Anda di halaman 1dari 36

USUL PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS YANG TIDAK DAPAT


MENJALANKAN KEWAJIBAN JABATANNYA PADA SAAT BENCANA NONALAM
WABAH KORONA (COVID – 19)

Oleh:
MU’TASHIM BILLAH I QOYYIM
NIM : E2B018024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM MAGISTER (S2) KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
USUL PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS YANG TIDAK DAPAT


MENJALANKAN KEWAJIBAN JABATANNYA PADA SAAT BENCANA NONALAM
WABAH KORONA (COVID – 19)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyusun Tesis Pada Program Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitan Jenderal Soedirman

Oleh:
MU’TASHIM BILLAH I QOYYIM
NIM : E2B018024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM MAGISTER (S2) KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS YANG TIDAK DAPAT
MENJALANKAN KEWAJIBAN JABATANNYA PADA SAAT BENCANA NONALAM
WABAH KORONA (COVID – 19)

Usul Penelitian
Mu’tashim Billah I Qoyyim
E2B018024

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk diseminarkan pada tanggal 04 Januari 2021
Proposal Tesis disetujui oleh Para Penguji :

1. Prof. Tri Lisiani Prihatinah, S.H., M.A., Ph.D : ………………………………………


(Pembimbing I)
2. Dr. Rahadi Wasi Bintoro, S.H., M.H. : ………………………………………
(Pembimbing II)
3. Prof. Dr. Ade Maman Suherman, S.H., MSc. : ………………………………………
(Penguji I)
4. Dr. Sulistyandari, S.H., M.Hum. : ………………………………………
(Penguji II)
5. Dr. Kadar Pamuji, S.H., M.H. : ………………………………………
(Penguji III)

Purwokerto, 04 Januari 2021


PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN (S2) UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Mengetahui Ketua Program Studi


Wakil Dekan Bidang Akademik, Magister Kenotariatan,

Dr. Setya Wahyudi, S.H., M.H. Dr. Sulistyandari, S.H., M.Hum.


NIP. 19610527 198702 1 001 NIP. 19600526 198703 2 003
A. Judul
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS YANG TIDAK
DAPAT MENJALANKAN KEWAJIBAN JABATANNYA PADA SAAT
BENCANA NONALAM WABAH KORONA (COVID – 19)
B. Latar Belakang
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris.
Menurut Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, notaris berwenang untuk
membuat akta otentik sejauh pembuatan akta autentik tertentu tidak
dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Pembuatan akta otentik ada yang
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka menciptakan
kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Selain akta otentik yang
dibuat oleh dan atau di hadapan notaris, bukan saja karena diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak
yang berkepentingan guna menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan
hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi masyarakat secara
keseluruhan.
Notaris dalam melaksanakan tugas dan jabatannya berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kode etik notaris.1 Sebelum
menjalankan jabatannya, menurut ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, seorang notaris wajib mengucapkan
sumpah antara lain menjalankan jabatan dengan amanah, jujur, menjaga
sikap, tingkah laku dan menjalankan kewajiban sesuai dengan kode etik

1
Hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 9 huruf d Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang
menyatakan bahwa notaris diberhentikan sementara dari jabatannya karena melakukan
pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan jabatan serta kode etik Notaris. dan sesuai pula
dengan ketentuan Pasal 2 dan 3 Angka 4 Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia Tahun
2015.

4
profesi, kehormatan, martabat dan bertanggung jawab sebagai Notaris,
dengan demikian prilaku para notaris dalam menjalankan tugas jabatan dan
kewenangannya tidak boleh bertentangan dengan kandungan bunyi Pasal
tersebut.
Undang-Undang Jabatan Notaris dan kode etik Ikatan Notaris
Indonesia ini mengatur tata cara dan tata perilaku notaris sehari-hari bahkan
sampai bagaimana melayani masyarakat yang menggunakan jasa profesi
notaris. Tujuan profesi notaris ini dalam menjalankan tugas pokoknya
menghasilkan akta-akta yang diakui secara tegas oleh pemerintah dan
masyarakat secara umum. Dengan kata lain, secara formalitas akta-akta
notaris telah mendapat pengakuan di tengah masyarakat.
Indonesia saat ini tengah dilanda wabah virus korona. Corona Virus
Disease (Covid-19) pertama kali muncul di daerah Wuhan di negara Cina.
Penyebarannya cepat sekali, yaitu melalui kontak fisik melalui hidung, mulut,
dan mata, dan berkembang di paru. Tanda-tanda seseorang terkena Covid-19
adalah suhu tubuh naik, demam, mati rasa, batuk, nyeri di tenggorokan,
kepala pusing, susah bernafas jika virus corona sudah sampai paru-paru.2
Dampak wabah Covid-19 terlihat hampir di seluruh sektor kehidupan
masyarakat. Aktivitas sosial dilarang dan ditunda sementara waktu,
melemahnya ekonomi, pelayanan transportasi dikurangi dan diatur dengan
ketat, pariwisata ditutup, pusat perbelanjaan sepi pengunjung dan ditutup
sektor informal seperti; Ojek Online, Sopir angkot, pedagang kaki lima,
Pedagang keliling, UMKM dan kuli kasar penurunan pendapatan. Pusat–
pusat perdagangan, seperti mal, pasar tanah abang yang biasanya ramai
dikunjung oleh masyarakat mendadak sepi dan saat ini ditutup sementara.
Sektor pariwisata mengalami penurunan, pemerintah menutup tempat wisata,
tempat hiburan. Bekerja dan belajar pun dilakukan di rumah secara online.3
Menurut ketentuan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana, pada Pasal 1 angka (3) disebutkan bahwa bencana

2
Syafrida dan Ralang Hartati. Bersama Melawan Virus Covid 19 di Indonesia.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15325/pdf, diakses pada tanggal 03
November 2020
3
Ibid

5
nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Menurut Keputusan Presiden
Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran
Corona Virus Desease 2019 (Covid -19) Sebagai Bencana Nasional, bencana
nonalam yang disebabkan oleh penyebaran Corona Virus Desease 2019
(COVID-19) telah berdampak meningkatnya jumlah korban dan kerugian
harta benda, meluasnya cakupan wilayah yang terkena bencana, serta
menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia.
Masyarakatpun akhirnya membuat pembatasan diri dengan sedikit
mungkin bersentuhan/bertemu dengan orang lain guna menghindari
terjadinya penularan penyakit corona tersebut. Akibatnya banyak kantor,
usaha, kumpulan kegiatan yang terpaksa sementara waktu ditutup
operasionalnya atau ditiadakan kegiatannya, begitu pula dengan profesi
notaris. Notaris dalam menjalankan jabatannya melakukan wawancara,
memeriksa berkas, membuat, dan membacakan akta dilakukan dihadapan
para kliennya atau penghadap. Pasal 16 ayat 1 huruf m Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa dalam menjalankan
jabatannya, Notaris wajib membacakan Akta di hadapan penghadap dengan
dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi
khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani
pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Menurut penjelasan
pasal tersebut Notaris harus hadir secara fisik dan menandatangani Akta di
hadapan penghadap dan saksi. Segala tindak tanduk notaris wajib
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan kode etik
dan sampai saat ini belum ada aturan terperinci yang memberikan dispensasi
atau keringanan bagi notaris untuk menolak klien dalam kondisi ada wabah
atau tidak menjalankan tugas jabatannya karena ada wabah. Itu sebabnya
kantor notaris masih harus dan wajib buka serta memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang membutuhkan jasa dan produk notaris. Akibat tidak
adanya pengaturan terperinci mengenai penutupan kantor notaris yang

6
disebabkan karena hal-hal tertentu yang bersifat mendesak dan darurat di
Jakarta sendiri terjadi kasus kantor notaris ditutup paksa dan disegel oleh
aparat pemerintah daerah setempat karena mengantisipasi penyebaran wabah
korona ini.4 Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 9 Peraturan Gubernur
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 33 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dimana
dinyatakan bahwa selama pemberlakuan PSBB, dilakukan penghentian
sementara aktivitas bekerja di tempat kerja/kantor. Pada Pasal 10 ayat (1)
diatur para pelaku usaha yang diperbolehkan buka atau beroperasi yaitu yang
bergerak di bidang :
1. Kesehatan;
2. Bahan pangan/makanan/minuman;
3. Energi;
4. Komunikasi dan teknologi informasi;
5. Keuangan;
6. Logistik;
7. Perhotelan;
8. Konstruksi;
9. Industri strategis;
10. Pelayanan dasar, utilitas publik dan industri yang ditetapkan sebagai
objek vital nasional dan objek tertentu;
11. Kebutuhan sehari-hari.
Kemudian lantaran tidak termasuk sektor yang dikecualikan, belum
lama ini Pengurus Wilayah DKI Jakarta Ikatan Notaris Indonesia (INI)
melayangkan surat bernomor:29/PENGWILDKIJAKARTA/IV/2020
tertanggal 20 April 2020 kepada Pemprov DKI Jakarta perihal Aktivitas
Notaris/PPAT dalam Pelaksanaan PSBB. Intinya, Pengurus Wilayah DKI INI
meminta agar memasukan jabatan Notaris/PPAT termasuk yang dikecualikan

4
Bahkan di Jakarta sudah ada kantor Notaris yang disegel dan ditutup paksa akibat kebijakan
penanggulangan covid-19, bisa dilihat di
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/04/28/16392501/lurah-lenteng-agung-segel-kantor-
notaris-bengkel-dan-pijat-refleksi-yang, diakses pada tanggal 04 Mei 2020, Pukul 10.26 WIB

7
dari penghentian sementara aktivitas bekerja di kantor.5
Menurut ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang Undang Nomor 2 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris, notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di
tempat kedudukannya. Menurut ketentuan Bab III Kode Etik Notaris tentang
Kewajiban, Larangan dan Pengecualian, pada Pasal 3 angka 8 disebutkan
bahwa notaris maupun orang lain (selama yang bersangkutan menjalankan
jabatan notaris) wajib menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan
kantor tersebut merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang
bersangkutan dalam melaksanakan tugas jabatan sehari-hari. Ini adalah
kewajiban hukum bagi seorang notaris yang apabila sorang notaris tidak
menjalankannya maka ada sanksi atas perilaku notaris tersebut.6 Menurut
Hans Kelsen norma hukum memerintahkan perilaku tertentu itu dengan
menetapkan sanksi atas perilaku sebaliknya.7 Menurut ketentuan Bab IV
Kode Etik Notaris Tentang Sanksi, pada Pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa
sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode
Etik dapat berupa :8
a. Teguran;
b. Peringatan;
c. Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Perkumpulan;
d. Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;
e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan.
Berdasarkan uraian Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik
Ikatan Notaris Indonesia diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
seorang Notaris wajib mempunyai kantor sendiri untuk menjalankan hak dan
kewajibannya selaku pejabat notaris di kantor tersebut. Akan tetapi Undang-
Undang Jabatan Notaris maupun Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia tidak

5
Agus Sahbani. https://www.hukumonline.com/berita/baca/kantor-notaris-diizinkan-beroperasi-
saat-psbb-di-jakarta-asalkan/ diakses pada tanggal 24 Desember 2020, Pukul 16.00 wib.
6
Mengenai sanksi pelanggaran kode etik ini diatur dalam Pasal 6 Kode Etik Ikatan Notaris
Indonesia Tahun 2015
7
Hans Kelsen alih bahasa oleh Raisul Muttaqien.2016.Teori Hukum Murni, Dasar-Dasar Ilmu
Hukum Normatif. Nusa Media.Bandung. Hlm.131
8
Kelik Pramudya dan Ananto Widiatmoko.2010.Pedoman Etika Profesi Aparat Hukum.Pustaka
Yustisia. Yogyakarta. Hlm 87

8
mengatur secara tegas, jelas dan terperinci perihal mekanisme pembatasan
operasional dan penutupan kantor notaris dalam kondisi tertentu atau kondisi
yang sangat khusus, mendesak, dan darurat, seperti karena adanya wabah
diatas. Secara garis besar jika dibaca tentang ketentuan notaris pengganti bagi
notaris yang sedang cuti maka dapat disimpulkan bahwa kantor notaris tidak
boleh berhenti memberikan pelayanan kepada masyarakat, sampai-sampai
notaris yang cuti wajib tetap menunjuk notaris pengganti untuk mengganti
sementara dirinya yang berhalangan menjalankan tugas jabatannya karena
melaksanakan cuti. Otomatis kantor notaris tetap buka.
Menjadi permasalahan ketika dalam kondisi terjadi bencana nonalam
seperti penyebaran wabah penyakit korona (covid – 19) yang terjadi saat ini,
di berita sudah kita baca dan dengar tentang penutupan kantor notaris secara
paksa oleh satuan polisi pamong praja pemda setempat (dalam kasus ini
adalah pemda DKI Jakarta) dengan berpedoman pada ketentuan Peraturan
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 33 Tahun 2020 Tentang
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
menutup secara paksa kantor Notaris yang masih buka lalu disegel. Menurut
pendapat Penulis, penutupan secara paksa kantor notaris ini bisa
menimbulkan berbagai macam akibat hukum bagi notaris karena secara
langsung dan seketika bersinggungan dengan kewajiban notaris yang prinsipil
seperti kewajiban notaris untuk mempunyai kantor dan menjalankan tugas
jabatannya sehari-hari di kantornya.9 Bahkan dalam rangka pemeriksaan
notaris sesuai amanat Pasal 70 huruf b Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris, Tim Pemeriksa Majelis Pengawas Daerah
secara insidentil memeriksa kantor notaris (alamat dan kondisi fisik kantor).10
Penutupan kantor notaris bukanlah perkara yang sepele karena
operasionalisasi kantor notaris secara hukum adalah amanat Undang-Undang
Jabatan Notaris dan kode etik notaris. Dalam Pasal 19 Undang-Undang

9
Lihat Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan ketentuan Pasal 3 angka 8 dan
angka 15 Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia, Mei 2015.
10
Habib Adjie.2011.Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara.PT. Refika
Aditama. Bandung. Hlm. 20.

9
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, kantor notaris disebutkan secara tegas
dan jelas bahwa notaris wajib hanya mempunyai satu kantor. Artinya kantor
notaris adalah amanat undang-undang yang wajib dipenuhi oleh seorang
notaris. Tidak hanya itu, kantor notaris juga memiliki fungsi yang amat
strategis dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat oleh seorang
notaris, dimana akta-akta notaris sedapat-dapatnya dilaksanakan di kantor
notaris. Menurut Pasal 3 ayat 15 Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia
Tahun 2015 disebutkan bahwa notaris wajib menjalankan jabatan notaris di
kantornya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka sebenarnya penutupan atau
penyegelan kantor notaris atas dasar adanya wabah korona pada prinsipnya
melanggar dan dapat pula dikatan sebagai melawan perintah undang-undang,
karena undang-undang sendiri tidak mengatur pembatasan operasional kantor
notaris karena wabah atau keadaan darurat. Penutupan atau penyegelan kantor
notaris juga membawa akibat pada notaris menjadi terbatas dan terhambat
dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai pejabat publik yang
mempunyai wewenang membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud oleh undang-undang jabatan notaris dan untuk
melayani kepentingan masayarakat.11 Peran dan fungsi notaris yang paling
utama yang terhambat dengan adanya penutupan kantor notaris ini yaitu
fungsi pelayanan masyarakat dan pelaksanaan pembuatan akta-akta notaris di
kantor notaris sebagaimana amanat Undang-Undang Jabatan Notaris dan
Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia. Fungsi pelayanan masyarakat sesuai
ketentuan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris ini juga merupakan wujud
dari pelaksanaan asas profesionalitas notaris. Asas profesionalitas notaris
memiliki makna notaris wajib memberikan pelayanan sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris. Tindakan profesional
notaris dalam menjalankan tugas jabatannya diwujudkan dalam melayani
masyarakat dan akta yang dibuat dihadapan atau oleh notaris.12 Oleh

11
Habib Adjie.2009.Sanksi Perdata & Administratif Terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik.
PT. Refika Aditama.Bandung. Hlm. 31
12
Habib Adjie.2014.Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004

10
pemerintah atau siapapun ini pada prinsipnya dilarang untuk melanggar hak
dasar notaris untuk membuka kantor notaris dan menjalankan kewajiban
jabatan notaris di kantor notaris walaupun dalam keadaan darurat.
Pelanggaran hukum terjadi ketika subyek hukum tertentu tertentu
tidak menjalankan kewajiban yang seharusnya dijalankan atau karena
melanggar hak-hak subyek hukum lain. Subyek hukum yang dilanggar hak-
haknya harus mendapat perlindungan hukum.13 Seharusnya hukum
memberikan perlindungan terkait dengan adanya hak dan kewajiban notaris
membuka dan menutup kantor. Notaris sebagai subyek hukum dalam
interaksinya melaksanakan tugas jabatannya memiliki hak dan kewajiban
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Jabatan Notaris. Undang-Undang
Jabatan Notaris maupun Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia telah mengatur
perihal operasional kantor notaris. Padahal kantor notaris kedudukannya
sangat penting dan startegis dalam profesi notaris. Undang-Undang Jabatan
Notaris bahkan berpesan dalam penjelasan Pasal 19 Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris agar akta notaris sedapat-dapatnya
dilangsungkan di kantor notaris kecuali pembuatan akta-akta tertentu.
Dalam menjalankan kewajiban jabatannya, notaris tidak bisa secara
secara pribadi sembarangan mengambil sikap dan tindakan untuk membatasi
diri dalam melaksanakan tugas dan jabatannya. Bahkan, ketika harus
meliburkan diri karena sakit atau mengambil cuti atau sementara waktu
berhalangan menjalankan jabatannya sebagai Notaris, haruslah mengikuti tata
cara yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.14 Jadi notarispun
tidak boleh menutup kantor notaris sekehendak hatinya, karena dapat
berakibat pada penjatuhan sanksi.15
Apalagi terkait dengan ketentuan menghadap secara fisik bagi para
pihak yang ingin membuat suatu akta. Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menegaskan bahwa Akta

Tentang Jabatan Notaris). PT. Refika Aditama.Bandung. Hlm. 38


13
Ridwan HR.2003. Hukum Administrasi Negara. UII Press. Yogyakarta. Hlm.210
14
Lihat pula ketentuan cuti Notaris pada Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pengangkatan.
Perpindahan. Pemberhentian, dan Perpanjangan Masa Jabatan Notaris.
15
Lihat ketentuan Pasal 3 angka 15 Tentang Kewajiban Notaris dikaitkan dengan ketentuan Pasal 6
Tentang Sanksi Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia, Mei 2015.

11
Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut
bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Selain
ketentuan tentang berhalangannya Notaris menjalankan kewajiban
jabatannya, kepastian hukum adanya alat bukti tertulis yang bersifat autentik
yang dibuat di hadapan atau oleh notaris dan dapat dijadikan dasar hukum
bagi para pihak dalam melakukan hubungan hukum yang menimbulkan hak
dan kewajiban.
Dalam melaksanakan kewajiban jabatan notaris sesungguhnya telah
diatur secara terperinci di dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris dan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2014 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris. Namun, ketentuan dalam Undang-Undang tersebut ternyata masih
belum mengatur dan menjawab kebutuhan notaris akan ketentuan hukum
yang mengatur pemberian keringanan dalam pelaksanaan kewajiban notaris
pada saat terjadi wabah seperti wabah korona saat ini, misalnya notaris harus
menutup kantor notaris sementara waktu, padahal pelaksanaan Jabatan
Notaris bagaimanapun dan dalam kondisi apapun wajib dilakukan
sebagaimana ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku untuk menjamin
Notaris terbebas dari pelanggaran ketentuan Peraturan Perundang-Undangan
di bidang Jabatan Notaris maupun kode etik profesi Notaris. Melihat
fenomena diatas dan adanya peristiwa serupa terulang di tempat lain dan
dikemudian hari, maka sudah selayaknya perlu ada kajian perihal
perlindungan hukum bagi Notaris yang menjalankan tugas jabatannya pada
saat wabah seperti saat ini dalam hal ini membuka kantor notaris.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin mengangkat
permasalahan diatas dalam bentuk tesis yang berjudul PERLINDUNGAN
HUKUM TERHADAP NOTARIS YANG TIDAK DAPAT
MENJALANKAN KEWAJIBAN JABATANNYA PADA SAAT
BENCANA NONALAM WABAH KORONA (COVID – 19).

12
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penutupan kantor notaris karena adanya bencana nonalam
wabah korona (covid – 19) ditinjau dari Undang-Undang Jabatan Notaris
dan Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia?
2. Bagimanakah perlindungan hukum terhadap notaris yang tidak dapat
menjalankan kewajiban jabatannya pada saat bencana nonalam wabah
korona (covid-19)?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis penutupan kantor notaris ditinjau dari Undang-Undang
Jabatan Notaris dan Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia.
2. Menganalisis perlindungan hukum terhadap notaris yang tidak dapat
menjalankan kewajiban jabatannya pada saat bencana nonalam wabah
korona (covid – 19).

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan memberikan kontribusi pada dunia


hukum kenotariatan yaitu :
1. Secara teoritis menemukan dasar hukum bagi notaris dalam hal harus
menutup kantor notaris karena kondisi darurat.
2. Secara praktis hasil penelitian di harapkan bisa menjadi masukan kepada
para pembentuk undang-undang untuk mengatur secara rinci pelaksanaan
kewajiban notaris pada saat terjadi wabah atau kondisi darurat dan untuk
organisasi notaris agar menyepakati kode etik notaris yang mengatur tata
kerja notaris pada saat terjadi wabah atau kondisi darurat.

F. Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang baru namun Penulis


mengemukakan beberapa tesis, skripsi dan penelitian lain yang mempunyai
tema yang mirip dengan penelitian ini. Untuk itu Penulis menggunakan

13
penelitian-penelitian terdahulu sebagai pembanding untuk penelitian saat ini,
yaitu :
1. Nama Nurokhman
(Universitas Islam Indonesia)
Judul Penelitian Pengajuan Cuti Dalam Keadaan Mendesak Bagi
Notaris Berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris.
Rumusan Masalah 1. Apa yang menjadi tolak ukur seorang Notaris dapat
dikatakan dalam keadaan mendesak untuk
mengajukan cuti?
2. Bagaimanakah pelaksanaan ketentuan cuti dalam
keadaan mendesak terhadap usulan notaris
pengganti?
Hasil Penelitian 1. Tolak ukur pengajuan cuti dalam keadaan mendesak
hasil penelitian menunjukan bahwa tolak ukur
pengajuan cuti dalam keadaan mendesak merupakan
penilain yang subjektif maka tolak ukur menurut
Majelis Pengawas Notaris diantaranya adalah
Pertama Sakit, Kedua Melakukan Ibdah Haji.
2. Pelaksanan ketentuan cuti dalam keadaan mendesak
terhadap usulan notaris pengganti merupakan
kewajiban seorang Notaris yang hendak
menjalankan cuti, dalam hal Notaris yang hendak
mengajukan permohonan cuti tidak disertai usulan
Notaris Pengganti hal ini telah melanggar ketentuan
dalam Pasal 25 ayat (3) Undang-undang Jabatan
Notaris
2. Nama Mariana, Darmawan, Suhaimi
(Universitas Syiah Kuala)
Judul Penelitian Pengawasan Terhadap Notaris Yang Tidak Membuka
Kantor
Rumusan Masalah Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan
Majelis Pengawas Daerah terhadap notaris yang tidak
membuka kantor, serta kendala apa yang dihadapi oleh
MPD dalam melakukan pengawasan terhadap notaris
yang tidak membuka kantor?
Hasil Penelitian Bentuk pengawasan yang dilakukan MPD Kota Banda
Aceh dan Aceh Timur dengan cara melakukan
pemeriksaan terhadap protokol notaris, notaris
bersangkutan wajib berada di kantornya dan
mempersiapkan semua protokol yang akan diperiksa.
Kendala dan hambatan yang dihadapi oleh MPD
masih terbatasnya dana yang digunakan oleh
pengawas dalam melakukan pengawasan, MPD belum
mempunyai kantor sendiri, MPD tidak mempunyai
kewenangan dalam menjatuhi sanksi yang tegas
terhadap notaris yang tidak membuka kantor, alamat
yang tidak sesuai dengan alamat yang ada pada

14
Sekretariat MPD, kurangnya partisipasi masyarakat
dalam memberikan laporan kepada Majelis Pengawas
terhadap notaris yang tidak membuka kantor. Akibat
hukum bagi notaris yang tidak membuka kantor
selama ini sudah dilakukan pemanggilan dan
pemeriksaan terhadap notaris yang bersangkutan serta
sudah dilakukan peringatan tertulis kepada notaris
yang tidak membuka kantor dan merekomendasikan
kepada Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis
Pengawas Pusat, notaris agar diusulkan atau diberi
sanksi pemberhentian dengan tidak hormat terhadap
notaris yang bersangkutan.
3. Nama Akhmad Bagus Faizal
3. (Universitas Pancasakti Tegal)
Judul Penelitian Pelaksanaan Tugas Jabatan Notaris Dalam Pembuatan
Akta Di Masa Pandemi Covid 19.
Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pelaksanaan Tugas Jabatan Notaris
dalam Pembuatan Akta Sebelum dan pada saat Masa
Pandemi Covid-19?
2. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Tugas
Jabatan Notaris dalam Pembuatan Akta di Masa
Pandemi Covid-19?
Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan dalam Tugas Jabatan Notaris dalam
Pembuatan Akta Sebelum dan dalam Masa Pandemi
Covid 19 berbeda dari perbedaan tersebut terletak
pada protocol kesehatan dan kehadiran penghadap
berdasarkan SK Nomor 65/33-III/ PP-INI/2020
tanggal 17 Maret 2020 lalu, perihal sebagaimana
dimaksud pada pokok surat, PP INI memandang
perlu untuk menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia (PP-
INI) dan seluruh jajarannya menyampaikan rasa
prihatin atas perkembangan masif penyebaran
Covid-19 yang secara langsung mempengaruhi
pelaksanaan tugas jabatan notaris dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
b. Berkenaan dengan itu, kami menghimbau
kepada semua anggota untuk mengikuti protol
kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah
dalam usaha mengatasi penyebaran Covid-19.
Khususnya himbauan untuk Work From Home
(WHF/bekerja dari rumah) dan melaksanakan
social distancing (jaga larak).
c. Pelaksanaan WFH tersebut bukan merupakan
bentuk pelanggaran dari Pasal 17 UU 30/2004
tentang Jabatan Notaris sebagaimana telah
diubah dengan UU 2/2014 terkait larangan
untuk meninggalkan wilayah jabatannya lebih

15
dari tujuh hari kerja berturutturut tanpa alasan
yang sah.
d. Kondisi WFH dan social distancing tersebut
tentu akan membatasi pelaksanaan tugas jabatan
notaris, oleh karena itu terhadap situasi tersebut
dapat ditempuh beberapa alternatif antara lain
sebagai berikut : Mengatur ulang jadwal
penandatanganan akta dengan para penghadap,
hingga kondisi memungkinkan.
Merekomendasikan rekan notaris lain yang
kondisinya memungkinkan untuk menjalankan
jabatan. Untuk perjanjian, perbuatan, atau rapat
yang menurut peraturan perundangundangan
dokumennya dapat dibuat di bawah tangah, agar
dicantumkan klausula “akan dibuat/dinyatakan
kembali dalam Akta Autentik segera setelah
darurat Covid-19 dicabut oleh Pemerintah”.
e. Terkait butir tiga tersebut, agar dalam
menjalankan jabatan tetap memperthatikan
Undang-undang Jabatan Notaris (UUJN), kode
etik, dan peraturan perundang-undangan
lainnya.
2. Hambatan-hambatan dalam Tugas Jabatan Notaris
dalam Pembuatan Akta Sebelum dan pada masa
Pandemi Covid 19 adalah penghadap yang tidak
menaati aturan pemerintah mengenai Protokol
kesehatan.
a. Penghadap atau Para Pihak yang datang
kekantor notaris pada saat menghadap
sebagian besar tidak mematuhi protocol
kesehatan, padahal sudah ada peringatan
sebelum masuk kekantor notaries supaya untuk
mencuci tangan, wajib memakai masker dan
jaga jarak aman. Oleh karena itu penghadap
dilarang memasuki kantor notaris untuk
melaksanakan pembuatan akta dan penghadap
dianjurkanuntuk mematuhi protocol kesehatan
terlebih dahulu agar tidak membuat
kekhawatiran kepada staf notaris.
b. Dalam masa pandemi covid-19 ini sebagian
besar penghadap tidak bisa atau tidak mau
keluar rumah untuk datang kekantor notaris
untuk melaksanakan pembuatan akta, oleh
karena itu dari pihak notaris berinisiatif
mendatangi ke tempat para penghadap yang
sebelumnya telah diperbolehkan dan disepakati
dengan tetap mematuhi protocol kesehatan.
c. Apabila terdapat penghadap yang sedang sakit

16
untuk pelaksanaan pembuatan aktanya ditunda
terlebih dahulu sampai penghadap sembuh dan
sehat sehingga bisa datang menghadap kepada
notaris untuk melaksanakan perbuatan hukum
tersebut. Penghadap yang berada diluar kota
atau perantauan dan berada di zona merah
tidak diperbolehkan untuk pulang kampung
sehingga dapat menyebabkan tertundanya
pelaksanaan pembuatan akta dan notaris
menyarankan agar membuat surat kuasa
notariil dari notaris daerah tersebut yang
diberikan kepada keluarga, saudara, atau orang
yang lain untuk membantu proses pelaksanaan
pembuatan akta yang dimohon penghadap.
4. Nama Mu’tashim Billah I Qoyyim
(Universitas Jenderal Soedirman)
Judul Penelitian Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Yang Tidak
Dapat Menjalankan Kewajiban Jabatannya Pada Saat
Bencana Nonalam Wabah Korona (Covid – 19).
Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah penutupan kantor notaris karena
adanya bencana nonalam wabah korona (covid –
19) ditinjau dari Undang-Undang Jabatan Notaris
dan Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap
notaris yang tidak dapat menjalankan kewajiban
jabatannya pada saat bencana nonalam wabah
korona (covid – 19)?
Hasil Penelitian

Perbedaan utama antara penelitian yang dilakukan oleh Penulis


dengan penelitian yang telah ada sebelumnya tersebut dalam bagan diatas,
yaitu pada pengkajian tentang aturan-aturan hukum yang terdapat dalam
peraturan perundangan terkait jabatan notaris dan kode etik notaris yang
dapat dijadikan pijakan hukum dan perlindungan bagi notaris dalam bekerja
atau menjalankan tugas jabatannya sehari-hari di kantor selama terjadinya
bencana nonalam wabah covid 19. Penelitian sebelumnya oleh Mariana,
Darmawan, dan Suhaimi membahas tentang aturan dan penjatuhan sanksi
bagi notaris yang tidak membuka kantor secara terus menerus dalam kondisi
normal tanpa ada gangguan atau keadaan darurat, sedangkan Penulis
membahas penutupan kantor notaris dalam keadaan darurat bencana nonalam.
Lalu penelitian oleh Nurokhman dari Universitas Islam Indonesia membahas
tentang notaris yang mengajukan cuti jabatan dalam kondisi mendesak yaitu

17
karena melaksanakan ibadah dan karena sakit, dan ada mekanisme pengajuan
cuti yang wajib ditempuh oleh notaris yang apabila mekanisme ini tidak
dilaksanakan maka notaris yang bersangkutan dapat dikenai sanksi. Penelitian
Penulis membahas tentang tidak dilaksanakan tugas jabatan notaris bukan
akibat sakit atau melaksanakan ibadah melainkan karena adanya bencana
nonalam wabah covid 19. Penelitian selanjutnya oleh Akhmad Bagus Faizal
dari Universitas Pancsaksi Tegal mengkaji tentang pelaksanaan tugas jabatan
notaris dalam pembuatan akta sebelum dan pada saat masa pandemi covid-19
beserta hambatan-hambatan dalam pelaksanakan tugas jabatan notaris dalam
pembuatan akta pada saat pendemi covid-19, dimana penelitian tersebut
menyatakan bahwa perbuatan notaris yang bekerja work from home bukan
merupakan bentuk pelanggaran dari Pasal 17 UU 30/2004 tentang Jabatan
Notaris sebagaimana telah diubah dengan UU 2/2014 terkait larangan untuk
meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari tujuh hari kerja berturutturut
tanpa alasan yang sah. Sedangkan penulis akan mengkaji dasar hukum
penutupan kantor notaris oleh pemerintah karena adanya bencana nonalam
wabah covid-19 ditinjau dari peraturan perundang-undangan di bidang
kenotariatan dan kode etik notaris serta perlindungan hukum apakah yang
dapat diberikan oleh peraturan perundang-undangan di bidang kenotariatan
terhadap notaris yang tidak dapat menjalankan kewajiban jabatannya karena
adanya bencana nonalam wabah covid-19.

G. Kerangka Teori

Kerangka teori pada topik yang akan diteliti oleh penulis ini adalah teori
kewajiban hukum, teori perlindungan hukum, teori kepastian hukum, teori
keadaan darurat, dan kewenangan notaris.
1. Teori Kewajiban Hukum
Konsep kewajiban awalnya adalah suatu konsep moral yang spesifik
dan merupakan pengertian norma moral dalam hubungannya dengan individu
yang tindakannya, diperintahkan atau dilarang. Konsep kewajiban (obligation
or duty) di sini adalah dalam makna hukum positif yang harus dibedakan
dengan konsep kewajiban dalam bahasa Jerman Pflicht yang oleh etika

18
Kantian dijadikan sebagai konsep nilai moral absolut, yaitu bahwa setiap
orang harus memenuhi kewajibannya.16 Suatu konsep terkait dengan konsep
kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum (liability). Seseorang
dikatakan secara hukum bertanggung jawab untuk suatu perbuatan tertentu
adalah bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatan yang
berlawanan. Normalnya, dalam kasus sanksi dikenakan terhadap deliquent
adalah karena perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut harus
bertanggung jawab.17 Tindakan yang dilakukan terhadap pelanggar aturan
sebagai sanksi yang diorganisasikan secara sosial dapat berupa sesuatu yang
mengganggu kondisi orang tersebut seperti kehidupan, kesehatan, kebebasan,
atau kepemilikan, karena diambil tanpa keinginannya, maka sanksi memiliki-
karakter sebagai paksaan yang terukur.18
Suatu norma adalah suatu pernyataan (statement) yang dibuat oleh
anggota-anggota suatu kelompok, tidak perlu seluruhnya, yang mengatakan,
bahwa para anggotanya seyogyanya dalam keadaan tertentu bertingkah laku
menurut cara yang tertentu.19 Namun, hukum itu hampir senantiasa tertinggal
di belakang objek yang diaturnya. Kenyataan mengenai tertinggalnya hukum
dibelakang masalah yang diaturnya sering dikatakan sebagai ciri hukum yang
khas. Dalam kenyataan sosial, keadaan atau peritiwa baru dapat timbul yang
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan di dalam masyarakat, dan
yang lebih fundamental sifatnya adalah perubahan di bidang sosial itu sendiri.
Keadaan-keadaan baru yang timbul memang memengaruhi masayarakat.20
Mahkamah Agung berpendapat bahwa, tidaklah dapat dibenarkan
kalau karena kekosongan hukum maka kenyataan dan kebutuhan sosial
seperti tersebut diatas dibiarkan tidak terpecahkan secara hukum, karena
membiarkan masalah tersebut berlarut-larut secara pasti akan menimbulkan
dampak-dampak negatif pada segi kehidupan bermasayarakat.21 Hans Kelsen

16
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at. 2012.Teori Hans Kelsen Tentang Hukum. Konpress.
Jakarta. Hlm 50.
17
Ibid. Hlm 56.
18
Ibid. Hlm 25.
19
Satjipto Raharjo. 1980. Hukum dan Masyarakat. Penerbit Angkasa. Bandung. Hlm. 76-77
20
Loc cit.
21
Sudikono Mertokusumo. 2009. Penemuan Hukum, Sebuah Pengantar. Liberty. Yogyakarta. Hlm
108

19
dalam B. Arief Sidharta menyatakan bahwa, norma pada dasarnya
menunjukkan sebuah preskripsi atau perintah. Ia berarti bahwa sesuatu
seharusnya ada atau terjadi. Norma adalah makna dari sebuah Tindakan
kemauan yakni sebuah Tindakan yang ditujukan, pada tingkah laku dari orang
lain, sebuah tindakan yang maknanya adalah orang (orang-orang) lain
seharusnya bertingkah laku dengan cara tertentu.22

2. Teori Perlindungan Hukum


Menurut Satjipto Rahardjo hukum hadir dalam masyarakat adalah
untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan
yang bisa bertubrukan satu sama lain. Pengkoordinasian kepentingan-
kepentingan tersebut dilakukan dengan cara membatasi dan melindungi
kepentingan-kepentingan tersebut.23 Menurut Soerjono Soekanto,
perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi
manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan
kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang
diberikan oleh hukum.24 Menurut CST Kancil, perlindungan hukum adalah
penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh
hukum saja. Perlindungan yang di berikan oleh hukum, terkait pula dengan
adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai
subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta
lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban
untuk melakukan sesuatu tindakan hukum.25

3. Teori Kepastian Hukum


Kepastian hukum menurut Ahmad Ali adalah “Scherkeit des Rechts
Selbts” (Kepastian tentang hukum itu sendiri).26 Ronald Dworkin menyatakan

22
Hans Kelsen, alih bahasa oleh B. Arief Sidharta. 2013. Hukum dan Logika. P.T. Alumni.
Bandung. Hlm 5-6
23
Satjipto Rahardjo. 2000. Ilmu Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung. Hlm.53
24
Soerjono Soekanto. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. UI-Perss. Jakarta. Hlm.133
25
CST Kancil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Hlm. 102
26
Titik Tejaningsih. 2016. Perlindungan Terhadap Kreditor Separatis Dalam Pengurusan dan
Pemberesan Harta Pailit. FH UII Press. Yogyakarta. Hlm. 27

20
bahwa “we live in and by law …, how can the law command when the law
books are silent or unclear or ambiguous?” Bahwa dalam situasi dimana
terdapat ketidakjelasan peraturan, maka akan menyebabkan hukum tidak
dapat mengatur sebagaimana mestinya.27 Menurut Kelsen, hukum adalah
sebuah sistem norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek
“seharusnya” atau das sollen, dengan menyertakan beberapa peraturan
tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi
manusia yang deliberatif. Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang
bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam
bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama individu maupun dalam
hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi
masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu.
Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian
hukum.28

4. Teori Keadaan Darurat.


Keadaan Darurat secara terminologis berkaitan dengan “emergency
doctrine” yang dalam Black’s Law Dictionary diartikan sebagai berikut:29
1. A legal principle exempting a person from the ordinary standard of
reasonable care if that person acted instinctively to meet a sudden and
urgent need for aid.
2. A legal principle by which consent to medical treatment in a dire
situation is inferred when neither the patient nor a responsible party can
consent but a reasonable person would do so.
3. The principle that a police officer may conduct a search without a
warrant if the officer has probable cause and reasonably beleieves that
immediate action is needed to protect life or property.
Menurut Jimly Asshiddiqie, pengertian yang pertama berkaitan
dengan konsep sudden-emergency doctrine atau doktrin keadaan darurat tiba-
tiba. Pengertian yang kedua biasa dipakai di dunia kedokteran dan pelayanan
27
Ibid.
28
Peter Mahmud Marzuki. 2008. Pengantar Ilmu Hukum. Kencana. Jakarta. Hlm. 158
29
Jimly Asshiddiqie. 2007. Hukum Tata Negara Darurat. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Hlm. 57

21
medis. Sedangkan pengertian yang ketiga berkenaan dengan persoalan
“emergency exception”. Pengertian yang mempunyai relevansi dengan hukum
adalah pengertian yang pertama dan yang ketiga. Mengenai penerapannya
dalam norma dan pelaksanaannya di lapangan, terdapat keanekaragaman yang
luas dari dulu sampai dengan sekarang dan dari satu negara ke negara yang
lain.30 Keadaan darurat atau menurut Jimly Asshiddeqy juga bisa disebut
keadaan bahaya, ada berbagai macam variasinya. Keadaan bahaya dan
keadaan darurat dapat dikaitkan dengan keadaan-keadaan :31
1. Keadaan bahaya karena ancaman perang yang datang dari luar negeri
(external aggression or foreign invasion).
2. Keadaan bahaya karena tantara nasional sedang berpergian di luar negeri.
3. Keadaan bahaya karena peperangan yang terjadi di dalam negeri atau
ancaman pemberontakan bersenjata oleh klompok separatis di dalam
negeri.
4. Keadaan bahaya karena kerusuhan sosial yang menyebabkan fungsi-fungsi
pemerintahan konstitusional tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
5. Keadaan bahaya karena terjadinya bencana alam (natural disaster) atau
kecelakaan yang dahsyat yang menimbulkan kepanikan, ketegangan, dan
mengakibatkan mesin pemerintahan konstitusional tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
6. Keadaan bahaya karena tertib hukum dan administrasi negara tidak dapat
dijalankan sebagaimana mestinya sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
7. Keadaan bahaya karena kondisi keuangan negara seperti yang dalam UUD
Indoa disebut “financial emergency” dan kondisi administrasi negara yang
tidak mendukung atau dimana ketersediaan keuangan negara yang tidak
memungkinkan dilaksanakannya tugas-tugas pemerintahan oleh lembaga-
lembaga penyelenggara negara sebagaimana mestinya, sementara
kebutuhan untuk bertindak sudah sangat genting dan mendesak untuk
dilakukan.
Bencana menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor
30
Ibid.
31
Ibid. Hlm. 68-69

22
24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Bencana nonalam masih menurut ketentuan Pasal 1 angka
3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit.
Dengan mempertimbangkan bahwa tindakan-tindakan yang bersifat
perdata juga harus dicakup, menurut Jimly Asshiddiqie, karena sifat yang luar
biasa seringkali mengharuskan penguasa keadaan darurat mengubah struktur
dan mekanisme kerja berbagai lembaga negara dan pemerintahan, dengan
mempertimbangkan :32
1. Kewenangan untuk menangkap (power of arrest), menahan (power of
detention) dan untuk mengenakan pembatasan atas akses ke pengadilan
(power imposing restriction on acces to the judiciary).
2. Kewenangan yang berkenaan dengan imunitas yang dapat dinikmati oleh
para polisi, anggota pasukan keamanan lainnya, dan seterusnya (power
concerning immunities enjoyed by the police and members of the security
forces and so on).
3. Kewenangan untuk membatasai hak-hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental (powers imposing restriction on human rights and
fundamental freedom), termasuk untuk menunda berlakunya suatu hak
dan/atau kewajiban-kewajiban perdata.
4. Kewenaangan untuk mengubah prosedur acara peradilan dan pemidanaan
(powers concerning modification of trial procedures and punishment), dan
menetapkan peraturan yang bersifat khusus atau darurat (emergency
legislations).
5. Kewenangan untuk mengubah struktur dan mekanisme hubungan

32
Ibid. Hlm. 76

23
antarlembaga negara sesuai dengan kebutuhan untuk mengatasi keadaan
darurat.
Dalam era negara hukum dalam keadaan pengecualian, kebebasan-
kebebasan tertentu dari rakyat baik yang asasi maupun yang bukan asasi
dikecualikan keberlakuannya untuk sementara sesuai keadaan dan urgensi
tegaknya hukum. Kebebasan-kebebasan rakyat yang paling minim adalah
dalam keadaan perang, sedangkan keadaan lainnya sesuai dengen keperluan
pada wilayah dan tempat tertentu untuk menegakkan ketertiban, keamanan
dan ketentraman.33 Keberlakuan Undang-Undang dapat disisihkan termasuk
dalam hal ini dapat dilakukan tindakan yang bertentangan dengan preskripsi
undang-undang jika terpenuhi syarat situasionalnya yaitu keadaan yang
abnormal.34
Penyimpangan negara hukum oleh administrasi negara dapat terjadi
dikarenakan oleh pertimbangan :35
a. Doelmatigheid atau ketepatgunaan;
b. Efficiency atau efisiensi;
c. Vermijding van alle verspilling atau penghindaran dari berbagai
pemborosan;
d. Vermijding van risco atau penghindaran resiko.

5. Kewenangan Notaris
Secara historis, Notaris adalah profesi tertua.36 Dalam

33
Willy D.S. Voll. 2013. Negara Hukum Dalam Keadaan Pengecualian. Sinar Grafika. Jakarta.
Hlm. 47
34
Krisna Djaya Darumurti. 2016. Diskresi Kajian Teori Hukum Dengan Postcript dan Apendiks.
Genta Publishing. Yogyakarta. Hlm. 19
35
Willy D.S. Voll. Loc.Cit. Hlm 46
36
Pada abad kelima sebutan notarius (notarii) itu diberikan kepada penulis (sekretaris) pribadi raja
(kaizer), sedangkan pada akhir abad kelima sebutan tersebut diberikan kepada pegawai-pegawai
istana yang melaksanakan pekerjaan administratif. Pejabat-pejabat yang dinamakan Notarii ini
merupakan pejabat-pejabat yang menjalankan tuga suntuk pemerintahan dan tidak melayani
publik (umum). Pejabat yang melayani umum dinamakan “tabelliones”. Mereka itu yang
menjalankan pekerjaan sebagai penulis untuk publik yang membutuhkan keahlian. Mereka
membuat akta-akta, rekes-reken dan lain sebagainya, namun demikian surat-surat yang dibuatnya
belum mempunyai sifat autentik. Baru selama masa kerajaan Romawi Barat diduduki oleh
bangsa Lombardia, dan sistem ketatanegaraan berubah, para Tabelliones yang cakap dipilih
sebagai Notarii kerajaan dan lambat laun Notarii kerajaan ini juga memberikan jasanya pada
publik dan nama Tabelliones lambat laun diganti nama dengan nama Notarius. H.R. Daeng Naja.
2012.Teknik Pembuatan Akta (Buku Wajib Kenotariatan). Penerbit Pustaka Yustisia.

24
perkembangannya, profesi Notaris digolongkan sebagai profesi yang
terhormat (officium nobile). Profesi notaris masuk dalam golongan profesi
terhormat adalah karena adanya faktor kepercayaan / trust dari masyarakat
secara umum maupun pengguna jasa notaris secara khusus. Jabatan notaris
dilaksanakan oleh seorang notaris untuk mempertahankan hak-hak serta
kewajiban-kewajiban para pihak / pengguna jasa notaris yang terdapat dalam
suatu akta yang dibuat atas kehendak para pihak pengguna jasa notaris itu.
Akta yang dibuat oleh seorang notaris, yang telah memenuhi ketentuan-
ketentuan baku atau memenuhi formalitas-formalitas yang ditentukan oleh
peraturan perundangan maka akta itu dapat digolongkan sebagai akta otentik.
Akta otentik ini amat erat hubungannya dengan adanya pembuktian dalam
suatu sengketa atau permasalahan di muka persidangan.37 Secara umum,
notaris bertugas dan berwenang untuk membuat alat bukti tertulis/surat bagi
para pihak pengguna jasa notaris.
Notaris sendiri adalah nama yang resmi yang diberikan oleh Undang-
Undang. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Notaris yaitu Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa Notaris adalah
pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau
berdasarkan undang-undang lainnya. Menurut ketentuan Pasal 19 ayat (1)
Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, notaris wajib
mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat kedudukannya.
Menurut ketentuan Bab III Kode Etik Notaris tentang Kewajiban
Larangan dan Pengecualian, pada Pasal 3 angka 8 disebutkan bahwa notaris
dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris
wajib menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut
merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam
melaksanakan tugas jabatan sehari-hari.
Menurut ketentuan Bab IV Kode Etik Notaris Tentang Sanksi, pada

Yogyakarta. Hlm 36
37
Ibid. Hlm 18-33

25
Pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa sanksi yang dikenakan terhadap anggota
yang melakukan pelanggaran Kode Etik dapat berupa :
a. Teguran;
b. Peringatan;
c. Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Perkumpulan;
d. Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;
e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan.
Kewenangan atau wewenang yang berasal dari kata “wenang”
mengandung arti hak dan kekuasaan untuk bertindak; kekuasaan membuat
keputusan, memerintah, dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.
Dalam bahasa Inggris, wewenang ini disebut dengan authority yang antara
lain berarti the power or right to enforce obedience (kekuasaan atau hak
untuk menegakkan kepatuhan). The power to enforce laws, exact obedience,
command, determine, or judge (kekuasaan untuk menegakkan hukum,
kepatuhan, perintah, ketentuan, atau putusan hakim).38Menurut Susi
Moeimam dan Hein Steinhauer sebagaimana dikutip oleh Ridwan, dalam
bahasa Belanda, istilah wewenang sering menggunakan kata bevoegheid,
meskipun istilah bekwaamheid pun ada yang menerjemahkan dengan
kewenangan atau kompetensi.39 Menurut Bagir Manan sebagimana dikutip
oleh Ridwan, tentang bevoegheid, istilah ini lazim dipadankan dengan
wewenang yang diartikan sebagai kekuasaan yang diberikan oleh atau
berdasarkan hukum atau disebut juga legal authority. Dalam bevoegheid
terkandung makna kemampuan untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu berdasarkan suatu atau beberapa ketentuan hukum.40
Menurut N.E. Algra dan H.C.J.C. Janssen wewenang itu dilekatkan
pada jabatan.41 Menurut Harun Al Rasyid tindakan sorang pemangku jabatan
hanya mengikat jabatan kalau dia melaksanakan suatu tindakan jabatan
(ambtshandeling), yaitu Tindakan yang dilakukan dalam kualitasnya sebagai
pejabat. Supaya dapat dibedakan dari Tindakan pribadi (prive handeling),
maka digunakan alat-alat formal seperti nama jabatan, cap jabatan, kertas
38
Ridwan. 2014. Diskresi dan Tanggung Jawab Pemerintah. FH UII Press. Yogyakarta. Hlm.110
39
Ibid. Hlm. 110-111
40
Ibid. Hlm. 112
41
Ibid. Hlm. 200

26
jabatan, sampul jabatan, tandatangan ketua serta sekretaris dan sebagainya.
Jadi, pada suatu Tindakan jabatan, pemangku jabatan tidak bertindak atas
namanya sendiri, melainkan atas nama jabatan yang dimilikinya.42
Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 15 Undang-
Undang Jabatan Notaris, kewenangan Notaris bisa dibedakan menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu :43
1. Kewenangan utama/umum, Pasal 15 ayat (1),
2. Kewenangan tertentu, Pasal 15 ayat (2), dan
3. Kewenangan lain-lain, Pasal 15 ayat (3).
Kewenangan utama/umum Notaris membuat akta otentik yang
menyangkut semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan, yang diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, dan menjamin kepastian
tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, Salinan, dan
kutipan akta semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang. Selanjutnya mengenai kewenangan tertentu
mengenai notaris, diatur di dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2) Undang-
Undang Jabatan Notaris, yang menyebut 7 (tujuh) macam kewenangan, yakni
mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus, membukukan surat-surat di
bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus, membuat kopi dari asli
surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana
ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan, melakukan
pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya, memberikan
penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta, membuat akta yang
berkaitan dengan pertanahan, atau membuat akta risalah lelang.44

42
Ibid.
43
Sjaifurrachman.2011. Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta. CV. Mandar
Maju. Bandung. Hlm.78
44
Ibid. Hlm. 78-81

27
H. Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa
dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.
Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah
berdasarkan suatu sistim, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal
yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.45 Penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder
belaka46. Objek kajian penelitian hukum normatif adalah pada hukum yang
dikonsepkan sebagai norma atau kaidah. Norma yang menjadi objek
kajiannya, meliputi undang-undang, peraturan pemerintah dan lain-lain.47
1. Metode Pendekatan
Pendekatan diartikan sebagai usaha dalam rangka aktivitas
penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti atau
metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.48
Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan, dan
pendekatan konseptual.
1. Pendekatan Perundang-Undangan merupakan pendekatan yang
digunakan untuk mengkaji dan menganalisis semua undang-undang
dan pengaturan yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang
ditangani.49 Kajian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai
aturan penutupan kantor notaris ditinjau dari Undang-Undang Jabatan
Notaris dan Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia dan perlindungan
hukum terhadap notaris yang tidak dapat menjalankan kewajiban
jabatannya pada saat bencana nonalam wabah korona (covid – 19).
2. Pendekatan Konseptual adalah pendekatan yang menggunakan
perundang-undangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam
ilmu hukum. Pendekatan konseptual dilakukan manakala peneliti tidak

45
Soerjono Soekanto.1986.Pengantar Penelitian Hukum.UI Press.Jakarta.hal 42
46
Seorjono Soekanto dan Sri Mamuji. 2014.Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat).
Jakarta. Rajawali. hlm. 13-14.
47
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani. 2016. Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan
Disertasi. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Hlm.13
48
Ibid. Hlm. 17
49
Ibid.

28
beranjak dari aturan hukum yang ada.50

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian preskriptif yaitu penelitian yang


bertujuan memberikan gambaran atau merumuskan masalah sesuai
dengan keadaan atau fakta yang ada.51

3. Sumber Bahan Hukum

Dalam penelitian hukum normatif maka sumber data yang utama


berasal dari data kepustakaan.52 Dalam kepustakaan hukum, maka
sumber datanya disebut bahan hukum. Bahan hukum adalah segala
sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan menganalisis
hukum yang berlaku. Menurut Soerjono Sukanto dan Sri Mamuji dalam
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, bahan hukum yang dikaji dalam
penelitian hukum normatif terdiri dari bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tersier.53 Penelitian ini menggunakan
bahan hukum primer, sekunder dan tersier, yaitu:
1. Bahan Hukum Primer :
a. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117.
b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3.
c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 66.
d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144.
e. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 20l8 tentang Kekarantinaan

50
Peter Mahmud Marzuki. 2011. Penelitian Hukum. Kencana Media Grup. Jakarta. Hlm. 310
51
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani. op. cit. Hlm. 9
52
Ibid. Hlm. 13
53
Ibid. Hlm. 16

29
Kesehatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 128 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6236.
f. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1959 Tentang Keadaan Bahaya, Lembaran Negara Tahun
1959 Nomor 139.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan
Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 91, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6487.
h. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Syarat Dan Tata Cara
Pengangkatan. Perpindahan. Pemberhentian, dan Perpanjangan
Masa Jabatan Notaris, Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 1727.
i. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020
Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus
Desease 2019 (Covid 19) Sebagai Bencana Nasional
j. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 33
Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Berita Daerah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2020 Nomor
55003.
2. Bahan Hukum Sekunder berupa hasil penelitian di bidang hukum,
buku-buku mengenai notaris, jurnal-jurnal hukum, doktrin para ahli
hukum, serta dokumen lain yang terkait dengan penelitian ini.

4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum


Bahan hukum yang dikaji dan dianalisis dalam penelitian hukum
ini meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier maka teknik untuk mengkaji dan mengumpulkan ketiga

30
bahan hukum itu yaitu menggunakan studi dokumenter. Studi dokumenter
merupakan studi yang mengkaji tentang berbagai dokumen-dokumen baik
yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan maupun dikumen-
dokumen yang sudah ada.54

5. Metode Penyajian Data


Data yang diperoleh dalam penelitian akan disajikan dalam bentuk
uraian teks naratif yang disusun secara sistematis, logis dan rasional dengan
cara menggabungkan dan menghubungkan data yang diperoleh satu sama lain
untuk kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang sedang diteliti untuk
kemudian diperoleh suatu kesatuan yang utuh.

6. Metode Analisis
Analisis data diartikan sebagai proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan
oleh data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum normatif
adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis data yang
tidak menggunakan angka, melainkan memberikan gambaran-gambaran
(deskripsi) dengan kata-kata atas temuan, dan karenanya ia lebih
mengutamakan mutu/kualitas dari data. Metode penafsiran yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu :
1. Interpretasi gramatikal, yaitu suatu cara menafsirkan Undang-Undang
menurut arti kata atau istilah yang terdapat dalam Undang-Undang.
2. Interpretasi Sistematis, yaitu suatu proses penafsiran Peraturan Perundang-
Undangan yang dihubungkan dengan aturan peraturan perundang-
undangan atau peraturan hukum lainnya sebagai suatu sistem hukum.

54
Ibid. Hlm. 19

31
Daftar Pustaka

Buku
Adjie, Habib.2009.Sanksi Perdata & Administratif Terhadap Notaris sebagai
Pejabat Publik. PT. Refika Aditama.Bandung.
_______.2011.Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha
Negara.PT. Refika Aditama. Bandung.
_______.2014.Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No.30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris). PT. Refika Aditama.Bandung.
Asshiddiqie, Jimly dan M. Ali Safa’at. 2012. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum.
Konpress. Jakarta.
Asshiddiqie, Jimly. 2007. Hukum Tata Negara Darurat. PT RajaGrafindo
Persada. Jakarta.
Darumurti, Krisna Djaya.2016. Diskresi Kajian Teori Hukum Dengan Postcript
dan Apendiks. Genta Publishing. Yogyakarta.
Kelsen, Hans alih bahasa oleh B. Arief Sidharta. 2013. Hukum dan Logika. P.T.
Alumni. Bandung.
_______, Hans alih bahasa oleh Raisul Muttaqien.2016.Teori Hukum Murni,
Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif. Nusa Media.Bandung.
HR, Ridwan. 2003. Hukum Administrasi Negara. UII Press. Yogyakarta.
HS, Salim dan Erlies Septiana Nurbani. 2016. Penerapan Teori Hukum pada
Penelitian Tesis dan Disertasi. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Kansil, CST. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta.
Marzuki, Peter Mahmud. 2011. Penelitian Hukum. Kencana Media Grup. Jakarta.
_______. 2008. Pengantar Ilmu Hukum. Kencana. Jakarta.
Mertokusumo, Sudikono. 2009. Penemuan Hukum, Sebuah Pengantar. Liberty.
Yogyakarta.
Naja, H.R. Daeng. 2012. Teknik Pembuatan Akta (Buku Wajib Kenotariatan).
Penerbit Pustaka Yustisia. Yogyakarta.
Pramudya, Kelik dan Ananto Widiatmoko.2010.Pedoman Etika Profesi Aparat
Hukum.Pustaka Yustisia. Yogyakarta.

32
Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung.
_______. 1980. Hukum dan Masyarakat. Penerbit Angkasa. Bandung.
Ridwan. 2014. Diskresi & Tanggung Jawab Pemerintah. FH UII Press.
Yogyakarta.
Soekanto, Seorjono dan Sri Mamuji. 2014. Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Tinjauan Singkat). Rajawali. Jakarta.
_______. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. UI-Perss. Jakarta.
_______.1986.Pengantar Penelitian Hukum.UI Press.Jakarta.
Voll, Willy D.S. 2013. Negara Hukum Dalam Keadaan Pengecualian. Sinar
Grafika. Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 20l8 tentang Kekarantinaan Kesehatan,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 128
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6236.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1959 Tentang
Keadaan Bahaya, Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 139.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19), Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6487.

33
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2014 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pengangkatan.
Perpindahan. Pemberhentian, dan Perpanjangan Masa Jabatan Notaris,
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1727.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 Tentang
Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Desease 2019
(Covid 19) Sebagai Bencana Nasional
Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 33 Tahun 2020
Tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Berita Daerah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2020 Nomor 55003.

Sumber Lain
Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia (INI), Tahun 2015.

Website
Sahbani, Agus. www.hukumonline.com/berita/baca/lt5eb5b563efcc7/kantor-
notaris-diizinkan-beroperasi-saat-psbb-di-jakarta-asalkan/ diakses
pada tanggal 24 Desember 2020.
Syafrida dan Ralang Hartati. Bersama Melawan Virus Covid 19 di Indonesia.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15325/pdf.
diakses pada tanggal 03 November 2020.

34
SISTEMATIKA TESIS

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSYARATAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
ABSTRACK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Orisinalitas Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Kewajiban Hukum
B. Teori Perlindungan hukum
C. Teori Kepastian Hukum
D. Teori Keadaan darurat
E. Kewenangan notaris.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
B. Tipe Penelitian
C. Sumber Data
D. Metode Pengumpulan Bahan Hukum
E. Metode Penyajian Data
F. Metode Analisis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

35
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

36

Anda mungkin juga menyukai