PERJANJIAN WARALABA
Oleh:
3. Tujuan Penelitian.....................................................................................................8
4. Manfaat Penelitian...................................................................................................9
5. Tinjauan Pustaka......................................................................................................9
6. Metode Penelitian....................................................................................................15
Daftar Bacaan..................................................................................................................24
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
barang dan jasa yang merupakan kerjasama antara pengusaha Indonesia dan
Salah satu kerjasama barang dan jasa tersebut adalah franchise (waralaba). Pada
hak atas kekayaan intelektual dan sistem kegiatan operasional oleh pemberi
menjadi lembaga hukum yang mengatur mengenai suatu hubungan hukum antara
pemberi waralaba dan penerima waralaba yang diatur dalam sebuah perjanjian
waralaba. Franchise (waralaba) merupakan sebuah model bisnis yang telah terbukti
berhasil dan banyak pengusaha menggunakan model bisnis tersebut saat ini.
Jenis akta yang dibuat oleh Notaris adalah Akta otentik berdasarkan
Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh yang mempunyai
Begitu pentingnya fungsi dari akta Notaris tersebut, oleh karena itu untuk
menghindari tidak sahnya dari suatu akta, maka lembaga Notaris diatur didalam
Peraturan Jabatan Notaris untuk selanjutnya ditulis (PJN), yang sekarang telah
diganti oleh UUJN. Notaris sebagai salah satu pejabat yang mempunyai peranan
melalui akta otentik tersebut yang dibuat dihadapannya, maka otentik merupakan
alat bukti yang kuat dan apabila terjadi sengketa di Pengadilan kecuali dapat
para pihak yang membuatnya. Apabila terjadi suatu sengketa terhadap akta
Dimana pada umumnya suatu perjanjian dapat dibuat secara bebas, bebas
itu sendiri, yaitu tertulis dan tidak tertulis. Pasal 1338 ayat (1) BW menyatakan
bahwa, semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
adalah asas yang menduduki posisi sentral didalam hukum kontrak, meskipun asas
ini tidak dituangkan menjadi aturan hukum namun mempunyai pengaruh yang
sangat kuat dalam hubungan kontraktual para pihak.1 Dari asas ini dapat
dan berisi apa saja dan perjanjian itu mengikat mereka yang membuatnya seperti
suatu undang-undang.
akibat dari kesalahan atau kelalaian Notaris saja di dalam membuat akta. Tetapi
pembatalan akta Notaris juga dapat disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian para
pihak yang saling mengikatkan diri dalam akta tersebut, sehingga dengan adanya
kesalahan atau kelalaian menyebabkan adanya gugatan dari salah satu pihak. Di
dalam proses perdata, tidak jarang seorang Notaris berada pada kedudukan
sebagai turut tergugat yang diberikan sebagai upaya yang dipaksakan, karena di
dalam akta notariil khususnya Partij Acte yang kemudian menjadi alat bukti untuk
perkara perdata.
suatu perbuatan hukum sebagaimana yang diterangkan dalam akta notariil yang
1
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam kontrak komersial, Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, h. 108.
2
Djoko Sukisno, Pengambilan Fotocopy Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris (Mimbar Hukum
vol.20 nomor 1), 2008, h. 52.
5
Dalam suatu gugatan yang menyatakan bahwa akta Notaris tidak sah,
maka harus dibuktikan ketidakabsahannya baik dari aspek lahiriah, formal, dan
materiil. Jika tidak dapat membuktikannya, maka akta yang bersangkutan tetap
sah mengikat bagi para pihak yang berkepentingan atas akta tersebut. Jika akta
tersebut dapat dibuktikan di persidangan, maka ada salah satu aspek yang
menyebabkan cacatnya akta, sehingga akta tersebut dapat menjadi akta yang
terdegradasi atau akta di bawah tangan, bahkan menjadi batal demi hukum.
dan sempurna, suatu akta otentik yang mengikat berarti hakim terikat untuk
percaya atas akta tersebut selama hal yang menjadi ketidakbenarannya tidak dapat
Secara umum suatu perjanjian dapat dibuat secara bebas, bebas untuk
perjanjian maupun syarat-syarat, dan bebas untuk menentukan bentuk perjanjian itu
sendiri, yaitu tertulis dan tidak tertulis. Pasal 1338 ayat (1) BW menyatakan bahwa,
semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
berupa apa saja, baik bentuknya, isinya dan pada siapa perjanjian itu ditujukan.
perjanjian yang berupa dan berisi apa saja dan perjanjian itu mengikat mereka yang
3
Lidya Christina Wardhani, Tanggung Jawab Notaris/PPAT terhadap Akta yang Dibatalkan oleh
Pengadilan, Jurnal Lex-Reinassance, Vol. 02, No. 1, Januari, 2017, h. 52.
4
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam kontrak komersial, Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, h. 108.
6
Perjanjian pengikatan jual beli tanah termasuk perjanjian tidak bernama, karena
tidak ditemukan dalam bentuk-bentuk perjanjian yang diatur dalam BW. Perjanjian
pengikatan jual beli tanah menjadi implementasi dari asas kebebasan berkontrak,
akta otentik tersebut dapat dibatalkan oleh hakim asal ada bukti lawan. Mengenai
pembatalan isi akta, seorang Notaris hanya bertindak untuk mencatat apa saja yang
dikemukakan oleh para penghadap dan tidak wajib untuk menyelidiki kebenaran
Suatu akta notaris yang dibatalkan oleh suatu putusan hakim, dapat dilihat
terlebih dahulu apa yang menjadi penyebabnya, jika ternyata pembatalan (baik
yang dapat dibatalkan maupun yang batal demi hukum) menimbulkan kerugian
bagi para pihak yang meminta bantuan notaris dalam pembuatan akta tersebut
pada notarisnya). Ketentuan ini terdapat pada UUJN (Pasal 51 UU No. 2 Tahun
2014 perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004. Akibat pelanggaran yang dilakukan
akta di bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi
alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya,
Salah satu contoh dalam kasus ini adalah Putusan Pengadilan Negeri
5
Muchlis Patahna. 2009. Problematika Notaris. Jakarta : Rajawali
6
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Peneltian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004, h. 19
7
Notaris dan perbuatan melawan hukum bahwa PT. Surya Cipta Estetika dan Emely
Olevia selaku Penggugat I dan Penggugat II melawan PT. Kartika Ayoe dan Henny
Kartika Sari selaku Tergugat I dan Tergugat II serta Khrisna Sanjaya, S.H., M.Kn
kejanggalan dalam pembuatan Akta Perjanjian Waralaba yang dibuat oleh Turut
sebagaimana tidak didiskusikan isi perjanjian waralaba kepada Penggugat, dan juga
Tergugat tidak melampirkan atau memberitahukan secara bukti fisik bahwa produk
waralaba tersebut sudah didaftarkan Hak Paten, Hak Merk, dan Hak Cipta serta
Perseroan Terbatas Tergugat sudah terdaftar sebagai Pengusaha Tidak Kena Pajak
untuk selanjutnya disebut PKP melainkan itu semua masih belum terdaftar di
Kementerian Hukum dan HAM dan Kantor Pelayanan Pajak Tanjung Karang
Sedangkan dari sisi Tergugat sudah melakukan kesepakatan yang dilakukan secara
tertulis dan dibuatkan Akta Perjanjian Waralaba dihadapan Notaris sesuai dengan
formal, dan materiil. Jika tidak dapat membuktikannya, maka akta yang
bersangkutan tetap sah mengikat bagi para pihak yang berkepentingan atas akta
tersebut. Jika akta tersebut dapat dibuktikan di persidangan, maka ada salah satu
aspek yang menyebabkan cacatnya akta, sehingga akta tersebut dapat menjadi akta
yang terdegradasi atau akta di bawah tangan, bahkan menjadi batal demi hukum.
sempurna, suatu akta otentik yang mengikat berarti hakim terikat untuk percaya
atas akta tersebut selama hal yang menjadi ketidakbenarannya tidak dapat
Oleh karena itu sesuai dengan yang telah dijelaskan dengan latar belakang
diatas maka pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti lebih mendalam
2. Rumusan Masalah
83/Pdt.G/2018/PN.Tjk.
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini masalah sebagai
berikut :
4. Manfaat Penelitian
praktisi terkait dengan penerapan asas-asas hukum dan aturan hukum yang
5. Tinjauan Pustaka
dalam akta tersebut tidak memenuhi syarat formil dan syarat materiil,
yang dilakukan itu. Adanya implikasi hukum apabila salah satu syarat
hukum dengan null and void, dimana dalam hal syarat obyektif tidak
terpenuhi, perjanjian itu batal demi hukum. Artinya semula tidak pernah
perikatan.
depan hakim. Dalam hal syarat subyektif, jika syarat tidak terpenuhi,
perjanjian bukan batal demi hukum, tetapi salah satu pihak mempunyai
hak untuk meminta supaya perjanian itu dibatalkan. Pihak yang dapat
meminta pembatalan itu adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang
7
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta : PT Intermasa, 2002, h. 20.
11
Akta ialah tulisan yang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan alat
yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu
dasar daripada suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan
suatu akta dibagi menjadi 2 (dua), antara lain surat dibawah tangan
adalah akta yang (dibuat) dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-
yang dimaksud adalah notaris, hakim, juru sita pada suatu pengadilan,
dan pegawai catatan sipil. wewenang itu dapat membuat akta yang
8
Rafiq Adi Wardana, Pembatalan Akta Jual Beli PPAT yang Cacat Hukum dengan Putusan
Pengadilan, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta, diakses pada tanggal 11 Maret 2020.
9
Bambang Sugeng A.S. dan Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh Dokumen
Litigasi, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2015, h. 65.
10
Oemar Moechthar, Dasar-dasar Teknik Pembuatan Akta, Airlangga University Press, Surabaya,
2017, h. 9.
11
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta : Liberty, 2002, h. 142.
12
surat putusan hakim yang dibuat oleh panitera pengadilan serta surat
sempurna bagi para pihak beserta seluruh ahli warisnya atau pihak lain
yang mendapat hak dari para pihak. Apabila suatu pihak mengajukan
suatu akta otentik, hakim harus menerimanya dan menganggap apa yang
pejabat yang berwenang atau Notaris. Akta ini dibuat dan ditandatangani
bentuk yang bebas atau tidak ditentukan secara khusus oleh undang-
berwenang. Apabila suatu akta di bawah tangan tidak disangkal oleh para
dengan hak dan kewajiban yang telah disepakati kedua belah pihak.
orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri
13
khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah
waralaba.
oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan
ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang
waralaba.
perjanjian lainnya, yang tunduk dalam pasal 1320 BW, antara lain ;
a. Kesepakatan
b. Kecakapan
perjanjian yang diatur dalam Buku III BW. Sebelum membuat perjanjian,
b. Hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha
waralaba;
6. Metode Penelitian
12
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, PT
Kharisma Putra Utama, Jakarta, 2010, h. 218
13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2007 (selanjutnya
disebut Peter Mahmud Marzuki I) , h. 35.
15
yang dibahas
hukum yang dihadapi, dalam hal ini terkait pada putusan nomor
83/Pdt.G/2018/PN Tjk.
14
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Edisi Revisi), Prenada Media Group, Jakarta, 2017
(selanjutnya disebut Peter Mahmud Marzuki II), h. 60.
15
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2016
(selanjutnya disebut Peter Mahmud Marzuki III), h. 133.
16
83/Pdt.G/2018/PN Tjk,
Tentnag Waralaba
16
Ibid, h. 181.
17
penelitian ini.
primer maupun bahan hukum sekunder yang terkait dengan isu hukum
17
Ibid.
18
(empat) bab yang terdiri dari sub bab-sub bab yang akan diuraikan sebagai
Bab Pertama yaitu Pendahuluan yang berisi antara lain latar belakang,
rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain itu terdapat
yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam bab ini terdapat sistematika
bab ini merupakan pembahsan dari rumusan masalah yang kedua yaitu
Pada bab keempat adalah tentang Kesimpulan dan Saran yang berisi
permasalahan yang telah dibahas pada bab II dan bab III. Pembahasan
DAFTAR BACAAN
BUKU
Hernoko, Agus Yudha, Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2014.
Adji, Habib, Merajut Pemikiran Dalam Dunia Notaris & PPAT, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2014.
Sugeng, Bambang A.S. dan Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh
Dokumen Litigasi, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2015