dari rumah untuk

sementara waktu yang dapat mengganggu memenuhi perlengkapan administrasi oleh pihak

yang berperkara dan sebagai pembantu dalam pembelaan keadilan yakni kuasa hukum

3
Ditjenmiltun Mahkamah Agung RI, E-Court, Era Baru Beracara di Pengadilan, https://www.pt-
bengkulu.go.id/berita/e-court-era-baru-beracara-di-pengadilan di akses pada tanggal 28 September 2018
(Advokat), dalam hal ini banyak penegak hukum yang kesulitan untuk beracara melakukan

proses perkara untuk dapat di verifikasi atau terdaftar di pengadilan. Dengan keadaan ini

pemerintah pada sebelum awal pandemic telah memberikan surat edaran Perma Nomor 3

Tahun 2018 tentang administrasi peradilan dalam bentuk elektronik yang mana

penyelenggaraan peradilan di Indonesia yang mempunyai asas sederhana cepat serta biaya

yang ringan.

Senada dengan asas yang tercantum dalam pasal 2 ayat 4 Undang-Undang No. 48 Tahun

2009 tentang kekuasaan kehakiman tersebut, didalam Konsorsium Internasional untuk

penyelenggaraan di pengadilan yang unggul dan berkemajuan Internasional bahwa harus

melakukan penyelanggaraan peradilan ini harus dilakukan secara efektif dan efisien. Untuk

kebutuhan para pekerja atau penegak keadilan serta demi kemudahan para pihak berperkara

maka teknologi dengan perkembangan zaman harus di wujudkan di bidang-bidang tertentu

misalnya dalam politik dan hukum peradilan di Indonesia.

Munculnya E-Court dalam peradilan di Indonesia maka akan banyak kemanfaatan yang

akan diterima dari pihak dan Advokat atau yang bersangkutan dalam Administrasi

Pengadilan yang membawa perubahan sistem yang lebih mudah dan terjangkau dari tempat

pelaksanaannya tanpa adanya waktu dan biaya yang banyak terpakai untuk mengurusi

perkara yang akan di daftarkan, begitu juga bagi Advokat yang aka nada warna baru di

pengadilan untuk memudahkan siapa saja bersangkutan untuk melakukan penyelesaian dan

membantu hukum di Indonesia dan Walaupun masih ada kekurangan yang timbul dari

sistem ini apalagi pada saat kondisi pandemi yang kerbatasan untuk bertatap muka secara

langsung dikarenakan hanya meminta verifikasi account E-Court ini di Pengadilan.


Adapun dari penulisan yang saya ingin lampiran da nada beberapa persoalan yang
pastinya sebagai topic dalam pembahasan ilmiah ini yaitu:

Rumusan Permasalahan:
1. Bagaimana kegunaan sistem modern E-Court di peradilan ?

2. Apa yang menjadi sistem E-Court digunakan dalam peradilan ?

3. Bagaimana proses berperkara disaat pandemi Covid 19 ?

4. Apa yang dapat dimanfaatkan dalam aplikasi E-Court ini ?

5. Kenapa Advokat harus beralih ke sistem E-Court dalam perkara kliennya ?

6. Apa yang menjadi kekurangan E-Court pada saat pandemi Covid 19 ?

7. Bagaimana Efektivitas penggunaan E-Court pada yang bersangkutan ?

B. PEMBAHASAN
Sejak kemunculannya pada era tahun 1980, teknologi digital yang ditandai dengan

digunakannya perangkat personal computer (PC) dan internet telah memberikan suatu

warna dan banyak sekali perubahan dalam berbagai sector perindustrian dan kehidupan.

Dengan seiring berjalannya waktu, Perkembangan teknologi informasi kemudian memasuki

era baru yang dikenal dengan nama industri 4.0, yang mana teknologi menjadi sebuah,

kebutuhan manusia yang utama hamper sebagian besar masyarakat. Teknologi digital saat

ini ditandai dengan semakin menjamunya penggunaan mobile technology, akses internet

yang tidak terbatas serta penggunaan teknologi cloud computing.4 Aktifitas manusia yang

awalnya serba manual berbasis fisik sekarang diganti dengan pola digital yang berbasis

4
Cloud computing secara harfiah berarti’komputasi awan’,yaitu proses komputerisasi sebuah teknologi yang
berbasis internet.
computer. Tak terkecuali di bidang hukum, daya tekan teknologi digital terhadap

pergeseran cara hidup masyarakat sekan tak terbendung, pola cyber physical system, dan

tidak lambat nanti akan memasuki kedalam bidang dunia hukum dan akan membawa

perubahan yang sangat signifikan dalam pergeseran cara kerja pelaksanaan yang terdapat

didalamnya dari dahulu fisik akan menjadi berubah ke hal yang akan menggunakan

komputer yang berbasis internet.

Dengan adanya perubahan daya penekanan yang akan timbul didalam sistem maka

tranformasi yang akan memberikan pola perubahan hukum dari konvesional atau manual
5
berubah ke modernisasi digital. Menyikapi pesatnya perkembangan dan tranformasi

digital, Mahkamah Agung telah membuat cetak biru (blue print) Pembaruan Peradilan

2010-2035, dimana salah satu point pentingnya mewujudkan Badan Peradilan Indonesia

yang Agung, maka dengan adanya perubahan melalui peradilan modern dan berubah

berbasis Teknologi Informasi terpadu.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang peradilan elektronik (E-

Court) yang mana didalamnya mempunyai perubahan meliputi pendaftaran perkara

elektronik (e- Filing), pembayaran panjar perkara secara elektronik (e- Payment) dan,

Pemanggilan serta pemberitahuan kepada pihak berperkara secara elektronik (e-Summons).

Selanjutnya pada tahun 2019, Mahkamah Agung kembali mengeluarkan Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangkan di

Pengadilan secara elektronik dengan memuat beberapa pembaharuan dari Peraturan

Mahkamah Agung sebelumnya, pertama, menyangkut pembukaan ke akses berperkara


5
Muhammad Syarifuddin, Tranformasi Digital Persidangan Di Era New Normal, 1st ed.
secara elektronik kepada Pengguna lain selain oleh Advokat, kedua, pemberlakuan untuk

perkara perlawanan, keberatan, bantahan dan intervensi, ketiga, pemberlakuan mekanisme

persidangan secara elektronik dan keempat, persidangan secara elektronik (e- litigation).6

a. E-Court
E-Court adalah sebuah instrument Pengadilan sebagai bentuk pelayanan terhadap

masyarakat dalam hal Pendaftaran perkara secara online. Aplikasi E-Court perkara

diharapkan mampu meningkatkan pelayanan dalam fungsinya menerima pendaftaran

perkara secara online di mana masyarakat akan menghemat waktu dan biaya saat

melakukan pendaftaran perkara.7 Adapun ruang lingkup aplikasi e-court adalah sebagai

berikut:

1. Pendaftaran Perkara ( e-Filing)

Pendaftaran Perkara Online dalam aplikasi saat ini baru dibuka jenis pendaftaran untuk

perkara gugatan, bantahan, gugatan sederhana, dan permohonan. Pendaftaran ini adalah

jenis perkara yang ada yang telah didaftarkan di Peradilan Umum, Peradilan Agama dan

Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang dalam pendaftarannya memerlukan effort atau,

usaha yang lebih, dengan adanya hal ini maka akan menjadikan alasan untuk membuat e-

Court salah satunya adalah kemudahan dalam berusaha.

6
Ibid, hal.45
7
Tim Penyusun Buku Panduan e-court Mahkamah Agung RI, 2019. Buku Panduan e-court, Jakarta:
Mahkamah Agung RI, hlm, 7.
Dalam hal ini maka akan lebih memudahkan tanpa adanya tenaga untuk membuat sebuah

dalam ingin melakukan pendaftaran di E-Court yaitu dapat dilakukan secara Online, adapun

keuntungan yang didapat didalam aplikasi E-Court ini adalah:

1. Menghemat waktu dan biaya dalam proses pendaftaran perkara.

2. Pembayaran biaya panjar yang dapat dilakukan dalam saluran multi chanel.

3. Dokumen terarsip secara baik dan dapat diakses dari berbagai lokasi dan media.

4. Proses temu kembali data yang lebih cepat.

2. Pembayaran Panjar Biaya Online (e- Payment )

Dalam pendaftaran perkara, pengguna terdaftar akan langsung mendapatkan SKUM yang

degenerate secara elektronik oleh aplikasi E-Court. Dalam proses generate tersebut sudah

pasti akan dihitung berdasarkan tersedia didalam komponen biaya apapun yang telah

ditetapkan dan disetujui atau konfigurasi.

3. Pemanggilan Elektronik (e- Summons)

Sesuai dengan Perma No. 3 Tahun 2018 bahwa Pemanggilan yang pendaftaran dilakukan

dengan menggunakan alat dari E-Court, maka ada pemanggilan kepada pengguna terdaftar

yang dilakukan secara elektronik yang dikirimkan ke alamat domisili yang pengguna telah

terdaftar.

4. Persidangan (e- Litigasi)


Didalam aplikasi E-Court juga telah ada fitur yang mana mendukung ada hal mengenai

persidangan secara elektronik atau online sehingga dapat akan dikirimkan dokumen

persidangan seperti replik, duplik, kesimpulan dan atau jawaban secara elektronik yang

mana dapat diakses oleh dari Pengadilan dan para pihak.

Menurut salah satu orang yang bekerja dengan E-Court, yakni Syamsul Maarif Hakim

Agung sekaligus Wakil Ketua kelompok kerja kemudahan berusaha di Mahkamah Agung,

bahwasannya memberi uraian kemajuan dinegara lain, Layanan e-court dan e- litigasi

hamper menyerupai proses e-litigasi dinegara Singapura dan lebih maju dibandingkan di

Negara Thailand, Peradilan di Singapura sudah tidak lagi menggunakan tidak ada berkas

salinan putusan dalam bentuk hardcopy.

Memasuki masa pandemi Covid 19 yang dituntut untuk senantiasa mematuhi protocol

kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah agat teraturan dalam penangan tidak lepas dari

apa yang seharusnya dilakukan. Lalu karena adanya hal kondisi ini maka Mahkamah

Agung memberi peraturan yang telah dikeluarkan MA Nomor 4 Tahun 2020 tentang

Administrasi dan Persidangan Pidana secara elektronik disertai dengan Surat Edaran

Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2020 dan Surat edaran Mahkamah Agung Nomor 6

Tahun 2020 yang pada intinya mengarahkan para hakim yang ada di lingkugan peradilan

umum dalam rangka untuk melaksanakan apa yang telah diberitahu oleh MA dalam

melakukan persidangan perkara pidana secara online dan juga dengan harus

mempertimbangkan hak asasi manusia.8

b. Pandemi Covid 19
8
Bagian ‘Menimbang huruf a PERATURAN MAHKAMAH AGUNG Nomor 4 Tahun 2020
Munculnya wabah Covid 19 2019, pertama kali didekteksi dan telah dinyatakan di Kota

Wuhan, di Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019 awal Covid 19 sebagai salah satu

Pademi yang sangat berkepanjangan dan langsung ada campur tangan dalam meneliti dan

memberitakan mengenai perkembangan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada

tanggal 11 Maret 2020.

Situasi di Indonesia saat itu sangat tidak wajar untuk kesehatan yang karena telah

menyebar saaat itu akibat adanya Pandemi Covid 19 menjadi serba tidak pasti untuk

keadaan masyarakatnya. Dengan sangat terpengaruh dari segi stabilitas ekonomi dan sosial

juga adapun dari bidang hukum dan keadilan terhadap sistem peradilan di Indonesia, salah

satunya Pengadilan Agama yang menjadi dampak karena adanya pandemic Covid 19 yang

berdampak adanya penundaan, persidangan, dan ditiadakan layanan pendaftaran yang

secara manual dan hanya satu teknologi yaitu E-Court yang bisa dengan cepat untuk

pendaftarannya.

Proses peradilan yang sebelumnya adanya pandemic Covid 19 yang mana dalam

pemenuhan pemanggilan dan persidangan biasanya dengan secara langsung dimana para

Majelis Hakim, Jaksa Penuntut Umum, Terdakwa dan Penasihat Hukum berada saling

bertemu dalam satu ruangan persidangan, namun berbeda disaat kondisi saat itu lagi ada

wabah yang menular yang menjadikan pandemi Covid 19 ini membuat batasan dalam,

tatap bertemu dalam keadaan dekat karena akan sangat bahaya disaat awal pandemic

tersebut. Dan pada saat itu pemerintah memberikan peringatan agar selalu menjaga diri dan

keluarga dari kerumunan hingga kondisi memungkinkan yang mana seluruh aktifitas
masyarakat dilakukan secara tatap muka dengan dibantu oleh sebuah perangkat jaringan

atau dengan kata Daring atau Online.

c. Pelayanan sistem E-Court saat Pandemi Covid 19


Mahkamah Agung sebagai Institusi tertinggi badan peradilan di Indonesia telah

mengeluarkan Surat Sekretaris Mahkamah Agung RI No. 771/SEK/KS.00/42020 tertanggal

16 April 2020 perihal kerja dari rumah (Work From Home) dalam rangka pembatasan

berskala besar (PSBB) sebagai salah utama upaya dari penyegahan Covid 19 dilingkungan

lingkup peradilan dibawah Mahkamah Agung.

Adapun berbagai macam yang telah di tentukan untuk kebijakannya dalam perkara di

dalam peradilan yang mana dampak nantinya dengan layanan-layanan yang ada diperkara

Pengadilan Agama mulai mengenai penundaan sidang sampai dengan mengatur batas

waktu yang akan ditentukan, apa yang telah ditentukan dari pembatasan untuk pihak yang

bersidang ini, menerapkan berupa intrumen physical distancing saat menunggu sidang,

meniadakan layanan pendaftaran secara manual atau tatap muka, tidak melayani

pengambilan salinan putusan atau penetapan dan akta cerai, dan serta diterapkan sistem E-

Court dalam penerimaan perkara di pengadilan.

Untuk Keefektivitas dalam pelayanan E-Court ini telah banyak berbagai macam fitur

didalam aplikasi dan kemudahan serta untuk hemat dari segi kepentingan dalam berperkara

juga sangat dipermudahkan, didalam sistem online juga banyak manfaat dalam pengguna,

dan juga biaya, jangakauan dimana saja dapat diakses dengan harus bermodalkan internet

dan juga untuk mendaftarkan membuat sebuah akun aktifasi terlebih dahulu.
Banyak keuntungan jika layanan secara elektronik di Pengadilan, terutama di saat

pandemi Covid 19 saat itu, adapun keuntungan tersebut diantaranya (Ika Atikah: 2018):

1. Menghemat waktu dan biaya dalam proses pendafataran perkara.

2. Pembayaran biaya panjar yang dapat dilakukan dalam saluran multi chanel atau dari

berbagai metode pembayaran dan Bank.

3. Dokumen terarsip secara baik dapat diakses dari berbagai lokasi dan media.

4. Proses temu kembalid data yang lebih cepat.

Namun didalam layanan yang ada di E-Court ini tidak hanya langsung bisa digunakan

tetapi harus ada persaranan dari pihak Pengadilan missal di Pengadilan Agama, yang mana

layanan di E-Court ini tidak mudah langsung digunakan tapi harus melalui aktivasi akun di

pojok E-Court Pengadilan Agama. Dan untuk mendapatkan aktivasi akun agar terdaftar

maka diharuskan para pihak untuk dating secara langsung ke Pengadilan Agama, dan

sedangkan itu bisa menjadi dilematis disaat kondisi Covid 19 yang mana masyarakat agak

takut untuk bertemu atau berkerumunan.

Jadi yang menjadi kendala juga bagi pengembang layanan E-Court ini yakni pemerintah

kurangnya memberi informasi kepada masyarakat dalam penggunaan yaitu dalam

permasalahan aktivasi akun didalam sistem E-Court tesebut.

d. Hambatan dalam pelayanan E-Court


Didalam Perma No. 1 Tahun 2019 yakni melayani administrasi secara elektronik (E-

Court) dan juga melayani persidangan secara elektronik (e- Litigasi) yang telah tertera

didalam pasal 1 poin No.7 dijelaskan bahwa persidangan elektronik merupakan serangkaian

proses memeriksa dan mengadili perkara oleh Pengadilan yang mana dilaksanakan dengan

alat dukungan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan informasi yang telah ada disini saya sebagai penulis dengan hemat selama

kondisi saat pandemi Covid 19 ini yang mana didalam pelayanan untuk menerima

pendaftaran secara elektronik dan tetapi untuk pelayanan dalam persidangan elektronik ( e-

Litigasi) masih belum ada kepastian bahwa bisa dapat dilakukan secara elektronik atau

online. Karena hal itu harus ada dapat persetujuan dari pihak Tergugat/Termohon yang

panggilannya dilakukan harus secara manual atau tatap muka untuk menghadap ke

Persidangan. Dan yang bisa untuk melakukan pelayanan secara online di sistem E-Court

ialah berupa Pendaftaran, Pembayaran dan Pemanggilan yang bisa dilakukan secara Online.

Jika dilihat dari Edaran surat dari MA No. 1 Tahun 2020, untuk Penyesuaian Sistem

Kerja Hakim dan Aparatur Peradilan dalam upaya mencegah penyebaran Covid 19 di

lingkungan lingkup Mahkamah Agung, dan juga demi kesehatan masyarakat luas.

Berkaitan yang telah disampaikan tersebut dalam persidangan seharusnya dapat di

laksanakan seperti penundaan persidangan dan pembatasan pengunjung merupakan sebuah

wewenag yang harus disampaikan Majelis Hakim perkara tersebut, dengan membatasi jarak

aman para pihak dan persidangan perkara perdata, perdata agama dan tata usaha Negara

untuk mencari keadilan disarankan untuk memanfaatkan e-Litigasi.


e. Dampak kegunaan E-Court bagi Advokat
Advokat sebagai pemberi bantuan hukum atau jasa hukum kepada masyarakat atau klien

yang menghadapi masalah hukum yang keberadaannya sangat dibutuhkan saat ini semakin

penting, dengan seiring meningkatnya kesadaran hukum masyarakat serta kompleksitasnya

masalah hukum. Bentuk implentasi berarti mengimpletasikan, merupakan penyediaan

sarana untuk menjalankan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

E-Court artinya sebagai aplikasi dan sarana untuk melakukan proses berperkara di dalam

pengadilan seperti gugatan, atau permohonan, pembayaran perkara secara elektronik, dan

serta juga melakukan pemanggilan secara elektronik juga. Adanya aplikasi pengadilan

elektronik (E-Court) merupakan kebutuhan tuntutan kebutuhan masyarakat global.

Mahkamah Agung RI dengan berbagai keanekaragaman programnya sudah dapat

diusahkan untuk menggunakan sistem teknologi ini, yang dapat digunakan oleh pengelola

informasi seperti kebutuhan para pencari keadilan khususnya Advokat maupun pengguna

pengadilan.9

Walaupun ada beberapa program di e-court ini ada yang masih belum optimal dan masih

banyak muncul keluhan bagi para pencari keadilan yakni Advokat, dengan adanya

pemakaian teknologi informasi dengan sistem peradilan modern sebenarnnya merupakan

ciri yang ada salah satu disebut excellent, yaitu manajemen dan dalam kepemimpinan

peradilan, sehingga mempermudah dalam implementasi kebijakan-kebijakan yang terkait

mengenai kebutuhan manusia dari segi sumber pencarian dan sumber fisik atau daya

tenaga, serta semua yang mencakup dari finansial didalam mengenai proses peradilan.

9
Mahkmah Agung RI, Cetak Biru Pembaharuan Peradilan 2010-2035, (Jakarta.2010) hal.14.
Mahkamah Agung yang telah mengeluarkan surat No. 3 Tahun 2018 tentang

Administrasi perkara pengadilan dengan secara elektronik, dan sehingga dapat diharpakan

peningkatan akan terdapat pada parameter penegakan kontrak dalam sebuah penegak

keadilan mengenai perkara, dan dengan kemudahan yang telah ada tambahan melalui segi

indicator dari pendaftaran, pembayaran dan pemanggilan.10

Dengan diterapkan aplikasi E-Court ini lembaga penegak hukum dalam mengenai

perkara akan agak ada perubahan dalam pengelolaan dan membuat informasi dalam perkara

di pengadilan. Sehingga akan ada dampak bagi pencari khsusu bagi penegak hukum yang

merasakan pemanfaatan oleh para Advokat itu sendiri, terutama mengenai:

1. Menminimalis waktu yang digunakan dan biaya murah dalam proses pembayaran.

2. Pembayaran yang digunakan mengenai panjar perkara dilakukan dengan virtual account

yang dapat di bayarkan melalui bank secara online atau elektronik dan,

3. Surat-surat dapat disimpan secara baik dan diakses dari berbagai dimana lokasi dan juga

berbagai media.

Sesudah pengguna mengerti dan paham dari kegunaan sistem elekronik E-Court ini maka

setelah itu mulai mendaftar akun dan jika sudah valid berhasil dalam terverifikasi sebagai

penegak hukum Advokat, lalu berikutnya melakukan sumpah untuk menjadi pengacara

dengan menggunakan sistem E-Court tersebut. Adapun yang akan dilakukan oleh Advokat

ialah mengurusi atau membuat perkara dari klien dibuatkan agar bisa beracara di

persidangan yang nanti akan terprogram di sistem tersebut.

10
Ibid. hlm.4
Dalam pelaksanaan dari penggunaan sistem E-Court ini ialah akan sangat berpengaruh

oleh para penegak keadilan yaitu Advokat, pemakaian administrasi perkara di pengadilan

secara elektronik atau yang disebut dengan E-Court ini telah memberikan dampak yang

berbeda langsung bagi praktik advokat di pengadilan Indonesia. Kemudahan yang

diberikan dalam penggunaan sistem teknologi E-Court ini yang canggih dengan

pelayanannya menjadi sebuah kebutuhan dalam proses menyelesaikan kasus pengadilan

dengan mobilitas tinggi para pihak dan penasihat hukum (Advokat).

Untuk bisa menggunakan ini tentunya diwajibkan para Advokat untuk mendaftarkan

membuat akun sistem E-Court tersebut, sehingga dapat terdaftar diakui secara formil.

Karena dengan terverifikasi dari akun penegak hukum maka akan dapat dilaksanakan oleh

pihak pengadilan karena telah sesuai dengan Edaran Mahkamah Agung pasal 6 ayat 2

Perma Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan secara elektronik

yang bunyinya: MA berhak untuk menolak pendaftaran pengguna terdaftar yang tidak

dapat terlacak terverifikasi. Dan selain itu sistem E-Court ini telah dituangkan di SK ketua

MA RI No. 122/KMA/SK/VII/2018 Tahun 2018 tentang pedoman Tata kelola pengguna.

Dan juga Terdaftar Sistem Informasi Pengadilan dan Surat keputusan Direktur Jenderal

Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI No. 271/DJU/SK/PS01/2018 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2018 tentang Administrasi

Perkara di Pengadilan Secara Elektronik.11

11
www.repository.ut.ac.id/7957/1/ocs-2018-7-pdf (diakses tanggal 21-09-2020).
Penggunaan dalam kebijakan ini memang belum terlalu semua orang langsung mengerti

dengan perubahan didalam sistem pengadilan, akan ada kesusahan untuk menggunakan

bagi orang yang tidak paham mengenai teknologi yang berhubungan dalam pengisian data

yang mana tidak sembarangan dalam mengisi haruslah ada pembimbingan atau pelatihan

supaya dalam proses berperkara secara elektronik tidak lagi bermasalah dan bisa dengan

lancar untuk meminimalisir yang menjadi hambatan-hambatan yang ada didalam sistem

elektronik E-Court tersebut.

Dan adapun kenapa menjadi permasalahan yang ada untuk melakukan mendaftarkan

perkara ke pengadilan ini dengan perubahan menggunakan teknologi ini, Perubahan pada

peradilan atas adanya E-Court ini adalah seperti:

1. Adanya perubahan prosedur dalam penanganan suatu perkara.

2. Perubahan cara berinteraksi dengan aparatur pengadilan.

3. Informasi-informasi elektronik pengadilan dapat memudahkan masyarakat yang mencari

keadilan dalam mencari informasi maupun pengetahuan.

Adapun manfaatnya bagi Advokat adalah:

1.Pengehematan waktu dan biaya dalam proses perkara.

2. Pembayaran biaya panjar perkara dilakukan vitual account.

3. Dokumen tersimpan dengan baik dan dapat dilihat diakses dengan lokasi dimanapun

berada.
C. KESIMPULAN
Mahkamah Agung telah memberikan dengan mengeluarkan surat Edaran berupa

perubahan dalam melakukan urusan didalam administrasi untuk perkara di pengadilan yang

mana saat pelaksanaan agar dapat mengajukan perkara tersebut maka haruslah lewat

teknologi E-Court secara online. Dengan sesuai perkembangan zaman maka harus

menyesuaikan dalam aspek didalam teknologi yang dapat memudahkan para pihak dan

pengguna lainya, Menyesuaikan bidang politik yang banyak keribetan dalam mengurus

atau mengatur agar pelaksanaan persidangan cepat, ringan dan murah.

Adapun bentuk pelaksanaannya pada saat kondisi pandemic Covid 19 itu masih banyak

kekurangan yang masih jadi kendala yang mana kondisi pandemic tidak memungkinkan

untuk aktivitas diluar rumah, dengan mengikuti arahan dan regulasi dari pemerintah. Dan

untuk pengurusan mengenai membuat pendaftaran akun aktivasi yang mengharuskan untuk

pergi ke tempat pengadilan dalam keadaan tatap muka yang tidak sejalan dengan distancing

pandemi ini.

Aplikasi E-Court merupakan sebuah keharusan bagi Advokat untuk memberikan

pelayanan kepada klien atau pihak berperkara, karena harus membuat aktivasi account

dalam pemenuhan yang telah di keluarkan oleh Mahkamah Agung Perma No. 3 Tahun

2018 tentang administrasi elektronik dalam perkara di pengadilan, maka dnegan itu

kemanfaatan yang dapat didapatkan oleh Advoakt dan pihak berperkara ialah banyaknya

waktu, biaya dan jarak dapat meringankan dalam proses pendaftaran, pembayaran serta ada

pemanggilan didalam pengadilan.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R. D. (2020). Wabah Pandemi Covid 19, Urgensi Pelaksanaan Sidang Secara
Elektronik. ‘ADALAH, 4 (vol 1).

Atikah, Ika. ‘Implementasi E-Court dan Dampaknya terhadap Advokat dalam Proses
Penyelesaian Perkara di Indonesia. hal 107-127. 2018.

Ahmad Saprudin, Optimalisasi Layanan E-Court bagi Masyarakat Non Advokat (


Pengguna Lain).

Abdullah, Era Baru Peradilan Berbasis Teknologi Informasi, Starlita Dasuki (Ed), Majalah
Mahkamah Agung Edisi XVII/2018.

Burhanuddin dkk, H. Prodi Hukum Keluarga, ‘Layanan Secara Elektronik E-Court saat
Pandemi Covid 19 Hubungannya dengan Asas Kepastian Hukum.

Damaiyanti, Tri Ayu. Penegakan E-Court dalam Proses Administrasi Perkara dan
Persidangan Perdata di Pengadilan Negeri Palembang Kelas IA Khusus, Skripsi (
Palembang Universitas Sriwijaya Palembang), 2019.

Hudiata, Edi. Prospek dan Tantangan Implementasi e-court, (Majalah Peradilan Agama),
2018.

Ni Putu Rivani Kartika Sari, ‘Eksistensi E-Court Untuk Mewujudkan Asas Sederhana,
Cepat, dan Biaya Ringan dalam Sistem Peradilan Perdata di Indonesia.

Suadi, Amran, ‘Pembaruan Hukum Acara Perdata di Indonesia; Menakar Beracara di


Pengadilan Secara Elektronik, Jakarta, Prenadamedia Group, 2019.

Syarifuddin, Muhammad Tranformasi Digital Persidangan Di Era New Normal, Jakarta:


PT. Imaji Cipta Karya, 2020.

Nadji, Muhammad, Aufar, ‘7 Keuntungan yang Didapat Kalau Anda Beracara Secara
Elektronik di Pengadilan.

Ditjenmiltun Mahkamah Agung RI. (2018, 30 September). E-Court, Era Baru Beracara di
Pengadilan. https://www.pt-bengkulu-go.id/berita/e-court-era-baru-beracara-di-pengadilan

Mahkamah Agung RI. (2018). Buku Panduan e-court Panduan Pendaftaran online untuk
Pengguna Terdaftar. Jakarta: Electronics Justice System Mahkamah Agung RI
https://ecourt.mahkamahagung.go.id
Mahkamah Agung RI, Cetak Biru Pembaharuan Peradilan 2010-2035, (Jakarta. 2010).

Rita Zahara, E-Court Lompatan Besar Dalam Pelayanan Perkara, Majalah Mahkamah
Agung Edisi XVII/2018.

Anda mungkin juga menyukai