TESIS
Diusulkan Oleh :
TESIS
Diusulkan Oleh :
TESIS
Lembar Persetujuan
Usulan Penelitian Tesis Untuk Diseminarkan
Di hadapan Tim Pembimbing dan Pembahas
Pada Tanggal : .......... Bulan ........ Tahun ......
Oleh :
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum UNTAN,
COVER
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI..................................................................................................i
1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
2. METODE PENELITIAN.......................................................................18
3. SISTEMATIKA PENULISAN..............................................................21
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
sadar dan dituangkan dalam bentuk yang resmi sebagaimana yang diatur
1
grosse,salinan-salinan dan kutipan-kutipannya, semua itu sejauh
yang dibuat secara tertulis oleh pemberi hibah dengan tangan sendiri dan
tidak harus melalui notaris. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan
otentik atau dengan surat dibawah tangan yang kemudian disaksikan oleh
perselisihan di antara ahli waris atau adanya tuduhan bahwa surat hibah
wasiat dibawah tangan yang diwarmerking, yaitu surat hibah wasiat yang
diberi tanda tangan oleh pihak pemberi hibah pada setiap lembaran surat
tentang keabsahan dan kekuatan hukum surat hibah wasiat tersebut serta
2
upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari atau menyelesaikan
dalam hal pemberian harta benda kepada orang lain. Surat hibah adalah
perjanjian yang dibuat oleh pemberi hibah untuk memberikan harta benda
kepada pihak yang dituju tanpa syarat imbalan. Namun, dalam praktiknya,
seringkali terdapat permasalahan terkait sah atau tidaknya surat hibah dan
wasiat dibawah tangan, terutama jika surat tersebut tidak dilakukan dengan
kepada pihak lain, baik itu keluarga, kerabat, maupun orang lain di luar
keluarga.
tersebut harus dibuat dengan jelas dan lengkap, termasuk identitas pihak
yang memberi hibah, identitas pihak yang menerima hibah, serta rincian
harta benda yang diberikan. Kedua, dokumen tersebut harus dibuat dengan
3
benar dan sah, sehingga dapat dianggap sebagai bukti yang dapat diterima
di pengadilan.
mempunyai kekuatan hukum sebagai bukti sah atas niat pemberian harta
benda dari penulis surat kepada pihak penerima. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisis yuridis terkait surat hibah wasiat dibawah tangan yang
tentang Wasiat, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Tata Cara
Penggugat yaitu :
4
Melakukan gugatan kepada Pengadilan Negeri Pontianak dengan
Tergugat,yaitu :
Penggugat.
Tahun 1956) menikah dengan Muna (Wafat Tahun 1939) yang dimana mereka
menikah dengan Umar dan memiliki dua orang anak yaitu Dasima
dan Adam. Anak kedua Hamidah menikah dan memiliki tujuh orang
5
Moeha dan Hamidah memiliki sebidang tanah berdasarkan Surat Jual
Beli Surat asal yang bertanda tangan di atas Nama H. RAHMAT Bin
Desember 1936.
tanah diatas dengan ukuran Lebar 12,5 Depa dan Panjang 200 Depa,
saat ini.
6
pihak yang tidak melakukan perbuatan hukum, atau masih dibawah
dugaan pemalsuan surat dan tanda tangan MINAH BIN USMAN dan
7
Surat Jual Beli No.39/L-56/K.B.B tanggal 23 Oktober 1956 dan
Surat Jual Beli tanggal 19 Oktober 1959 dinyatakan batal. Surat Hibah
dengan palsu dengan cara menakut nakuti dengan tekanan ahli waris
8
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk
16/Pdt.G/2019/PN.PTK)”
waarmerkingkan ?
Nomor 285/PK/Pdt/2019 ?
1. JUDUL TESIS :
RUMUSAN MASALAH :
9
a. Apakah kewenangan Notaris dalam akta yang di warmerking
2. JUDUL TESIS :
BUKTI DIPENGADILAN
RUMUSAN MASALAH :
bukti dipengadilan ?
Nomor 16/Pdt.G/2019/PN.PTK.
perkara 285/PK/Pdt/2021.
10
1.5. Manfaat Penelitian
11
Dalam hal ini kita mempergunakan teori-teori ilmiah sebagai alat
bantu kita dalam memecahkan permasalahan.1
a. Pembuktian
c. Notaris
1
Mardalis, 2004, Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: PT
Bumi Aksara, hlm. 41.
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia https://kbbi.kemdikbud.go.id/, diakses pada
tanggal 12 februari 2023 pukul 20:17 WIB
3
Sarwono, 2010, Hukum Acara Teori dan Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, hlm.
62.
4
Husni Thamrin, 2011, Pembuatan Akta oleh Notaris, Yogyakarta: Laksbang
Pressindo, hlm. 17.
12
Notaris adalah pejabat umum yang memiliki kewenangan
untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan
umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk
dinyatakan dalam suatu akta yang dibuat oleh Notaris, menjamin
kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan
grosse, salinan dan kutipannya, semuannya sepanjang pembuatan
akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.5
d. Waarmerking
Notaris
13
e. Putusan Pengadilan
7
Asnawi & M Natsir, 2014, Hermeneutika Putusan Pengadilan, Yogyakarta:
UII Press, Yogyakarta, hlm. 13-14.
8
Arief, Sidharta, 2007, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu
Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum, Bandung: PT Refika, hlm. 8.
14
Gustav Radbruch mengemukakan 4 (empat) hal
mendasar yang berhubungan dengan makna kepastian teori
hukum, yaitu :
1. Hukum itu positif, artinya bahwa hukum positif
itu adalah perundang- undangan.
2. Hukum itu didasarkan pada fakta, artinya didasarkan pada
kenyataan.
3. Fakta harus dirumuskan dengan cara yang jelas
sehingga menghindari kekeliruan dalam
pemaknaan, di samping mudah dilaksanakan.
4. Hukum positif tidak boleh diubah.9
memperkarakan di pengadilan.10
b) Teori Pembuktian
https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2013/02/05/memahami-kepastian-dalam-
9
15
Pembuktian berasal dari kata “bukti” yang dalam
c) Teori Kewenangan
16
negara oleh undang-undang, kewenangan delegasi dan mandat
adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan.13
tangan.
d) Teori Perjanjian
13
Hadjon M Philipus, 2001, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, hlm.72.
14
I Dewa Gede, 2018, Teori-Teori Hukum, Malang: Setara Press, Malang, hlm.
24.
15
Ridwan HR, 2016, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Pers, hlm.
101.
17
menentukan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
18
Pasal 1313 BW, sehingga secara lengkap pengertian kontrak atau
judul penelitian.
suatu sistem yang harmonis tentang arah dan konsep dasar yang
penulisan.20
19
Syahmin AK, 2006, Hukum Kontrak Internasional, Jakarta: Rjagrafindo
Persada, hlm. 39.
20
Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press,
hlm. 132.
19
Oleh karena terjadinya perkara atas hibah wasiat dibawah
2. Metode Penelitian
dikumpulkan.22
21
Zamaludin Ali, 2016, Metode Penelitian Hukum, Cetakan ke-7, Jakarta:
Sinar Grafika, hlm. 18.
22
Peter Mahmud Marzuki, 2015, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenadamedia
Group, hlm. 35.
20
bahan- bahan yang berasal dari berbagai peraturan perundang-undangan
dan bahan lain dari berbagai literatur yang mempunyai korelasi dan
hukum dan pendapat para sarjana. Dengan kata lain penelitian ini
sekunder yang dimaksud terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
2) Peraturan Perundang-undangan
21
Bahan-bahan yang memberikan informasi atau hal-hal lain yang
1) Buku-buku literatur
2) Jurnal hukum
dijadikan referensi.
22
yang dirumuskan dan kemudian disistematiskan sehingga menghasilkan
4. Sistematika Penelitian
sebagai berikut :
Waarmerking.
23
mengenai referensi-referensi yang digunakan Penulis
24
BAB II
YANG DI WAARMERKING
43
akta autentik dengan ciri berkekuatan hukum. Ini diterapkan di
1617 sampai 1629, guna keperluan para penduduk dan para pedagang
44
tersebut hanya terdiri dari 10 (sepuluh) pasal, antara lain menetapkan
1860:3).
45
(Burgerlijk Wetboek/BW), terutama Buku Keempat dalam pasal-pasal
sebaliknya terhadap bantahan atas hak orang lain (Pasal 1865 BW);
b. Bahwa salah satu alat bukti ialah tulisan dalam bentuk autentik dan
46
Undang-Undang yang mengatur tentang jabatan Notaris, sehingga
sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga
47
Definisi Notaris menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
28
A.A. Andi Prajitno, 2010, P engetahuan Praktis Tentang Apa dan Siapa Notaris di
Indonesia, Putra Media Nusantara, Surabaya, hal. 26
48
Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, wewenang, dan
hak pada seorang pegawai dalam suatu organisasi. Jabatan merupakan suatu
bidang pekerjaan atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk
yakni pendukung hak dan kewajiban. Agar suatu jabatan dapat berjalan maka
jabatan tersebut disandang oleh subjek hukum lainnya yaitu orang. Orang
diperlukan oleh sistem hukum negara maka jabatan Notaris akan tetap
Indonesia yang menganut prinsip negara hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD
bukti yang menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai
subjek hukum dalam masyarakat. Salah satu jaminan atas kepastian hukum
29
Borman, M. S., (2019), Kedudukan Notaris Sebagai Pejabat Umum Dalam Perspektif
Undang-Undang Jabatan Notaris, http://repository.unitomo.ac.id/id/eprint/1606, diakses pada
tanggal 14 Februari 2023, hal. 78.
49
yang memberikan perlindungan hukum adalah alat bukti yang terkuat dan
merujuk pada tugas dan wewenang yang dijalankan oleh Notaris. Artinya
membuat akta otentik serta kewenangan lainnya yang diatur oleh Undang-
dalam pengertian bahwa apa yang tersebut dalam akta otentik itu pada
a. Unsur kebenaran;
30
Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum
dan Etika, UII Press, Yogyakarta, hal. 14.
50
b. Unsur keabsahan;
d. Unsur kejelasan.
(3) UUJN).
51
d) Melakukan pengesahan, kecocokan fotokopi dengan surat
aslinya;
e) Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan
akta;
f) Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g) Membuat akta risalah lelang.
Perundang-undangan
ayat (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan lain yang
a. 31
Pengertian Tanggung Jawab Notaris
31
Wahyu Untara, 2015, Kamus Bahasa Indonesia, Indonesia Tera, Jakarta, hal. 508.
52
yang telah diwajibkan kepadanya.32 Berhubungan dengan ini menurut
pelaksaan kekuasaannya.33
dimengerti dan sesuai dengan kahendak para pihak, yaitu dengan cara
undangan yang terkait bagi para pihak penanda tangan akta. Dengan
demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau
53
Menurut Sudikmo Mertokusumo akta adalah surat yang diberi
tanda tangan yang memuat peristiwa yang menjadi dasar dari suatu hak atau
tulisan yang memang sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu
peristiwa sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu tulisan yang
memang sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan
ditandatangani.36
Notaris yang selanjutnya disebut akta adalah akta autentik yang dibuat
oleh atau dihadapan Notaris, menurut bentuk dan tata cara yang
akta Notaris yaitu akta yang di buat oleh Notaris dan akta yang di buat
tangan.”
35
Sudikno Mertokusumo, 2009, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta,
hal. 151.
36
Ahdiana Yuni Lestari & Endang Heriyani, 2008, Dasar-Dasar Pembuatan Kontrak
dan Aqad, Yogyakarta, Lab Hukum Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta, hal. 24.
54
Menurut bentuknya sendiri akta dibagi menjadi 2 (dua) macam
yaitu akta otentik dan akta dibawah tangan, berikut akan dijelaskan
1. Akta Otentik
atau surat yang dibuat di hadapan atau oleh Notaris dengan para
saksi, dalam Pasal 165 H.I.R bahwa akta otentik adalah : “Akta
bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta
segala hal yang disebut didalam surat itu dan juga tentang yang
yaitu terdapat dalam Pasal 1868 “Suatu akta yang dibuat dalam
pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat.”
Menurut Pasal 165 HIR dan Pasal 285 Rbg dijelaskan bahwa Akta
otentik yaitu : “Akta otentik adalah suatu akta yang dibuat oleh atau
dihadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu, merupakan bukti yang
lengkap antara para pihak dari para ahli warisnya dan mereka yang
55
mendapat hak dari padanya tentang yang tercantum di dalamnya dan
bahkan sebagai pemberitahuan belaka, akan tetapi yang terakhir ini hanya
merupakan akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut
bentuk dan tata cara yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Akta
yang dibuat sedemikian dan yang memuat uraian dari apa yang dilihat dan
disaksikan serta dialaminya itu dinamakan akta yang dibuat oleh Notaris
adalah yang membuat para pihak dan disaksikan oleh pejabat tersebut.
Akta ini berisikan suatu cerita dari apa yang terjadi karena perbuatan yang
dan untuk keperluan pihak lain itu atau melakukan perbuatan itu
Notaris didalam suatu akta otentik, akta yang sedemikian ini dinamakan
37
Irawan Soerodjo, 2003, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, Arkola,
Yogjakarta, hal. 35.
56
Akta dibawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk
belah pihak atau dikuatkan oleh alat bukti lainnya. Apabila para
isinya dan apa yang tertulis dalam surat perjanjian itu, maka akta
sama dengan suatu akta autentik atau resmi.38 Akta dibawah tangan
berwenang;
membuatnya;
57
Lebih lanjut M. Yahya Harahap menjelaskan bahwa akta
sendiri tanpa bantuan alat bukti lain dan dengan demikian pada
2.4. Tinjauan Umum Hibah dan Hibah Wasiat dalam Bulgerlijk Wetboek
Menurut BW, Hibah dibagi menjadi dua bentuk yaitu Hibah dan
hibah dan hibah wasiat dalam BW meskipun hampir sama namum ada unsur yang
membedakan kedua.
Salah satu perbedaan mendasar dari hibah dan hibah wasiat adalah
pelaksanaan hibah dilakukan semasa sebenarnya istilah hibah dan hibah wasiat
dalam BW meskipun hampir sama namun ada unsur yang membedakan keduanya.
Salah satu perbedaan mendasar dari hibah dan hibah wasiat adalah pelaksanaan
hibah dilakukan semasa pemberi hibah masih hidup sedangkan untuk hibah
40
Ibid, hal. 547
58
wasiat, pelaksanaannya hanya dapat dilakukan setelah pemberi hibah wasiat
Hibah adalah suatu pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain
dilakukan pada waktu penghibah masih hidup. Biasanya pemberian tersebut tidak
akan pernah dicela oleh sanak keluarga yang tidak menerima pemberian itu. Oleh
karena itu, pada dasarnya seorang pemilik harta kekayaan berhak dan leluasa
Adapun menurut Kansil, “hibah adalah suatu perjanjian di mana pihak pertama
akan menyerahkan suatu benda karena kebaikannya kepada pihak lain yang
dalam Pasal 1666 BW bahwa hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si
penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik
41
Eman Suparman, 2005, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif
42 30
CST Kansil, 2002, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
59
menerima penyerahan itu. Berdasarkan rumusan pasal tersebut, dapat diketahui
c. Yang menjadi objek perjanjian hibah adalah segala harta benda milik
penghibah, baik benda berwujud maupun benda tidak berwujud, benda tetap
dunia;
Adapun pengertian tentang hibah wasiat diatur dalam Pasal 957 BW.
Terkait hibah wasiat ini, masih kurang literatur yang membahas secara terpisah
dengan hibah. Bahkan beberapa masih menyamakan antara hibah dan hibah
wasiat, padahal keduanya adalah hal yang berbeda. Berdasarkan Pasal 957 BW
hibah wasiat didefinisikan sebagai suatu penetapan wasiat yang khusus, dengan
43
Maman Suparman, 2015, Hukum Waris Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 136
60
bergerak atau tak bergerak atau memberikan hak pakai hasil atas seluruh atau
Burgerlijk Wetboek mengatur hibah dan hibah wasiat dalam Buku yang
yakni di dalam Buku Ketiga Bab X tentang hibah (Pasal 1666-1693 BW),
sementara hibah wasiat dalam Buku Kedua tentang pewarisan. Hal ini karena
pelaksanaan hibah dilakukan saat seseorang masih hidup sehingga salah satu
syarat untuk proses pewarisan yakni adanya seseorang yang meninggal dunia
sudah ada pada saat penghibahan itu terjadi. Jika hibah itu mencakup barang-
barang yang belum ada, maka penghibahan batal sekadar mengenai barang-barang
barang yang telah dihibahkan karena penghibahan demikian dipandang tidak sah.
atau memungut hasil barang bergerak atau barang tidak bergerak yang dihibahkan,
atau menggunakan hak itu untuk keperluan orang lain dengan syarat
61
Pada prinsipnya, hibah tidak dapat ditarik kembali sebagaimana telah
diatur dalam Pasal 1666 BW. Namun berdasarkan alasan yang telah ditetapkan
tidak dapat ditarik kembali atau dihapuskan karenanya, melainkan dalam hal-hal
yang berikut:
dilakukan;
Dalam hal terjadi penarikan hibah, maka segala barang yang telah
dari beban-beban yang melekat di atas barang tersebut. Misalnya barang yang
dihibahkan yang sedang dijadikan jaminan hak tanggungan atau fiducia, maka
kepada pemberi hibah.45Jika penerima hibah beritikad tidak baik atau buruk
44
Maman Suparman, Op.cit., hlm. 137
45
Eman Suparman, Op.cit., hlm. 87
62
Dasar hukumnya dapat dilihat pada ketentuan Pasal 1689 BW yang menyebutkan
bahwa “si penghibah dapat menuntut hibah kembali, bebas dari beban hipotik
hibah atas benda yang dihibahkan”. Hal ini untuk menjamin agar pemberi hibah
tidak dirugikan karena tindakan penerima hibah terhadap barang yang dihibahkan
tersebut.
Adapun menurut Pasal 1690 BW, pada pokoknya berarti benda yang
hibah tersebut telah didaftarkan lebih dahulu oleh penerima hibah. Hal ini karena
apabila penuntutan kembali yang dilakukan oleh pemberi hibah dikabulkan maka
46
Maman Suparman, Loc.cit.
63
4
hibah, juga harus ada saat menerima hibah. Hal ini mengacu pada
tanda tangan para pihak yang tercantum dalam akta dibawah tangan,
artinya tanda tangan para pihak yang tercantum dalam akta tersebut,
47
Tan Thong Kie, 2007, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek
48
Yusrizal, Kiagus (2008) “Tinjauan hukum terhadap kekuatan pembuktian akta dibawah tangan
dihubungkan dengan kewenangan Notaris dalam pasal 15 ayat (2) UU Nomor 30 tahun 2004 tentang
5
Hanya mempunyai kepastian tanggal aja dan tidak ada kepastian tanda
tangan.
surat di bawah tangan yang didaftarkan oleh notaris tidak memiliki dasar
sebagaimana legalisasiataupengesahan.49
15N.G. Yudara, Pokok-pokok Pemikiran disekitar kedudukan dan fungi Notaris serta
49
akta Notaris Menurut Sistem Hukum di Indonesia, Renvoi, Nomor. 10.34.III, Tanggal 3 Maret
2006.
7
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Kamus Pusat Bahasa, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta Pusat.
Mardalis, 2004, Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal, PT Bumi Aksara,
Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2015, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta.
Salim HS, 2018, Peraturan Jabatan Notaris, Sinar Grafika, Jakarta Timur.
8
Sarwono, 2010, Hukum Acara Teori dan Praktek, Sinar Grafika, Jakarta.
Zamaludin Ali, 2016, Metode Penelitian Hukum, Cetakan ke-7, Sinar Grafika, Jak
arta.
JURNAL
WEBSITE
https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2013/02/05/memahami-kepastian-dalam-
hukum/diakses pada tanggal 31 Januari 2023 pukul 15.53 WIB