Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KOMUNIKASI HUKUM (JKH), VOLUME 4 NOMOR 2 AGUSTUS 2018

TANGGUNG JAWAB NOTARIS ATAS KESALAHAN KETIK PADA MINUTA AKTA YANG
SUDAH KELUAR SALINAN AKTA

Muchammad Ali Marzuki


Magister Kenotariatan Universitas Narotama Surabaya
Email : ali.marzuki2018@gmail.com

ABSTRAK
Notaris dalam pelaksanaan tugas jabatannya tidak lepas dari kesalahan. Salah satu
bentuk kesalahan yang dilakukan oleh Notaris adalah berupa kesalahan ketik pada
minuta akta. Kesalahan ketik pada minuta akta dapat menjadi masalah pada saat salinan
aktanya sudah keluar dan telah dipergunakan oleh para penghadap.
Penulis dalam penelitian ini ingin menelaah dan menganalisa lebih lanjut tentang
upaya penyelesaian yang dilakukan Notaris atas kesalahan ketik pada akta dan tanggung
jawab Notaris atas kesalahan ketik akta yang sudah keluar salinan aktanya.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan
hukum sekunder sedangkan pendekatan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa atas terjadinya kesalahan ketik pada akta
maka Notaris wajib melakukan perbaikan guna memberikan kepastian hukum.
Perbaikan pada akta dapat dilakukan oleh Notaris dengan diketahui oleh para
penghadap dan saksi-saksi. Atas terjadinya kesalahan ketik pada minuta akta yang telah
keluar salinannya maka Notaris wajib memanggil kembali para pihak untuk melakukan
perbaikan akta.

Kata Kunci : Akta Notaris, Kesalahan Ketik, Tanggung Jawab

ABSTRACT
Notary public in conducting their duty sometimes makes some mistakes as well. Miss
typing within notarial deed and the copy is common mistake that is made by notary public.
This mistake will stimulate issue when both deeds are given and used by client.
The present research tries to elaborate and study further about completion effort
conducted by notary public related to the mistake. Moreover, the present research also
tries to examine liability of notary public concerning this issue.
The method used in the present study is a normative legal research, namely legal
research which is conducted by examining the library materials or secondary law while in
finding and collecting the data is done by two approaches, namely the law and conceptual
approaches.
The present research concludes that miss typing within notarial deed and its copy
shall be corrected and revised by the notary public who publishes the notarial deed in
order to gain legal certainty of the deed. Revision of the deed shall be done by notary public
together with all parties that are mentioned within the deed. Regarding the deed copy,
notary public shall revise and summon all parties that are using the copy.

Keywords: Notarial Deed, Miss Typing, Liability

JURUSAN ILMU HUKUM, UNDIKSHA


128
ISSN : 2407-4276 (ONLINE); ISSN : 2356-4164 (PRINT)
JURNAL KOMUNIKASI HUKUM (JKH), VOLUME 4 NOMOR 2 AGUSTUS 2018

Pendahuluan kepentingan masyarakat pada


Hukum mempunyai posisi umumnya, sesuai dengan fungsinya
strategis dan dominan dalam kehidupan yaitu melayani kepentingan masyarakat.
masyarakat berbangsa dan bernegara. Sehingga, notaris harus berperilaku dan
Dalam Penjelasan UUD NRI 1945 bersikap jujur, rendah hati serta mampu
dinyatakan “Negara Indonesia berdasar menjaga kerahasiaan daripada akta yang
atas hukum (Rechtsstaat) tidak berdasar dibuatnya, sehingga keotentikan dari
atas kekuasaan belaka (Machsstaat)”. akta yang dibuatnya benar-benar dapat
Demi menjamin kepastian hukum dijaga.
tersebut, dibutuhkan alat bukti tertulis Meskipun notaris sebagai pejabat
yang bersifat otentik mengenai keadaan, umum yang diangkat oleh Pemerintah,
peristiwa atau perbuatan hukum yang dalam hal ini Menteri Hukum Dan Hak
dapat diperoleh melalui pembuatan akta Asasi Manusia Republik Indonesia, akan
dihadapan Pejabat Umum yaitu Notaris. tetapi notaris tidak sama dengan pejabat
Oleh karena itu, Notaris yang pemerintah lainnya, karena notaris tidak
mempunyai tanggung jawab yang sangat menerima/mendapatkan gaji dari
besar dalam rangka menjalankan pemerintah. Hal lebih lanjut dijelaskan
jabatannya dapat melayani kepentingan dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang
orang banyak, membantu menciptakan Jabatan Notaris, bahwa Notaris
kepastian dan memberikan berwenang membuat akta otentik
perlindungan hukum kepada anggota mengenai semua perbuatan, perjanjian
masyarakat (Pengurus Pusat Ikatan dan ketetapan yang diharuskan oleh
Notaris Indonesia;2008). Peraturan Perundang-undangan
Menurut Wawan Setiwan, Pejabat dan/atau yang dikehendaki oleh yang
Umum adalah organ negara yang di berkepentingan untuk dinyatakan dalam
perlengkapi dengan kekuasaan umum, akta otentik, menjamin kepastian
berwenang menjalangkan sebagian dari tanggal pembuatan akta, menyimpan
kekuasaan umum, berwenang akta memberikan grosse, salinan dan
menjalankan sebagian dari kekuasaan kutipan akta, semua itu sepanjang
Negara untuk membuat alat bukti pembuatan akta-akta itu tidak juga
tertulis dan otentik dalam hukum ditugaskan atau dikecualikan kepada
perdata (Wawan;2001). pejabat lain atau orang lain yang
Notaris adalah pejabat umum yang ditetapkan oleh Undang-undang. Selain
berwenang untuk membuat akta otentik itu, di dalam Pasal 1 angka 7 Undang-
dan memiliki kewenangan lainnya undang Perubahan atas UUJN
sebagaimana dimaksud dalam ini dinyatakan bahwa “akta notaris adalah
(Undang-undang Jabatan Notaris untuk akta otentik yang dibuat oleh atau
selanjutnya disebut UU Perubahan atas dihadapan notaris menurut bentuk dan
UUJN) atau berdasarkan Undang- tata cara yang ditetapkan dalam
undang lainnya. Namun demikian, dalam Undang-undang ini. Arti kata otentik
menjalankan tugas dan profesinya mempunyai kekuatan pembuktian yang
sebagai pejabat umum, harus tetap sempurna dapat pula ditentukan bahwa
berpegang teguh kepada aturan yang siapa pun terikat dengan akta tersebut,
berlaku, notaris dalam menjalankan sepanjang tidak bisa dibuktikan bukti
profesi jabatannya tidak semata-mata sebaliknya berdasarkan putusan
untuk kepentingan diri sendiri secara pengadilan yang mempunyai kekuatan
pribadi, akan tetapi harus juga melayani hukum tetap (Habib Adjie;2008).

JURUSAN ILMU HUKUM, UNDIKSHA


129
ISSN : 2407-4276 (ONLINE); ISSN : 2356-4164 (PRINT)
JURNAL KOMUNIKASI HUKUM (JKH), VOLUME 4 NOMOR 2 AGUSTUS 2018

Notaris mempunyai peran yang dengan apa yang diinginkan maupun


sangat penting, karena notaris diharapkan, sehingga dengan adanya
merupakan pejabat umum yang kesalahan dalam penulisan tersebut
berwenang membuat akta otentik, dapat mengakibatkan kesalahan
sehingga produk dari notaris yaitu akta penafsiran atas isi dan maksud dari akta
notaris adalah suatu akta otentik yang yang telah dibuat dan ditanda-tangani
mempunyai kekuatan pembuktian yang tersebut.
sempurna, sebagai alat bukti terkuat dan Di dalam Pasal 51 Undang-undang
terpenuh. Artinya hal-hal yang telah Jabatan Notaris dijelaskan membrikan
dinyatakan dalam akta otentik harus kewenangan kepada Notaris untuk
diterima oleh para pihak selama mereka memperbaiki kesalahan dalam
tidak dapat membuktikan sebaliknya. penulisan yang terdapat pada minuta
Akta Notaris yang dibuat sesuai akta yang telah dibacakan dan
kehendak para pihak yang ditandatangani, namun demikian, jika
berkepentingan guna memastikan atau kesalahan tersebut terjadi dan diketahui
menjamin hak dan kewajiban para pada saat dibacakan kepada para pihak
pihak, kepastian, ketertiban dan dan belum ditanda-tangani, maka dapat
perlindungan hukum dari para pihak, diperbaiki dengan cara dilakukan
tetapi dalam praktik banyak ditemukan, perubahan atau renvoi, selama para
jika ada akta notaris dipermasalahkan pihak setuju atas perbaikan dari
oleh para pihak atau pihak ketiga kesalahan tersebut.permasalahan
lainnya, maka sering pula notaris ditarik adalah ketika akta tersebut telah
sebagai pihak yang turut serta ditanda-tangani oleh para pihak dan
melakukan atau membantu melakukan mereka telah pergi dari kantor Notaris,
suatu tindak pidana, yaitu membuat serta salinan akta telah dikeluarkan oleh
atau memberikan keterangan palsu ke notaris, akan tetapi kemudian diketahui
dalam akta notaris (Habib Adjie;2008). adanya kesalahan dalam salinan akta
Namun demikian, notaris adalah tersebut.
manusia biasa yang tidak bisa lepas dari
kesalahan dan khilaf, begitu pula dalam
Rumusan Masalah
menjalankan profesinya sebagai seorang
1. Apa upaya penyelesaian yang harus
notaris, didalam malakukan tugasnya
dilakukan oleh seorang notaris atas
khususnya dalam membuat akta otentik,
kesalahan akta yang dibuat dimana
kadang seorang notaris dalam membuat
salinannya sudah terlanjur
suatu akta otentik, pasti pernah
dikeluarkan?
melakukan kesalahan, notaris
2. Apa pertanggungjawaban notaris atas
melakukan kesalahan dalam hal
kesalahan akta yang sudah
pengetikan (redaksi). Yang dimaksud
dikeluarkan salinan akta?
kesalahan dalam pengetikan adalah
kesalahan dalam hal pengetikan akta
notaris, dimana kesalahan tersebut Metode Penelitian
adalah bukan karena kesengajaan atau Metode yang digunakan dalam
disengaja, akan tetapi semata-mata penelitian ini adalah metode penelitian
karena ketidak hati-hatian ataupun yuridis normatif yang menekankan pada
karena kelalaian dari notaris itu sendiri. norma-norma hukum dengan
Sehingga yang tertulis di dalam akta menganalisa peraturan perundang-
yang dibuatnya tersebut tidak sesuai undangan terkait. Dalam Penelitian ini

JURUSAN ILMU HUKUM, UNDIKSHA


130
ISSN : 2407-4276 (ONLINE); ISSN : 2356-4164 (PRINT)
JURNAL KOMUNIKASI HUKUM (JKH), VOLUME 4 NOMOR 2 AGUSTUS 2018

peneliti menggunakan dua metode sinkronisasi dengan Undang-Undang


pendekatan masalah yaitu : lain.
a. Statute Approach, yaitu pendekatan Pada tanggal 15 Januari tahun
dengan menelaah semua peraturan 2014 telah dikeluarkan Undang-Undang
perundang-undangan yang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
bersangkut paut dengan Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
permasalahan (isu hukum) yang 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
sedang dihadapi. oleh pemerintah untuk menjamin
b. Conseptual Approach, yaitu kepastian, ketertiban dan perlindungan
pendekatan yang beranjak dari hukum dibutuhkan alat bukti tertulis
pandangan-pandangan dan doktrin- yang bersifat autentik mengenai
doktrin yang berkembang di dalam perbuatan, perjanjian, penetapan dan
ilmu hukum. peristiwa hukum yang dibuat dihadapan
atau oleh Notaris. Notaris sebagai
pejabat umum yang menjalankan profesi
Pembahasan
dalam memberikan jasa hukum kepada
Upaya Notaris Atas Kesalahan
masyarakat, perlu mendapatkan
Pengetikan Pada Akta
perlindungan dan jaminan demi
Negara dalam rangka memberikan
tercapainya kepastian hukum.
perlindungan hukum dalam bidang
Menurut Tan Thong Kie,
hukum privat kepada warga negara
masyarakat membutuhkan seseorang
telah melimpahkan sebagaian
(figuur) yang keterangan-keterangannya
wewenangnya kepada Notaris untuk
dapat diandalkan, dapat dipercayai,
membuat akta otentik sebagai alat bukti
yang tanda tangannya serta segelnya
yang mempunyai kekuatan pembuktian
(capnya) memberi bukti kuat, seorang
sempurna. Jabatan Notaris adalah
ahli yang tidak memihak dan penasihat
Jabatan terhormat (Officium Nobile)
yang tidak ada cacatnya (onkreukbaar
karena Notaris selaku Pejabat Umum
atau unimpeachable), yang tutup mulut,
merupakan jabatan kepercayaan
dan membuat suatu perjanjian yang
(Vertrouwens Ambt) dan secara personal
dapat melindunginya di hari-hari yang
Notaris adalah seorang yang dipercaya
akan datang. Kalau seorang advokat
oleh masyarakat dalam pembuatan alat
membela hak-hak seseorang ketika
bukti berupa akta Otentik (Vertrouwens
timbul suatu kesulitan, maka seorang
Person) (Habib Adjie).
notaris harus berusaha mencegah
Jaminan perlindungan dan jaminan
terjadinya kesulitan itu (Tan Thong
tercapainya kepastian hukum terhadap
Kie;2000).
pelaksanaan tugas notaris memang telah
Jika dikaitkan dengan aturan
diatur dalam Undang-Undang Nomor 30
hukum lain yang ada hubungannya
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
dengan akta Notaris, dalam hal ini yaitu
Namun, beberapa ketentuan dalam
Pasal 1868 BW merupakan sumber
Undang-Undang tersebut sudah tidak
untuk otensitas akta Notaris juga
sesuai lagi dengan perkembangan
merupakan dasar legalitas eksistensi
hukum dan kebutuhan masyarakat
akta Notaris, dengan syarat-syarat
sehingga perlu dilakukan perubahan,
sebagai berikut:
yang juga dimaksud untuk lebih
a. akta itu harus dibuat oleh (door) atau
menegaskan dan memantapkan tugas
di hadapan (ten overstaan) seorang
Notaris sebagai pejabat publik, sekaligus
Pejabat Umum.

JURUSAN ILMU HUKUM, UNDIKSHA


131
ISSN : 2407-4276 (ONLINE); ISSN : 2356-4164 (PRINT)
JURNAL KOMUNIKASI HUKUM (JKH), VOLUME 4 NOMOR 2 AGUSTUS 2018

b. akta itu harus dibuat dalam bentuk akta ini masih sah sebagai suatu alat
yang ditentukan oleh undang-undang, pembuktian apabila ada satu atau lebih
c. Pejabat Umum oleh – atau di hadapan di antara penghadapnya tidak
siapa akta itu dibuat, harus menandatangani, asal saja oleh notaris
mempunyai wewenang untuk disebutkan apa sebabnya ia atau mereka
membuat akta tersebut. tidak menandatanganinya, sedangkan
Akta Notaris yang mempunyai dalam partijakte hal demikian itu dapat
kekuatan pembuktian sebagai akta menimbulkan akibat yang lain. Artinya
dibawah tangan dapat terjadi jika tidak tidak ditandatanganinya akta tersebut
memenuhi ketentuan sebagaimana tidak karena alasan yang dapat diartikan
tersebut dalam Pasal 1869 BW, yaitu bahwa pihak tersebut tidak menyetujui
karena : perjanjian itu. Alasan demikian harus
a. tidak berwenangnya pejabat umum dicantumkan dengan jelas oleh notaris
yang bersangkutan, atau dalam akta yang bersangkutan
b. tidak mampunyai kedudukan sebagai (Anshori).
pejabat umum yang bersangkutan, Telah disebutkan diatas bahwa
atau akta otentik dibuat dalam bentuk yang
c. cacat dalam bentuknya, ditentukan oleh Undang-Undang. Bentuk
maka akta tersebut tidak dapat akta otentik tersebut terdiri atas
diperlakukan sebagai akta otentik, beberapa bagian. Pembagian yang
namun mempunyai kekuatan umum diterima mengenai bagian akta
pembuktian sebagai akta dibawah adalah kepala, badan dan penutup akta
tangan jika akta terse-but (Tobing;1983). Dengan kepala dari akta
ditandatangani oleh para pihak. dimaksudkan bagian dari akta yang
Abdul Ghofur Anshori memuat keterangan-keterangan dari
mengemukakan bahwa akta otentik Notaris mengenai dirinya dan orang-
dapat dibagi menjadi akta yang dibuat orang yang datang menghadap
oleh pejabat (acte ambtelijk, kepadanya atau atas permintaan siapa
procesverbaal acte, verbaalakte) dan dibuat berita acara. Badan akta memuat
akta yang dibuat oleh para pihak keterangan-keterangan yang diberikan
(partijakte). Acte ambtelijk merupakan oleh pihak-pihak dalam akta atau
akta yang dibuat oleh pejabat yang keterangan-keterangan dari Notaris
diberi wewenang untuk itu, pejabat mengenai hal-hal yang disaksikannya
tersebut menerangkan apa yang dilihat atas permintaan dari yang bersangkutan
serta apa yang dilakukannya. Inisiatif Penutup akta merupakan bagian dari
acte ambtelijk berasal dari pejabat yang akta yang memuat keterangan dari
bersangkutan dan tidak berasal dari Notaris mengenai waktu dan tempat
orang yang namanya tercantum dalam akta dibuat, selanjutnya keterangan
akta. Sedangkan partijacte (akte partij) mengenai saksi-saksi, dihadapan siapa
adalah akta yang dibuat dihadapan akta itu dibuat dan akhirnya tentang
pejabat yang diberi wewenang untuk itu pembacaan dan penandatanganan dari
(Anshori;2009). akta itu. Setelah lahirnya UUJN
Partijakte dibuat oleh pejabat atas keberadaan akta Notaris sebagai akta
permintaan pihak-pihak yang otentik semakin mendapat pengukuhan
berkepentingan. Mengenai dua macam karena bentuknya telah ditentukan oleh
akta ini dapat dikemukakan perbedaan Undang-Undang (Habib Adjie ;129).
dari sisi sifatnya. Dalam acte ambtelijk,

JURUSAN ILMU HUKUM, UNDIKSHA


132
ISSN : 2407-4276 (ONLINE); ISSN : 2356-4164 (PRINT)
JURNAL KOMUNIKASI HUKUM (JKH), VOLUME 4 NOMOR 2 AGUSTUS 2018

Sebagaimana diatur dalam Pasal dipenuhi maka akta tersebut


38 UUJN bentuk formal dari akta Notaris terdegradasi menjadi akta dibawah
adalah pada Awal Akta atau kepala Akta tangan
memuat judul Akta, nomor Akta, waktu Notaris berkewajiban untuk
menghadap dari penghadap yang memasukkan ke dalam akta mengenai
menyebutkan jam, hari, tanggal, bulan apa saja yang dikehendak para pihak
dan tahun menghadap serta nama dan selanjutnya menuangkan
lengkap dan tempat kedudukan Notaris. pernyataan atau keterangan para pihak
Kemudian dalam UUJN ditentukan tersebut ke dalam akta Notaris dalam
pula bahwa Badan Akta memuat nama bentuk yang sudah ditentukan dalam
lengkap, tempat dan tanggal lahir, UUJN.
kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, Apabila segala yang tertuang
kedudukan, tempat tinggal para dalam akta sungguh-sungguh telah
penghadap dan/atau orang yang mereka dimengerti dan sesuai dengan kehendak
wakili, keterangan mengenai kedudukan para pihak, yaitu dengan cara
bertindak penghadap, isi Akta yang membacakannya sehingga menjadi jelas
merupakan kehendak dan keinginan isi Akta tersebut, serta memberikan
dari pihak yang berkepentingan dan akses terhadap informasi mengenai
nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, peraturan perundang-undangan yang
serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, terkait bagi para pihak penanda tangan
dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta. Dengan demikian, para pihak dapat
pengenal. menentukan dengan bebas untuk
Akhir atau penutup Akta memuat menyetujui atau tidak menyetujui isi
uraian tentang pembacaan Akta, uraian Akta Notaris yang akan
tentang penandatanganan dan tempat ditandatanganinya. Tanda tangan pada
penandatanganan atau penerjemahan suatu akta otentik tersebut berfungsi
Akta jika ada, nama lengkap, tempat dan sebagai tanda persetujuan terhadap
tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kewajiban-kewajiban yang melekat pada
kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap- akta.
tiap saksi Akta dan uraian tentang tidak Setelah akta tersebut
adanya perubahan yang terjadi dalam ditandatangani oleh para penghadap,
pembuatan Akta atau uraian tentang saksi-saksi dan Notaris maka akta
adanya perubahan yang dapat berupa tersebut telah menjadi akta yang
penambahan, pencoretan, atau sempurna dan disebut dengan Minuta
penggantian serta jumlah Akta demikian berdasarkan Pasal 1
perubahannya. angka 8 UUJN yang menyebutkan bahwa
Ketentuan yang terdapat dalam “Minuta akta adalah asli akta yang
Pasal 38 UUJN tersebut merupakan mencantumkan tanda tangan para
aspek formal dari Akta Notaris atau penghadap, saksi dan Notaris, yang
dengan kata lain apa yang sudah disimpan sebagai bagian dari Protokol
disebutkan di dalam UUJN tersebut Notaris.”
“harus ada” dalam akta tanpa terkecuali. Pada proses pembuatan akta
Hal tersebut sesuai dengan apa yang otentik oleh notaris, kesalahan
disebutkan dalam Pasal 1868 BW penulisan yang terjadi akibat kesalahan
“dibuat dalam ben-tuk yang ditentukan pengetikan bisa saja terjadi. Adapun
oleh Undang-Undang”. Apabila aspek yang dimaksud adalah kesalahan
formal dari akta Notaris tersebut tidak penulisan itu adalah kesalahan yang

JURUSAN ILMU HUKUM, UNDIKSHA


133
ISSN : 2407-4276 (ONLINE); ISSN : 2356-4164 (PRINT)
JURNAL KOMUNIKASI HUKUM (JKH), VOLUME 4 NOMOR 2 AGUSTUS 2018

dilakukan dalam pengetikan akta menyisipkan kata. Perubahan tersebut


notaris, yang terjadi bukan karena hanya boleh dilakukan pada isi akta saja
kesengajaan, tetapi karena kelalaian bukan pada awal dan akhir akta.
atau ketidak hati hatian notaris semata Perubahan tersebut sah apabila diberi
mata,sehingga hal yang tertulis dalam paraf atau diberi tanda pengesahan lain
akta notaris tidak sesuai dengan yang oleh peng-hadap, saksi, dan Notaris. Hal
sebenarnya ingin di tuang dalam akta tersebut diatas sesuai dengan ketentuan
tersebut. yang terdapat dalam Pasal 48 UUJN.
Kesalahan ketik dalam akta notaris Pasal 48 ayat (1) UUJN secara jelas,
dapat bersifat substantif maupun non- tegas dan lugas (imperatif) melarang
substantif. Kesalahan ketik yang bersifat perubahan terhadap isi akta, namun
nonsubstantif artinya kesalahan ketentuan Pasal 48 ayat (2) UUJN
tersebut tidak menyebabkan perbedaan memberikan pengecualian untuk
makna yang signifikan dalam substansi mengubah isi akta. Dalam hal ini apakah
akta atau jikapun ada perbedaan makna Pasal 48 ayat (1) dan (2) UUJN melarang
kata, tetapi secara konteks kalimat tidak perubahan berupa : a) Diganti; b)
dapat di tafsir lain dari yang sebenarnya Ditambah; c) Dicoret; d) Disisipkan; e)
dimaksudkan, diantara kesalahan dalam Dihapus; dan/atau f) Ditulis tindih
ejaan, misalnya kata “lalai” di tulis “lalat” (Habib Adjie;2015).
dan “anggaran dasar” di tulis anggaran Secara normatif, larangan tersebut
datar” hanya khusus untuk isi akta, meskipun
Sebaliknya, kesalahan ketik yang sebenarnya diperbolehkan untuk
bersifat substantif mengakibatkan perubahan tertentu saja kecuali dihapus
terjadinya mengakibatkan terjadinya dan/atau ditulis tindih. Atas perubahan
perbedaan makna atau perbedaan tersebut dilakukan dan sah jika
maksud yang signifikan di dalam perubahan tersebut diparaf atau diberi
substansi akta, sehingga substansi akta pengesahan lain oleh penghadap, saksi
menjadi tidak sesuai dengan yang dan Notaris dan saksinya pun untuk
sebenarnya ingin di tuangkan dalam melanggar ketentuan Pasal tersebut
akta tersebut oleh para penghadap dalam Pasal 48 ayat (1) dan (2) UUJN
(dalam akta partai) atau oleh Notaris pada awal dan akhir akta merupakan
(dalam akta relaas). Kesalahan ketik suatu pelanggaran, dan akan ada sanksi
yang substantif ini diantaranya untuk akta dan notarisnya.
kesalahan penulisan angka dalam Boleh atau tidaknya renvooi pada
jumlah uang, jangka waktu dan luas isi akta ditentukan dari adanya paraf
obyek jual beli, misalnya obyek jual beli dari penghadap, saksi dan Notaris atas
bangunan seluas 200 m2 (dua ratus renvooi tersebut. Hal tersebut
meter persegi) di tulis dua meter persegi dikarenakan bagian dari isi akta
atau Rp. 100.000,00 (seratus ribu merupakan kesepakatan, keterangandan
rupiah). keinginan dari para penghadap. Apabila
Apabila kesalahan ketik tersebut terdapat kesalahan dalam bagian
baik yang bersifat nonsubstantif, tersebut maka perbaikan harus dengan
diketahui sebelum rancangan akta di persetujuan dari penghadap pula,
tanda-tangani, maka kesalahan tersebut terlebih jika kesalahan dalam penulisan
dapat diperbaiki dengan cara melakukan tersebut bersifat substantif yang
perubahan atau renvooi dengan cara mengakibatkan terjadinya pema-haman
mengganti, menambah, mencoret atau yang berbeda atau arti yang ber-beda

JURUSAN ILMU HUKUM, UNDIKSHA


134
ISSN : 2407-4276 (ONLINE); ISSN : 2356-4164 (PRINT)
JURNAL KOMUNIKASI HUKUM (JKH), VOLUME 4 NOMOR 2 AGUSTUS 2018

dari adanya kesalahan penulisan tersebut merupakan hal yang penting


tersebut ((Habib Adjie;2015;99). dalam suatu akta akta karena hal
Ketentuan yang terdapat dalam tersebut merupakan salah satu wujud
Pasal 48 UUJN melarang perubahan ter- kekuatan pembuktian formal akta
hadap isi akta, padahal konstruksi atau otentik. Dengan kekuatan pembuktian
bentuk formal akta notaris, selain badan formal, oleh suatu akta otentik
(yang dalamnya ada isi akta) juga ada dibuktikan bahwa pejabat bersangkutan
awal dan akhir akta. awal dan akhir akta telah menyatakan dalam akta itu benar–
merupakan tanggung jawab Notaris se- benar merupakan hal yang dilakukan
penuhnya. Dalam praktik Notaris bahwa dan disaksikannya dalam menjalankan
kesalahan penulisan seperti kesalahan jabatannya.
ketik berupa kurang huruf atau kurang Dari apa yang telah dijabarkan di
kata kalimat atau salah penyebutan atas maka dapat disimpulkan bahwa
nama bisa juga terjadi pada awal dan renvooi hanya diperbolehkan pada isi
akhir akta. Dalam hal ini apakah akta dengan syarat ada paraf dari
ketentuan Pasal 48 ayat (1) dan (2) penghadap, saksi dan Notaris. Renvooi
UUJN juga berlaku pada kesalahan yang tidak boleh dilakukan pada awal dan
terdapat pada awal dan akhir akta? akhir akta yang merupakan Notaris
Sebagai bahan perbandingan, bah- Verklaring karena pada bagian Notaris
wa ketentuan mengenai renvooi juga Verklaring tersebut harus dapat
pernah diatur dalam Pasal 33 Peraturan memberikan kepastian hukum bagi para
Jabatan Notaris (PJN), yaitu “tidak penghadap. Adanya perubahan pada
diperkenankan mengadakan penulisan bagian Notaris Verklaring akibat
diatasnya, sisipan atau tambahan penggantian, penambahan, pencoretan
perkataan atau huruf dalam akta atau dan penyisipan kata secara tidak
dalam perubahan-perubahan dan langsung akan membuat keterangan
tambahan yang diadakan disisi atau dari Notaris diragukan kepas-tian
sebelum penutupan akta atau dengan hukumnya.
cara apapun juga menghapuskan atau
menghilangkan serta menggantikan Tanggung Jawab Notaris Atas
dengan tulisan lain, dengan ketentuan Terjadinya Kesalahan Ketik Pada
bahwa pengantian dan tambahan Minuta Akta
perkataan dan huruf itu tidak sah.” Tanggung jawab dalam arti hukum
Pasal 33 PJN tersebut, perubahan adalah tanggung jawab yang benar-
boleh digunakan terhadap akta dan benar terkait dengan hak dan
tidak menyebutkan bagian tertentu, hal kewajibannya, bukan dalam arti
ini dapat dimengerti karna dalam PJN tanggung jawab yang dikaitkan dengan
tidak ditegaskan ada bagian-bagian gejolak jiwa sesaat atau yang tidak
tertentu dalam akta. Pembagian tersebut disadari akibatnya. Ada dua istilah yang
dimulai ada dalam Pasal 38 UUJN dan menunjuk pada pertanggung-jawaban
peru-bahannya hanya dapat dilakukan dalam kamus hukum, yaitu liability dan
pada isi akta. responsibility. Liability merupakan
Pada bagian awal akta dan akhir istilah hukum yang luas yang menunjuk
akta merupakan keterangan dari Notaris hampir semua karakter risiko atau
(Notaris Verklaring) dan merupakan tanggung jawab, yang pasti, yang
tanggung jawab dari Notaris bergantung atau yang mungkin meliputi
sepenuhnya. Keterangan dari Notaris semua karakter hak dan kewajiban

JURUSAN ILMU HUKUM, UNDIKSHA


135
ISSN : 2407-4276 (ONLINE); ISSN : 2356-4164 (PRINT)
JURNAL KOMUNIKASI HUKUM (JKH), VOLUME 4 NOMOR 2 AGUSTUS 2018

secara aktual atau potensial seperti dan melakukan melakukan renvooi maka
kerugian, ancaman, kejahatan, biaya hal tersebut tidak sesuai dengan
atau kondisi yang menciptakan tugas ketentuan sesuai dengan rumusan pasal
untuk melaksanakan Undang-undang. 1868 BW yang mana sebuah akta
Responsibility berarti hal yang dapat otentik di buat dengan bentuk yang di
dipertanggung-jawabkan atas suatu tentukan dalam bentuk Undang –
kewajiban, dan termasuk putusan, Undang.
ketrampilan, kemampuan dan Tidak mampunya Notaris
kecakapan meliputi juga kewajiban memahami pelaksanaan tugas jabatan
bertanggung jawab atas undang-undang Notaris dan cacat bentuk akta yang
yang dilaksanakan. Dalam pengertian dibuat oleh atau di hadapan Notaris,
dan penggunaan praktis, istilah liability maka jika tindakan Notaris seperti itu
menunjuk pada pertanggung-jawaban telah menimbulkan kerugian terhadap
hukum, yaitu tanggung gugat akibat pihak yang namanya tersebut dalam
kesalahan yang dilakukan oleh subyek akta, yang tadinya berharap akta yang
hukum, sedangkan istilah responsibility dinginkan dalam bentuk akta Notaris
menunjuk pada pertanggung-jawaban yang mempunyai kekuatan pembuktian
politik (Ridwan H.R.;2006). yang sempurna, tetapi karena
Dalam memberikan pelayanannya, melanggar ketentuan Pasal 1869 BW,
profesional itu bertanggung jawab menjadi akta yang mempunyai kekuatan
kepada diri sendiri dan kepada pembuktian sebagai akta dibawah
masyarakat. Bertanggung jawab kepada tangan, maka pihak yang namanya
diri sendiri, artinya dia bekerja karena tersebut dalam akta dapat mengajukan
integritas moral, intelektual dan gugatan perdata kepada pengadilan
profesional sebagai bagian dari negeri terhadap Notaris, agar Notaris
kehidupannya. Bertanggung jawab dijatuhi sanksi perdata, berupa
kepada masyarakat, artinya kesediaan penggantian biaya, ganti rugi dan bunga
memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada Notaris.
tanpa membedakan dan juga berani Pasal 38 UUJN yang merupakan
menanggung segala resiko yang timbul konstruksi formalitas akta notaris selain
akibat dari pelayanannya itu baik akibat badan akta yang di dalamnya termasuk
kesengajaan maupun akibat kelalaian isi akta, juga ada awal dan akhir.
(Abdulkadir;2001;60). Didalam Ketentuan yang terdapat dalam
Dengan menggunakan parameter Pasal 48 ayat (3) UUJN juga mengatur
Pasal 48 dan Pasal 38 UUJN Juncto Pasal larangan perubahan diluar dari isi akta
1868 dan 1869 BW, maka jika akta yang yang mana Pelanggaran terhadap
dibuat Notaris terdapat renvooi pada ketentuan sebagaimana dimaksud pada
awal dan akhir akta tidak memenuhi ayat (1) dan ayat (2) mengakibatkan
syarat sebagai akta Notaris, yaitu : suatu Akta hanya mempunyai kekuatan
a. tidak sesuai dengan bentuk yang pembuktian sebagai akta di bawah
ditentukan Undang-Undang, dan tangan dan dapat menjadi alasan bagi
b. cacat dalam bentuknya pihak yang menderita kerugian untuk
Jika dalam praktik Notaris terjadi menuntut penggantian biaya, ganti rugi,
kesalahan penulisan seperti kesalahan dan bunga kepada Notaris.
ketik berupa kurang huruf atau kurang Dengan demikian dari apa yang
kata kalimat atau salah penyebutan dijabarkan diatas maka jika terjadi
nama terjadi pada awal dan akhir akta kesalahan dan notaris melakukan

JURUSAN ILMU HUKUM, UNDIKSHA


136
ISSN : 2407-4276 (ONLINE); ISSN : 2356-4164 (PRINT)
JURNAL KOMUNIKASI HUKUM (JKH), VOLUME 4 NOMOR 2 AGUSTUS 2018

renvooi pada awal dan akhir akta maka Perubahan tersebut sah apabila diberi
hal tersebut merupakan pelanggaran paraf atau diberi tanda pengesahan lain
karena melakukan renvooi diluar dari oleh penghadap, saksi, dan Notaris
ketentuan yang ditenukan terhadap Tanggung jawab Notaris atas
bentuk formal suatu akta dan dapat terjadinya kesalahan ketik pada minuta
mengakibatkan suatu akta mempunyai akta yang telah keluar salinannya adalah
kekuatan pembuktian sebagai akta dengan cara langsung melakukan
dibawah tangan dan dapat menjadi perubahan atas rancangan akta tersebut
alasan bagi para pihak yang menderita dengan melakukan cetak ulang jika
kerugian untuk menuntut penggantian penghadapnya masih ada/menghadap
biaya ganti rugi, dan bunga terhadap dan ada peralatan kantor untuk men-
notaris. dukungnya. Namun apabila penghadap
Sehingga sejak berlakunya Pasal sudah tidak ada di hadapan Notaris
48 UUJN ini ketika notaris membacakan maka Notaris harus menghubungi para
akta ternyata menemukan kesalahan penghadap lagi untuk membuat
dalam bentuk apapun pada awal dan perbaikan akta (bukan perubahan).
akhir akta, yang harus langsung
dilakukan yakni: Saran
1. Langsung lakukan perubahan atas Diharapkan notaris dapat lebih
rancangan akta tersebut dengan saksama (teliti dan cermat) seperti yang
melakukan cetak (print) ulang jika ditentukan dalam UUJN dalam membuat
penghadapnya masih suatu akta otentik serta menjamin
ada/menghadap dan ada peralatan pembuktian formal suatu akta otentik
kantor untuk men-dukungnya. yang mana dalam UUJN telah membatasi
2. Jika penghadap sudah tidak ada kewenangan notaris dalam hal me-
(sudah tidak ada dihadapan notaris) renvooi hanya pada isi akta memahami
harus menghubungi para penghadap tanggung jawab notaris lebih memahami
lagi untuk membuat perbaikan akta tanggung jawab jabatan dalam memberi
(bukan perubahan). kepastian formal.

Kesimpulan Daftar Pustaka


Jabatan Notaris adalah Jabatan Abdul Ghofur Anshori, Lembaga
terhormat (Officium Nobile) karena Kenotariatan Indonesia, Perspektif
Notaris selaku Pejabat Umum Hukum dan Etika, UII Press,
merupakan jabatan kepercayaan Yogyakarta, 2009
(Vertrouwens Ambt) dan secara personal
Notaris adalah seorang yang dipercaya Abdulkadir Muhamad, Etika Profesi
oleh masyarakat dalam pembuatan alat Hukum, Citra Aditya Bakti,
bukti berupa akta Otentik (Vertrouwens Bandung, 2001
Person). Atas terjadinya kesalahan ketik G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan
pada minuta akta, maka kesalahan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta,
tersebut dapat diperbaiki dengan cara 1983
melakukan perubahan atau dengan cara
mengganti, menambah, mencoret atau Habib Adjie, Hukum Notariat di
menyisipkan kata. Perubahan tersebut Indonesia Tafsiran Tematik
hanya boleh dilakukan pada isi akta saja Terhadap UU No.30 Tahun 2004
bukan pada awal dan akhir akta.

JURUSAN ILMU HUKUM, UNDIKSHA


137
ISSN : 2407-4276 (ONLINE); ISSN : 2356-4164 (PRINT)
JURNAL KOMUNIKASI HUKUM (JKH), VOLUME 4 NOMOR 2 AGUSTUS 2018

Tentang Jabatan Notaris, Refika


Aditama, Bandung, 2008
-----, Kebatalan dan pembatalan akta
Notaris, Rafika Aditama, Bandung,
2008
-----, Penafsiran tematik hukum notaris
Indonesia : Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014
Tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris,refika
aditama, bandung, 2015
Pengurus Pusat Ikatan Notaris
Indonesia, Jati Diri Notaris
Indonesia, Dulu, Sekarang, Dan Di
Masa Datang, Gramedia,
Jakarta,2008
Ridwan H.R., Hukum Administrasi
Negara, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2006
Tan Thong Kie, Studi Notariat, Serba-
Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru,
Jakarta, 2000
Wawan Setiawan, Kedudukan dan
Keberadaan Pejabat Umum serta
PPAT di bandingkan dengan
Kedudukan Pejabat Tata Usaha
Negara Menurut Sistem Hukum
Nasional, tanpa penerbit, Jakarta,
2001

JURUSAN ILMU HUKUM, UNDIKSHA


138
ISSN : 2407-4276 (ONLINE); ISSN : 2356-4164 (PRINT)

Anda mungkin juga menyukai