DIBACAKAN
Oleh:
Nim : 02022682125019
Dosen:
A. Latar Belakang
Notaris sebagai salah satu pejabat umum sangat dibutuhkan dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat
autentik dari suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam hal ini
akta. Akta yang dibuat oleh notaris dapat menjadi alas hukum atas suatu harta benda,
hak dan kewajiban seseorang.1 Jabatan notaris diatur dengan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Jabatan Notaris juga diatur dalam kode etik Ikatan Notaris Indonesia (INI).
Akta otentik sendiri diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Selanjutnya disebut KUHPerdata) , bahwa akta otentik itu dibuat dalam
bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang dan dibuat oleh atau dihadapan pejabat
umum yang berwenang. Akta autentik didefinisikan sebagai suatu akta yang dibuat
dihadapan pejabat yang berwenang yang mana isinya telah disepakati oleh para pihak
1
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum
dan Etika, Yogyakarta: UII Press, 2009, hlm., 25.
yang membuat akta tersebut. Dalam akta autentik dapat ditentukan secara jelas
tentang hak dan kewajiban para pihak, menjamin kepastian hukum dan diharapkan
pula dapat dihindari dalam terjadinya sengketa. Walaupun sengketa tersebut dapat
dihindari dalam proses penyelesaian sengketa, akta autentik yang merupakan alat
bukti tertulis dan terpenuh memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara
dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik dan;
salinan, dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan aktaakta itu tidak
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh undang-undang.2
Menurut ketentuan Pasal 1870 KUHPerdata yang menyatakan suatu akta autentik
memberikan di antara para pihak beserta ahli warisnya atau orang-orang yang
mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang lengkap atau sempurna dan mengikat. Di
ketentuan dari Pasal 1 butir (7) Undang–Undang Jabatan Notaris dinyatakan “Akta
notaris adalah akta autentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk
2
Sjaifurrachman dan Habib Adjie, 2011, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam
Pembuatan Akta, Mandar maju: Bandung,hlm.80.
dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang ini “Suatu akta adalah autentik
dikarenakan akta itu “dibuat oleh” pejabat dan “dihadapan” pejabat umum. Notaris
adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta, sehingga akta yang dibuat oleh
3
atau dihadapan notaris adalah akta otentik. Keberadaan suatu akta autentik sebagai
bukti tertulis dibuat atas perintah undang-undang dan dapat juga karena kehendak
para pihak. Menurut ketentuan Pasal 1870 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu
akta autentik memberikan diantara para pihak beserta para ahli warisnya atau
orangorang yang mendapat hak dan mereka, suatu bukti yang lengkap atau sempurna
dan mengikat tentang apa yang dimuat di dalamnya, dalam arti bahwa apa yang
ditulis dalam akta itu harus dapat dipercaya oleh hakim, yaitu harus dianggap sebagai
yang benar, selama ketidakbenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat
hakikatnya akta autentik yang dibuat oleh Notaris memuat kebenaran formal sesuai
dengan apa yang diberitahukan dan dikehendaki para pihak kepada Notaris. Namun
Notaris berkewajiban untuk memastikan bahwa apa yang termuat dalam akta Notaris
3
R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia (Suatu Penjelasan), Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2005, hlm. 89.
4
Habib Adjie, 2008, Sanksi Perdata dan Administrasi Terhadap Notaris, PT Refika
aditama:Bandung, hlm.32.
Perjanjian yang dituangkan dalam akta yang dibuat dihadapan Notaris selanjutnya
penghadap, saksi, dan Notaris, kecuali apabila ada penghadap yang tidak dapat
2. Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan secara tegas pada akhir
akta.
perjanjian yang mereka sepakati telah mengikat dan berlaku sebagai undang-undang
dimana saat penandatanganan akta merupakan salah satu penentu lahirnya perjanjian.
Dalam praktek tidak jarang terjadi dimana waktu penandatanganan akta tidak dapat
dilakukan dalam waktu yang bersamaan antara para penghadap dihadapan Notaris.
Dengan demikian Notaris tidak dapat menyatakan dalam akta yang bersangkutan
menurut sebenarnya, bahwa akta itu segera setelah dibacakan kepada para penghadap,
saksi dan Notaris sering terjadi . Tanda tangan biasanya terletak sebagai bagian akhir
akta. Pada aturan dasar atau asas dalam common law Inggris yang diberlakukan
yang memberatkan lainnya) yang dimuat dalam suatu perjanjian tertulis yang
kewajiban untuk hadir dan menandatangani akta tersebut. Dalam ketentuan Pasal 16
sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap,
Keabsahan akta Notaris yang meliputi bentuk, isi, kewenangan pejabat yang
membuat serta pembuatan akta tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang telah
menyusunnya dalam tesis yang berjudul “Implikasi Hukum Mengenai Akta Yang
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang penulis kemukakan dalam latar belakang masalah tersebut, maka
5
Sjaifurrachman dan Habib Adjie, op.cit, hal.110.
2. Bagaimana kekuatan hukum serta dampak hukum akta atas akta yang dibuat oleh
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam membahas, menelaah serta melakukan
a. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai keabsahan akta yang dibuat oleh
yang dibuat oleh notaris apabila diantara para pengahap tidak dapat
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini harapkan dapat dijadikan acuan agar tidak terjadi
E. Kerangka Teoritis
1. Grand Theory
Grand Theory dalam penelitian ini adalah Teori Kepastian Hukum. Menurut
peraturan umum atau kaedah-kaedah yang berlaku umum, supaya tercipta suasana
yang aman dan tentram di dalam masyarakat.6 Dengan adanya kepastian hukum
dalam hal pembuatan akta, diharapkan dapat memenuhi jaminan bagi para
penghadap maupun notaris itu sendiri dan dapat mengetahui apa yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta memahami tentang apa yang
wajib berpedoman secara normatif kepada aturan hukum yang terkait dengan
6
Soerjono Soekanto (a),1999, Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka
Pembangunan di Indonesia (suatu tinjauan secara sosiologis), cetakan keempat, Jakarta, Universitas
Indonesia, hlm. 55
segala tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam sebuah
akta. Bertindak berdasarkan aturan hukum yang berlaku akan memberikan kepada
pihak, bahwa akta yang dibuat di “hadapan” atau “oleh” Notaris telah sesuai
dengan aturan hukum yang berlaku, sehingga jika terjadi permasalahan, akta
Dalam hal Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta
wajib dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan oleh Undang-Undang, hal ini
merupakan salah satu karakter dari akta Notaris. Bila akta Notaris telah
memenuhi ketentuan yang ada maka akta Notaris tersebut memberikan kepastian
memerlukan alat bukti berupa akta autentik yang mempunyai kepastian hukum
akta otentik kepada notaris. Wewenang merupakan suatu tindakan hukum yang
7
Habib Adjie, 2009, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung, hlm. 37
undangan yang berlaku yang mengatur jabatan yang bersangkutan. Dalam
dalam membuat akta otentik didapatkan dari atribusi oleh negara melalui
sendiri dalam rangka menciptakan suatu alat bukti tentang adanya suatu
Pejabat Tata Usaha Negara karena produk Notaris adalah akta sedangkan
Pejabat Tata Usaha Negara adalah surat keputusan atau semacamnya.9 Dalam
8
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011,
hlm.101.
9
Habib Adjie. 2009. Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia. Bandung: Citra
Aditya Bakti. hlm. 22.
Pasal 15 ayat (1), (2) dan (3), Undang-Undang No 2 Tahun 2014 tentang
atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh undang-undang;
berwenang pula :
buku khusus;
akta;
3. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
perundang-undangan. 10
3. Applied Theory
teori tanda tangan dalam kontrak, dan teori pengawasan. Teori keabsahan
dihubungkan dengan keabsahan akta notaris, maka hal ini mengacu pada Pasal
Pasal 1868 KUHPer merupakan dasar otensitas akta notaris dan juga
merupakan dasar legalitas eksistensi akta notaris. 11 Selain dalam Pasal 1868
Jabatan notaris pada Pasal 1 angka 7 yaitu Akta notaris yang selanjutnya
disebut akta adalah akta autentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.
Dalam penelitian ini, kontrak yang ditandatangani adalah akta notaris, yang
para pihak.
11
Habib Adjie, Op. Cit. hlm., 127.
F. Metode Penelitian
Yang dimaksud dengan metode, adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara
hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan
dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan
penelitian. 12
1. Jenis Penelitian
2. Objek Penelitian
3. Subjek Penelitian
12
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986), hlm. 6.
a. Notaris;
4. Data Penelitian
a) Data Primer
b) Data Sekunder
Data sekunder disini adalah data yang diperoleh dari penelitian yang
ini.
masalah yang diteliti, dan juga melalui internet, dan melalui kamus
6. Pendekatan Penelitian
undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang
sedang ditangani. 13
7. Analisis Penelitian
13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan Keduabelas (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016), hlm. 133.
kemudian menghubungkannya dengan hukum, kaidah hukum serta norma
Bandung.
Refika aditama:Bandung.
Jakarta
Jakarta