Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL PENELITIAN

PELAKSANAAN INPUT DATA SITEM DI PENGADILAN NEGERI

BANJARMASIN

SITI RIFASYA AURELYA MAUDYNA

1810211320070

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITASLAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS HUKUM

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Judul

B. Latar Belakang

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

2. Sifat Penelitian

3. Tipe Penelitian

4. Jenis Bahan Hukum

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

6. Pengelohaan dan Analisis Bahan Hukum

F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Input

2. Pengertian Data

3. Proses administrasi data di Pengadilan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. JUDUL : PELAKSANAAN INPUT DATA SITEM DI

PENGADILAN NEGERI BANJARMASIN

B. LATAR BELAKANG

Kemunculan Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 pada akhir tahun

2019 lalu membawa dampak besar bagi dunia. Virus ini telah memakan

banyak korban di sejumlah negara tak terkecuali Indonesia yang memiliki

jumlah korban terinfeksi dan meninggal terbanyak di asia tenggara. Virus

Covid-19 ini sendiri menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ditularkan

salah satunya melalui droplet orang yang telah terinfeksi1. Yang mana

pastinya menimbulkan kendala disejumlah aktifitas yang bersifat tatap

muka, salah satunya dalam hal penegakan hukum di Indonesia.

Penyebaran pandemi corona virus disease (Covid-19) hingga saat ini

belum juga mereda meksipun pemerintah telah menerapkan kebijakan

tatanan kehidupan hidup (new normal). Untuk mencegah Covid-19,

Mahkamah Agung (MA) telah mengeluarkan Surat Edaran No. 1 Tahun

2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Selama Masa Pencegahan

Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) di Lingkungan Mahkamah

Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya (SEMA No. 1 Tahun

2020). SEMA No. 1 Tahun 2020 kemudian diubah dengan SEMA No. 2
Tahun 2020 dan diubah lagi dengan SEMA No. 3 Tahun 2020. Peraturan

tersebut mengatur hakim dan aparatur peradilan dapat menjalankan tugas

kedinasan dengan bekerja di rumah atau tempat tinggalnya (work from

home/WFH). WFH tersebut termasuk pelaksanaan agenda persidangan

pemeriksaan perkara yang dilakukan secara elektronik melalui

teleconference. Kebijakan untuk melakukan persidangan secara elektronik

diperkuat dengan adanya perjanjian kerjasama antara MA, Kejaksaan

Agung, dan Kementerian Hukum dan HAM yang menyepakati untuk

menyelenggarakan persidangan secara elektronik untuk perkara tindak

pidana selama pandemi Covid-19.

Selama ini proses persidangan pidana dilakukan di sidang pengadilan

dimana para pihak hadir secara langsung sebagaimana ketentuan didalam

Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut

KUHAP). Pada saat KUHAP diundangkan, KUHAP dinyatakan sebagai

karya agung Bangsa Indonesia karena merupakan suatu unifikasi hukum

yang diharapkan dapat memberikan suatu dimensi perlindungan hak asasi

manusia dan keseimbangannya dengan kepentingan umum, mengingat

KUHAP disusun berdasarkan falsafah negara kita yaitu Pancasila sebagai

landasan idiil dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

sebagai landasan konstitusional.1 Kemunculan virus Covid-19 ini

menyebabkan terganggunya penerapan dari KUHAP mengingat pengadilan

merupakan tempat orang berperkara datang untuk menyelesaikan


1
Umi Falasifah, Bambang Dwi Baskoro, Sukinta ‘Tinjauan Tentang Pembaharuan KUHAP Sebagai
Landasan Bekerjanya Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia’, Diponegoro Law Jounal, Vol 5, No 3,
2016, h 2.
permasalahannya dan mendapatkan keadilan. Hal ini bisa menjadikan

pengadilan sebagai tempat yang berpotensi memicu persebaran virus Covid-

19.

Dengan kondisi saat ini di negara Indonesia yang mengkhawatirkan dan

mencekam, yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 tidak hanya berakibat

pada stabilitas sektor ekonomi dan sosial saja, namun terdampak juga pada

tatanan sistem layanan perkara peradilan khususnya Pengadilan Agama.

Dengan kebijakan pemerintah yang menganjurkan untuk pekerja Work From

Home (WFH) dan penerapan social distancing guna mengurangi kerumunan

masyarakat untuk memutus rantai penyebaran virus Sehingga dengan

kabijakan tersebut berakibat tertundanya sistem layanan perkara, sidang dan

pengambilan prodak di Pengadilan Agama, yang mempengaruhi keperluan

dan kepentingan pencari keadilan. Seharusnya dengan berlakunya Perma

Nomor 1 Tahun 2019 yang bisa melakukan layanan perkara secara

elektronik yang tidak mengharuskan pihak datang ke pengadilan, bisa

dimaksimalkan sebagai solusi, namun ketidak tahuan pihak dalam layanan

elektronik dan minimnya petunjuk teknis mengakibatkan layanan tersebut

belum bisa menjadi solusi saat pandemi covid-19 yang pada ahirnya tidak

memberikan kepastian hukum kepada masyarakat.

Seiring dengan perkembangan virus ini yang belum menunjukkan

angka penurunan, ketiga lembaga diatas akhirnya juga sempat membuat

Momerandum of Understanding (MoU) yang tertuang dalam perjanjian

kerjasama antara Mahkamah Agung RI, Kejaksaan Agung RI, Kementrian


Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: 402/DJU/H.01.1/4/2020,

Nomor : KEP-17/E/Ejp/04/2020, Nomor : PAS- 08.HH.05.05 Tahun 2020

Tentang Pelaksanaan Persidangan Melalui Teleconference. Akibat dari

adanya MoU ini menyebabkan terdapat perubahan didalam proses hukum

acara persidangan yang ada di pengadilan. Proses persidangan yang mula-

mula dilakukan secara langsung di pengadilan dirubah bentuknya menjadi

secara elektronik atau Online.

Dengan ini, Lembaga pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai

macam Surat Edaran yang ditujukan untuk memutus mata rantai penularan

virus Covid-19 di lingkungan instansinya masing-masing. Mahkamah

Agung sempat mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No

1 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Selama Masa

Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di

Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan Yang Berada

Dibawahnya yang mana SEMA ini juga sempat mengalami beberapa kali

perubahan. Dengan adanya SEMA No. 1 Tahun 2020 beserta

perubahannya dan perjanjian kerjasama antara MA, Kejaksaan Agung, dan

Kementerian Hukum dan HAM yang menyepakati untuk

menyelenggarakan persidangan secara elektronik, maka persidangan

secara elektronik telah banyak dilakukan pada masa pandemi Covid-19.

Di lingkup Kejaksaan Agung juga sempat menerbitkan Surat Edaran

Jaksa Agung Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penyesuaian Sistem Kerja

Pegawai Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan


Kejaksaan RI. Kejaksaan Agung berwenang dalam pencatatan, sejak 30

Maret hingga 6 Juli 2020 ada sebanyak 176.912 perkara tindak pidana

umum yang telah menjalani persidangan secara elektronik.

Yang menjadi menarik dari persidangan pidana secara elektronik di

masa pandemi Covid-19 adalah antara hakim, jaksa, penasihat hukum,

terdakwa maupun saksi jika tidak memungkinkan untuk hadir di sidang

pengadilan dapat melaksanakan sidang dari tempatnya masing-masing.

Proses persidangannya sendiri pun didukung oleh alat-alat dan aplikasi

penunjang teleconference, seperti contoh aplikasi Zoom.

Ketika kita melihat persidangan online yang dilakukan di pengadilan

saat ini, penggunaan teleconference tidak hanya pada saat agenda

keterangan saksi, tapi meliputi persidangan agenda lainnya, bisa dari awal

sampai akhir persidangan. Hal ini menimbulkan problematika karena jika

kita melihat kedalam beberapa pasal dalam KUHAP seperti Pasal 154 dan

Pasal 196 yang mewajibkan terdakwa hadir.2 Selain Terdakwa, KUHAP

juga turut mengamanahkan komponen persidangan lainnya seperti saksi

dan ahli untuk hadir di sidang pengadilan. Pasal 230 KUHAP sendiri telah

menjelaskan secara detail bahwa sidang pengadilan dilangsungkan di

gedung pengadilan dalam ruang sidang dengan hakim, penuntut umum,

penasihat hukum, dan panitera mengenakan pakaian sidang dan atributnya

masing-masing3

2
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana,
(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan lembaran Negara Nomor 3209), Ps. 154 dan
Ps 196.

3
Ibid, Ps. 230.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, tulisan ini hendak mengkaji pemberlakuan

sidang secara elektronik dan kendala yang dihadapi pada masa pandemi Covid-19, serta

solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Oleh sebab itu penulis

selaku penyaji proposal mencoba membahas permasalahan ini dengan judul

“PELAKSANAAN INPUT DATA SITEM DI PENGADILAN NEGERI

BANJARMASIN”

C. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah arah dan tujuan serta efektifnya proses

pembahasan dari penelitian ini, maka penulis menentukan beberapa

rumusan permasalahannya sebagaimana tersebut di bawah ini :

1. Bagaimana mekanisme input data di Pengadilan Negeri Banjarmasin

2. Apa saja kendala pelaksanaan input data di Pengadilan Negeri

Banjarmasin

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian dimaksudkan untuk memberikan arah yang tepat

Dalam proses dan pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan agar

penelitian tersebut berjalan sesuai dengan apa yang hendak dicapai.

Dalam penelitian ini penulis membuat tujuan penelitian menjadi dua

kelompok:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara mekanisme input data di Pengadilan

Negeri Banjarmasin

2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pelaksanaan input data di

Pengadilan Negeri Banjarmasin


2. Kegunaan Penelitian

Dalam setiap penelitian tertentu diharapkan adanya manfaat yang

dapat diambil dari penelitian tersebut, sebab besar kecilnya

manfaat penelitian akan menentukan nilai dari penelitian tersebut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam hasil penulisan tesis ini diharapkan dapat

menjadi

pedoman untuk penelitian selanjutnya serta dapat menjadi

pertimbangan

dalam pengembangan ilmu, khususnya pada bidang Hukum Acara

di Pengadilan yang berkaitan dengan mekanisme pelaksanaan

input data di pengadilan

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam sebagai salah

satu sumbangan pikiran akademik bagaimana proses input data di

pengadilan dalam mencapai tujuannya yakni kebeneran materiil

dan sebagai salah satu

referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi dan akan

melakukan penelitian mengenai mekanisme input data di

pengadilan .

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan

ilmu pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan karena


penelitian bertujuan mengungkapkan kebenaran secara sistematis,

metodologi dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut diadakan

analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan

diolah (Soekanto, 2001; 1). Metode adalah salah satu cara yang

dipergunakan untuk mendapatkan data dan menguji kebenaran yang

valid. Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang berarti cara

yang tepat untuk melakukan sesuatu dan “logos” yang berarti Ilmu

atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu

dengan menggunakan pemikiran secara seksama untuk mencapai

tujuan. Sedangkanpenelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari,

mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun

laporannya (Ahmad, 2004; 1).

Dalam penelitian hukum ini, peneliti menggunakan metode

penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang

dipergunakan sebagai prosedur dalam melakukan penelitian yang dapat

menghasilkan data-data yang valid dan deskriptif, yang didalamnya

dapat secara lisan ataupun tulisan dan para pelaku yang peneliti amati.

Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu yang diterangkan

secara utuh. Maka dalam hal ini tidak mengisolasi individu atau

organisasi ke dalam variable atau hipotesis akan tetapi perlu

melihatnya sebagai satu kesatuan yang utuh (Moleong, 2008; 3).

Peneliti menggunakna metode kualitatif, karena dengan menggunakan

metode tersebut peneliti dapat secara langsung bertanya kepada


informan dengan demikian akan lebih mendapatkan informasi dan

data-data yang valid.

1. Jenis Penelitian

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum

empiris (sosiologis) yaitu penelitian hukum yang memperoleh datanya

dari data primer atau data yang diperoleh langsung dari masyarakat4

Menurut Seorjono Soekanto berdasarkan penelitian hukum itu dibagi

menjadi 2 jenis penelitian. Yaitu terdiri dari 1). Penelitian hukum

normatif yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum,

sistematika hukum, taraf sinkronisasi hukum, sejarah hukum dan

perbandingan hukum. 2). Penelitian hukum sosiologis atau empiris

yang mencakup penelitian terhadap identifikasi hukum (hukum tidak

tertulis) dan penelitian terhadap efektivitas hukum5

Penelitian ini berorientasi pada penelitian yang kedua yaitu penelitian

hukum sosiologis atau empiris, dengan kata lain meneliti terhadap

penginputan data di pengadilan negeri yakni mengumpulkan data

hukum empiris melalui penelitian yang dilakukan dengan cara penulis

langsung meneliti dan menggali data di pengadilan negeri Banjarmasin

selama pandemic COVID-19 dengan menemui para informan yang

ditetapkan sebagai subjek penelitian.

2. Sifat Penelitian

4
1 Yulianto Achmad Mukti Fajar Nur Dewata, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010). h. 154
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1983) h. 51
Sifat penelitian yang digunakan dalam ialah penelitian kuantitatif

yaitu penelitian yang membutuhan populasi dan sampel. Penelitian

kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan

cenderung menggunakan analisis, landasan teori harus sesuai dengan

fakta dilapangan. Faktanya berasal dari identitas dan peran informasi.

3. Tipe Penelitian

Tipe penelitian dalam penulisan proposal ini adalah kekaburan

norma yang terdapat dalam pasal 52-53 Undang-Undang Nomor 49

Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2

Tahun 1986 tentang Peradilan Umum Dan Peraturan MA Nomor 1

Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di

Pengadilan Secara Elektronik

4. Jenis & Sumber Data

 Untuk mengumpukan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

dua jenis bahan hukum, yaitu:

1. Data primer adalah “data yang diperoleh langsung dari

masyarakat. Data ini didapat dari sumber pertama baik melalui

individu atau perseorangan , seperti hasil kuesioner dan

wawancara dari narasumber yang berhubungan dengan objek

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini”. Data Primer

“dalam suatu penelitian dapat diperoleh melalui wawancara dan

pengamatan”. Pengamatan adalah “melakukan, memperhatikan


dengan seksama akan suatu obyek yang diteliti secara

komprehensif”. 6

2. Data sekunder, yaitu “Data yang diperoleh dari kepustakaan. Data

sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain”.

Kegunaan data sekunder adalah “untuk mencari data awal atau

informasi, mendapatkan landasan teori atau landasan hukum,

mendapatkan batasan, defenisi, arti suatu istilah”. 7 Data sekunder

dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) kelompok:8

a. Data sekunder yang bersifat pribadi, contohnya adalah

“dokumen pribadi atau data pribadi yang disimpan dilembaga

dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja”.

b. Data sekunder yang bersifat publik, contohnya adalah “data

arsip, data resmi instansi pemerintah, atau data lain yang

dipublikasikan”.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum empiris

terdapat 3

(tiga) teknik yang digunakan, baik terdapat sendiri-sendiri atau

terpisah

6
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:Bayumedia
Publishing, 2006. hal.49.
7
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:PT.Rineka Cipta, 1996, hal.20-22.
8
Sri Mamuji,et.al.,op.cit.,hal.31.
maupun digunakan secara bersama-sama sekaligus. Ketiga teknik

tersebut

adalah wawancara, angket atau kuisoner dan observasi.9

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 jenis data,

yaitu:

a. Data Primer

Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

sumber

aslinya melalui salah satu upaya wawancara langsung dengan

sumber

atau responden yang bersangkutan yaitu dari studi lapangan, yang

dilakukan dengan cara interview atau wawancara.

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif

adalah

kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen.

Pengumpulan data penelitian kualitatif tentang input data di

Pengadilan Negeri Banjarmasin dilakukan dengan menggunakan

metode wawancara, observasi dan dokumen10

1. Pengamatan atau observasi

Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara

9
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Empiris & Normatif,
Pustaka Pelajar, hlm.280
10
Moleong, lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm
126.
akurat, mencatat fenomena yang muncul dengan

mempertimbangkan

hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Pengamatan

dilaksanakan

dengan model pengamatan terbuka. Pengamatan terbuka

dijelaskan

sebagai pengamatan yang menempatkan fungsi pengamatan secara

terbuka, diketahui oleh subjek, sebaliknya subjek dengan sukarela

memberi kesempatan pada pengamat untuk mengamati peristiwa

yang

terjadi dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati

hal yang telah mereka lakukan serta segala hal yang berkaitan

dengan pola tindakan

mereka sebagai latar belakang alamiah penelitian tersebut.11

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan

untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan

bila

penulis bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna

subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang

diteliti dan

bermaksud melakukan observasi terhadap isu tersebut.12

11
Ibid
12
Poerwandari, E. Kristi. 2002. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Universitas Terbuka. 72
b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku atau literature

melalui studi kepustakaan, yaitu berupa karangan para ahli yang

mengupas

tentang pelayanan dan bahan-bahan kuliah untuk mendapatkan

pengetahuan teoritis di dalam penyusunan penulisan proposal ini.

6. Pengolahan Dan Analisis Bahan Hukum

Tahap-tahap yang penulis untuk menganalisis keakuratan data

setelah data diperoleh yaitu:

1. Editing

Tahap pertama dilakukan untuk meneliti kembali data-data yang

telah diperoleh terutama dari kelengkapannya, kejelasan makna,

kesesuaian serta relevansinya dengan kelompok data yang lain dengan

tujuan apakah data-data tersebut sudah mencukupi untuk memecahkan

permasalahan yang diteliti untuk mengurangi kesalahan dan kekurangan

data dalam penelitian serta untuk meningkatkan kualitas data.13

2. Classifaying

Mereduksi data yang ada dengan cara menyusun dan

mengklasifikasikan data yang diperoleh ke dalam pola tertentu atau

permasalahan tertentu untuk mempermudah pembacaan dan

pembahasan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

13
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011), h. 346.
3. Verifying

Verifikasi data adalah pembuktian kebenaran data untuk

menjamin validitas data yang telah terkumpul. Verifikasi ini dilakukan

dengan cara menemui sumber data (informan) dan memberikan hasil

wawancara dengannya untuk ditanggapi apakah data tersebut sesuai

dengan yang informasikan olehnya atau tidak.14

4. Analyzing

Analyzing adalah proses penyederhanaan kata ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan juga mudah untuk diinterpretasikan.15

Dengan cara memaparkan data yang sudah diklasifikasikan, kemudian

di interpretasi dengan mengaitkan sumber data yang ada sambil

dianalisis sesuai dengan item-item yang dikaji dalam penelitian ini.

Hasil analisis terhadap pokok-pokok masalah yang dibahas atau dikaji

dalam penelitian ini selanjutnya dituangkan secara deskriptif dalam

laporan hasil penelitian. Dalam hal ini analisa data yang digunakan oleh

penulis adalah deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang menggambarkan

keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat, kemudian

dipisahkan menurut kategorinya untuk memperoleh kesimpulan. 16

Dalam mengolah data atau proses analisinya, penulis menyajikan

terlebih dahulu data yang diperoleh dari lapangan atau dari wawancara.

14
Nana Sudjana, Awal Kusuma, Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi, (Bandung: Sinar
Baru Algnesindo, 2008), h. 84.
15
Masri Singaribun, Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta: LP3ES, 1987 ), h. 263.
16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h. 331.
5. Concluding

Sebagai tahapan akhir dari pengolahan data adalah concluding.

Adapun yang dimaksud dengan concluding adalah pengambilan

kesimpulan dari data- data yang diperoleh setelah dianalisa untuk

memperoleh jawaban kepada pembaca atas kegelisahan dari apa yang

dipaparkan pada latar belakang masalah.17

Setelah data terkumpul, maka kemudian dilakukan analisis dan

diagnosis,

Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa

melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang

dibantu dengan teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya.

Secara sederhana analisis data ini disebut sebagai kegiatan

memberikan telaah, yang dapat berarti menentang, mengkritik,

mendukung, menambah atau memberi komentar dan kemudian

membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan

pikiran sendiri dan bantuan teori. Metode analisis data adalah

teknik yang di gunakan untuk mendeskripsikan karakteristik

simple pada objek yang di teliti untuk kemudian di ambil suatu

kesimpulan dari analisi data tersebut menggunakan sifat analisis

yang Deskriptif adalah, bahwa peneliti dalam menganalisis

berkeinginan untuk memberikan gambaran atau pemaparan atas

subjek dan objek penelitian Sedangkan teknik analisa data yang


17
Nana Sudjana, Ahwal Kusuma, Proposal, h. 16.
yang di gunakan adalah analisa kualitatif data di peroleh kemudian

di susun secara sistematis yang selanjutnya di analisa secara

kualitatif. Metode kualitatif merupakan prosedur menghasilkan

data deskriptif berupa data lisan dan data tertulis dari masyarakat

(Djajasudarma,2006: 11). Pendekatan kualitatif ini terpusat pada

prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala

sosial budaya, sehingga suatu gambaran hasil penelitian lengkap,

informasi yang di sampaikan nampak hidup yang bersifat

grounded berpijak betul pada sebuah kenyataan yang ada, sesuai

dengan kejadian yang sebenarnya.18Menurut Bogdan dan Taylor

(1975), mengenai metedologi kualitatif yang di maksudkan

adalah : “ Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut

penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak

mengadakan perhitungan. Analisis data merupakan tahap yang

paling penting dalam suatu penelitian karena dalam penelitian ini

data yang diperoleh akan diproses dan dimanfaatkan sedemikian

rupa sampai didapat suatu kesimpulan yang nantinya akan menjadi

hasil akhir penelitian. Data yang dikumpulkan dari hasil penelitian

kemudian dianalisa oleh penulis secara Deskriptif-kualitatif,

artinya data-data hasil yang dilakukan oleh penulis digunakan

untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan


18
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Rineka Cipta, 2001, hlm 21
rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi

objek kajian. Sedangkan kualitatif artinya penelitian yang

mengacu pada norma-norma yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat.

Data yang telah dikumpulkan melalui penelitian lapangan (baik

data Primer maupun data sekunder) akan dianalisa secara kualitatif

dengan berpijak pada landasan teori dan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan

penelitian dan penulisan ini, selanjutnya penulis tuangkan secara

deskriptif.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penelitian proposal ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yang

mencakup

4 (empat) Bab yang di susun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

1. Bagian Awal Proposal

Bagian awal proposal ini terdiri atas sampul, lembar judul, lembar

pengesahan, lembar pertanyaan, lembar moto dan peruntukan, lembar

abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar singkat dam tanda teknis

(kalau

ada), daftar tabel (kalau ada), daftar gambar (kalau ada), dan daftar

lampiran (kalau ada).

2. Bagian Isi Proposal


Sistematika tersebut adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika

penelitian proposal.

Metode penelitian, menjelaskan tentang metode yang digunakan

meliputi metode pendekatan penelitian, metode pengumpulan

data, dan metode analisis data.

Bab II : Tinjauan Pustaka, berisi tentang teori – teori yang diharapkan

mampu menjembatani atau mempermudah dalam memperoleh

hasil penelitian

Bab III : Hasil dan Pembahasan berisi tentang hasil penelitian yang

meliputi gambaran umum penelitian dan pembahasan mengenai

transfarasi input data di pengadilan negri Banjarmasin

Bab IV : Bab penutup ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Input

Input yaitu alat yang digunakan untuk menerima masukan data dan

program yang akan di proses di dalam komputer. Input menjadi

bagian dari sistem komputer karena sistem merupakan kesatuan

dari beberapa komponen yang saling berkaitan dan saling

terhubung. Sehingga dengan adanya input maka sistem komputer


akan berjalan sesuai dengan keinginan. Input berfungsi sebagai

media untuk memasukkan data dari luar ke dalam suatu unit

processor untuk diolah dengan tujuan menghasilkan informasi

yang diperlukan. Sebuah perangkat input adalah komponen

perangkat keras yang memungkinkan pengguna untuk

memasukkan data kedalam komputer atau bisa dikatakan sebagai

unit luar memasukkan data dari luar kedalam mikroprosesor.

2. Pengertian Data

Pengertian data ada bermacam-macam, secara umum menurut

Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), “Data adalah bukti yang

ditemukan dari hasil penelitian yang dapat dijadikan dasar kajian

atau pendapat”. Secara teknis, data lebih berkaitan dengan

pengumpulannya secara empiris. Dengan demikian, data

merupakan satuan terkecil yang diwujudkan dalam bentuk simbol

angka, simbol huruf, atau simbol gambar yang menggambarkan

nilai suatu variabel tertentu sesuai dengan kondisi data di lapangan.

Simbol angka, huruf atau gambar sering disebut dengan data

mentah atau besaran yang belum menunjukkan suatu ukuran

terhadap suatu konsep atau gejala tertentu. Besaran data tersebut

belum memiliki arti apa pun jika belum dilakukan pengolahan atau

analisis lebih lanjut dalam bentuk informasi atau indikator

pendidikan. Pendapat lain menyatakan bahwa “Data adalah segala

fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu
informasi”. Selain itu, menurut Webster’s New World Dictionary.

“Data adalah sesuatu yang diketahui dan dianggap”. Apabila istilah

“fakta dan angka” dalam definisi yang kedua digabungkan dengan

definisi ketiga menurut Webster’s maka kedua definisi tersebut

dapat menghasilkan suatu pengertian “baru” sebagai berikut. “Data

adalah segala fakta dan angka yang diketahui atau yang dianggap”.

Pengertian baru ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan

definisi di atas tetapi hanya sebagai usaha untuk menggali secara

lebih mendalam pengertian data.

3. Proses administrasi data di Pengadilan

Aplikasi fundamental yang telah dikeluarkan adalah e-court dan e-

litigasi untuk semakin memudahkan masyarakat dalam berproses

di pengadilan sehingga tidak lagi terkendala jarak dan waktu

karena bisa dilakukan kapan dan dimana saja. Aplikasi e-court

mulai diterapkan pada tahun 2018 berdasarkan Peraturan

Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi

Perkara di Pengadilan Secara Elektronik, dilanjutkan dengan

penerapan e-litigasi pada tahun 2019 berdasarkan Peraturan

Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi

Perkara dan Persidangan di PengadilanSecara elektronik. Kedua

aplikasi ini tidaklah jauh berbeda, apabila e-court lebih fokus pada

layanan administrasi perkara sedangkan e-litigasi fokus pada

persidangan. Aplikasi e-litigasi ini sendiri merupakan


penyempurnaan e-court secara menyeluruh, dimana fungsinya

tidak hanya terbatas dalam administrasi perkara tetapi juga hingga

persidangan (Zulfia Hanum : 2020).

Untuk bisa menggunakan layanan elektronik baik pengguna

terdaftar dan pengguna lainnya harus melakukan registrasi akun,

dengan cara sebagai berikut (Booklet Mahkamah Agung : 2019) :

a. Membuka situs e-court

b. Memasukan nama, username dan password.

c. Membuka email yang aktif

d. Melengkapi data dan dokumen pendukung

e. Mendapatkan verifikasi dari PT untuk Advokat. Jika melihat

ketentuan tersebut tentunya memberikan kemudahan kepada

masyarakat dalam mengurus perkaranya di Pengadilan karena

sesuai dengan konsideran Perma

1/2019 mewujudkan peradilan yang efektif dan efisien,

dibandingkan dengan sistem manual yang harus antri dan lama

menunggu untuk mendaftarkan perkara. Untuk prosedur pengajuan

perkara secara manual mengacu kepada Buku II Pedoman

Pelaksana Tugas dan Administrasi Pengadilan Agama yang selama

ini digunakan oleh pengadilan agama, sedangkan untuk layanan

adminsitrasi secara elektronik menggunakan Perma 1/2019 sebagai

dasar hukum. Dengan adanya layanan perkara secara elektronik

esensinya adalah agar para pihak tidak menunggu lama (delay)


karena berperkara secara elektronik lebih hemat waktu, biaya dan

tenaga. Sebagai perbandingan jika berperkara secara manual hasil

study stock opnamenterhadap berkas perkara di Mahkamah Agung

perlu waktu 528, 2 hari (17,6 bulan) pada tahun 2011, dari perkara

masuk sampai putusan, sebuah waktu yang lama dan berpotensi

mengurangi rasa keadilan yang diharapkan oleh para pihak (Leip :

2014).

Banyak keuntungan jika layanan secara elektronik di Pengadilan

Agama, terutama di saat pandemi covid-19 saat ini, keuntungan

tersebut diantaranya (Ika Atikah : 2018) :

a. Menghemat waktu dan biaya dalam proses pendaftaran perkara.

b. Pembayaran biaya panjar yang dapat dilakukan dalam

saluranmulti chanel atau dari berbagai metode pembayaran dan

bank.

c. Dokumen terarsip secara baik dan dapat diakses dari

berbagailokasi dan media.

d. Proses temu kembali data yang lebih cepat. Bagi penulis

penerapan sistem perkara secara e-court saat pandemi covid-19 ada

dua sisi yang harus dikritisi, satu sisi e-court bisa jadi solusi karena

pihak tidak perlu berinteraksi secara langsung ke pengadilan,

namun disisi lain masih banyak masyarakat yang masih belum

mengetahui sistem penggunaan e-court, sehingga pihak terpaksa


menunggu sampai pendaftaran dan persidangan manual dibuka

secara normal.

Namun layanan perkara secara elektronik (e-court) yang

disarankan oleh Pengadilan Agama sebagai solusi untuk

pendaftaran perkara saat covid-19, bukannya tanpa masalah.

Karena layanan e-courttidak bisa serta merta langsung digunakan,

tetapi harus melalui aktivasi akun di pojok e-courtPengadilan

Agama, baru pihak bisa menggunakan layanan ecourttersebut.

sehingga mengharuskan pihak untuk datang ke Pengadilan Agama,

sedangkan ada ketentuan terkait dengan Pembatasan Sosial

Berskala Besar (PSBB), sehingga hal tersebut menjadi dilematis

bagi pihak para pencari keadilan, selain itu masih kurangnya

informasi dan sosialisasi membuat ketidak tahuan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut penulis berpendapat bahwa layanan

perkara elektronik di Pengadilan Agama masih terdapat beberapa

kendala, sehingga menjadikan layanan secara elektronik (e-court)

belum bisa menjadi solusi untuk melayani masyarakat ditengah

pandemi Covid-19 saat ini. Terlebih pengetahuan masyarakat yang

masih minim, kurangnya sosialisasi, dan keharusan pihak membuat

akun di pojok e-court Pengadilan menyebabkan layanan tersebut

masih belum bisa berjalan secara maksimal saat pandemi Covid-

19. Seharusnya dengan adanya pandemi Covid-19 ini bisa

meningkatkan layanan perkara secara online (e-court) di


Pengadilan Agama, karena mengurangi interaksi antar manusia dan

meminimalisir penyebaran virus.Maka perlu ada kegiatan kepada

masyarakat yang bertujuan untuk (a) Menjadikan masyarakat

paham hukum, dalam arti memahami ketentuan-ketentuan yang

terkandung dalam peraturan-peraturan hukum. (b) Membina dan

meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sehingga warga secara

suka rela taat pada hukum (Soerjono Soekanto 1983).

Daftar Pustaka

http://digilib.uinsgd.ac.id/30922/1/KTI%202020_Burhan_Layanan
%20Perkara%20E
https://www.spn-kotamobagu.go.id/wp-
content/uploads/2020/06/JURNAL-PELAKSANAAN-
PERADILAN-DALAM-MASA-COVID-19-PN-
KOTAMOBAGU.pdfCourt%20saat%20Pandemi
%20Covid19_Fix.pdf
https://brainly.co.id/tugas/27013043
http://digilib.uinsby.ac.id/8999/5/bab%202.pdf
http://repository.unair.ac.id/104430/4/4.%20BAB%20I
%20PENDAHULUAN.pdf
http://repository.uph.edu/3562/6/Chapter%203.pdf
Umi Falasifah, Bambang Dwi Baskoro, Sukinta ‘Tinjauan Tentang
Pembaharuan KUHAP Sebagai Landasan Bekerjanya Sistem Peradilan
Pidana Di Indonesia’, Diponegoro Law Jounal, Vol 5, No 3, 2016, h 2.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 331.
Masri Singaribun, Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta:
LP3ES, 1987 ), h. 263.

Anda mungkin juga menyukai