Anda di halaman 1dari 9

Nama : Lita Agnesia Sanyoto

Nomor Pokok : 124221015


Prodi : Magister Kenotariatan
Mata Kuliah : Hukum Pajak

Tanda Tangan :

Jawaban
1. Bapak Hamid yang sedang melakukan perjalanan ke luar kota dengan semua
data perpajakan dalam notebook yang dibawanya tetap dapat melaksanakan
kewajiban SPT Tahunan orang pribadi nya dengan cara e-Filling melalui layanan
pajak online. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-06/PJ/2018
mendefinisikan layanan pajak online adalah sistem elektronik yang disediakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan Transaksi
Elektronik dengan Direktorat Jenderal Pajak meliputi DJP Online dan Penyedia
Layanan Surat Pemberitahuan (SPT) Elektronik. E- Filling yaitu suatu cara
penyampaian SPT tahunan PPh secara elektronik yang dilakukan secara online
dan real time melalui internet pada website DJP Online (https://
djponline.pajak.go.id) atau laman penyedia layanan SPT elektronik. DJP Online
adalah layanan pajak online yang disediakan oleh DJP melalui laman dan/atau
aplikasi untuk perangkat bergerak (mobile device). Dengan e-filing, kegiatan
mengisi dan mengirim SPT tahunan dapat dilakukan dengan mudah dan efisien,
karena telah tersedia formulir elektronik di layanan pajak online yang akan
memandu para pengguna layanan. Selain itu, layanan pajak online juga dapat
diakses kapan dan di mana pun, sehingga penyampaian SPT dapat dilakukan
setiap saat selama 24 jam. Dengan e-filing, tidak perlu lagi dokumen fisik berupa
kertas, karena semua dokumen akan dikirim dalam bentuk dokumen elektronik.
Ada beberapa jenis formulir SPT Tahunan di antaranya :



• SPT / Formulir 1770 S adalah Surat Pemberitahuan pajak tahunan bagi


orang pribadi karyawan atau yang memiliki penghasilan dari pemberi kerja
yang memberikan bukti potong.
• SPT / Formulir 1770 yaitu Surat Pemberitahuan pajak tahunan bagi orang
pribadi yang memiliki bisnis atau pekerjaan bebas.
Berdasarkan PER-04/PJ/2020, wajib pajak pribadi tidak lagi memerlukan
EFIN untuk lapor SPT dan tidak lagi memerlukan token. Namun, wajib pajak
pribadi wajib melampirkan sertifikat elektronik dan passphrase. Selain itu, ada
dokumen lain yang wajib pajak pribadi butuhkan untuk mengisi SPT Tahunan
Pribadi, di antaranya:
• Formulir 1721 A1 atau A2
• Data penghasilan lainnya, kewajiban/utang, harta (bila ada)
Apabila semua data bapak Hamid sudah lengkap ia wajib pajak dapat langsung
masuk ke akun OnlinePajak nya dan mengikuti instruksi pengisian kolom yang
tersedia. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan dan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang KUP) beserta aturan
pelaksanaannya, Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap
Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat
Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain
yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak. Dalam penjelasannya diatur bahwa yang
dimaksud dengan mengisi SPT adalah mengisi formulir SPT, dalam bentuk kertas
dan/atau dalam bentuk elektronik, dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan
petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Undang-Undang KUP telah mengatur bahwa formulir SPT
dapat dalam bentuk elektronik.
Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/
PMK.03/2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/


PMK.03/2014 Tentang Surat Pemberitahuan mengatur sebagai berikut: 1) SPT


meliputi: a) SPT Masa yang terdiri atas: SPT Masa PPh, SPT Masa PPN, dan SPT
Masa PPN bagi Pemungut PPN; b) SPT Tahunan PPh yang terdiri atas: SPT
Tahunan PPh untuk satu Tahun Pajak dan SPT Tahunan PPh untuk Bagian Tahun
Pajak; 2) SPT dapat berbentuk dokumen elektronik atau formulir kertas
(hardcopy).
Pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/
PMK.03/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/
PMK.03/2014 Tentang Surat Pemberitahuan mengatur bahwa penyampaian SPT
oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak, dapat dilakukan: 1) secara langsung; 2) melalui pas
dengan bukti pengiriman surat; atau 3) dengan cara lain: a) perusahaan jasa
ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat; atau b) saluran tertentu
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi: i) laman Direktorat Jenderal Pajak; ii) laman penyalur SPT
elektronik; iii) saluran suara digital yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak
untuk Wajib Pajak tertentu; iv) jaringan komunikasi data yang terhubung khusus
antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Wajib Pajak; dan v) saluran lain yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Selain secara elektronik dalam Pasal 3 ayat (4) Undang- Undang Nomor 16
Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan dan Tata Cara Perpajakan
“Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.”

2.A. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.01/2017


tentang Persyaratan Untuk Menjadi Kuasa Hukum Pada Pengadilan Pajak


dijelaskan dalam Pasal 2 “Setiap orang perseorangan untuk menjadi Kuasa


Hukum pada Pengadilan Pajak harus memenuhi persyaratan umum dan
persyaratan khusus.”
Dalam Pasal 3 Persyaratan umum untuk menjadi Kuasa Hukum yang dimaksud
adalah:
a. merupakan warga negara Indonesia; dan
b. mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentangperaturan perundang-
undangan perpajakan.
Kemudian dalam Pasal 4 menjelaskan Pengetahuan yang luas dan keahlian
tentang peraturan perundang-undangan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf b dibuktikan dengan:
a. ijazah SarjanajDiploma IV di bidang administrasi fiskal, akuntansi,
perpajakan, dan/atau kepabeanan dan cukai dari perguruan tinggi yang
terakreditasi; atau
b. ijazah Sarjana/Diploma IV dari perguruan tinggi yang terakreditasi selain
dalam bidang sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang dilengkapi dengan
salah satu bukti tambahan sebagai berikut:
1. ijazah Diploma III perpajakan dan/atau kepabeanan dan cukai dari perguruan
tinggi yang terakreditasi;
2. brevet perpajakan dari instansi atau lembaga penyelenggara brevet
perpajakan;
3. sertifikat keahlian kepabeanan dan cukai dari instansi atau lembaga
pendidikan dan pelatihan kepabeanan dan cukai; atau
4. surat atau dokumen yang menunjukkan pengalaman pernah bekerja pada
instansi pemerintah di bidang teknis perpajakan dan/atau kepabeanan dan
cukai.
Selanjutnya dalam Pasal 5 Persyaratan khusus untuk menjadi Kuasa Hukum
meliputi :
a. mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak;

b. mempunyai bukti tanda terima penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)


Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi untuk2 (dua) tahun terakhir;
c. memiliki Surat Keterangan Catatan Kepolisian;
d. tidak berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil atau pejabat negara;
e. menandatangani pakta integritas;
f. telah melewati jangka waktu 2 (dua) tahun setelah diberhentikan dengan
hormat sebagai Hakim Pengadilan Pajak untuk orang yang pernah
mengabdikan diri sebagai Hakim Pengadilan Pajak; dan
g. memiliki izin kuasa hukum.

2.B. Kuasa hukum di Pengadilan Pajak diatur lewat Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) No. 06/PMK.01/2007. Berdasarkan aturan ini, kuasa hukum diartikan
sebagai orang perseorangan yang telah mendapat izin menjadi kuasa kuasa hukum
dari Ketua (Pengadilan Pajak –red) dan memperoleh surat kuasa khusus dari
pihak-pihak yang bersengketa untuk dapat mendampingi dan atau mewakili
mereka dalam berperkara pada Pengadilan Pajak. Apabila dalam suatu sengketa,
salah satu pihak yang bersengketa adalah seorang kakek yang diwakili oleh
cucunya sebagai kuasa hukum, maka cucunya dapat menjadi kuasa hukum yang
mendampingi atau mewakili pemohon banding atau penggugat. Berdasarkan
Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan
Pajak Pasal 34 Ayat (3) menjelaskan dalam hal kuasa hukum yang mendampingi
atau mewakili pemohon Banding atau penggugat adalah keluarga sedarah atau
semenda sampai dengan derajat kedua, pegawai, atau pengampu, persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak diperlukan.
Persyaratan untuk menjadi kuasa hukum yang dimaksud dalam ayat (2) adalah :
a. Warga Negara Indonesia;
b. mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan perundang-
undangan perpajakan;
c. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 37 ayat (1) juga menyebutkan ‘banding dapat diajukan wajib pajak, ahli
warisnya, seorang pengurus atau kuasa hukumnya'.

3.1.A Yang dapat menjadi tanggungan Bapak Yoga : Zuminah (isteri yang tidak
bekerja), Cindy (anak belum bekerja), Fajar (anak angkat belum bekerja), Gina
(Ibu Kandung tidak bekerja). Jadi besar PTKP Bapak Yoga ( Laki-Laki Kawin
Istri Tidak Bekerja/Tidak Usaha) dengan 3 tanggungan :

• Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk diri Wajib Pribadi orang pribadi adalah
sebesar Rp54.000.000

• Penghasilan Tidak Kena Pajak tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin adalah
Rp4.500.000

• Penghasilan Tidak Kena Pajak tambahan untuk setiap anggota keluarga, baik
yang sedarah maupun memiliki garis keturunan lurus dan anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya yaitu Rp4.500.000,- jumlah tanggungan
tersebut maksimal 3 orang

• Rp 54.000.000+ Rp 4.500.000+ Rp 4.500.000+ Rp 4.500.000+ Rp 4.500.000 =


Rp 72.000.000

3.1.B Jika Ibu Zuminah memiliki usaha salon (tambahan PTKP istri bekerja Rp
54.000.000) :

• Status Kawin, Istri Bekerja, memiliki 3 tanggungan (Cindy, Fajar & Gina) Rp
54.000.000+ Rp 54.000.000+ Rp 4.500.000+ Rp 4.500.000+ Rp 4.500.000+ Rp
4.500.000 = Rp 126.000.000

3.1.C PTKP Bapak Yoga jika Ibu Gina memiliki uang pensiun dari suaminya
dengan keterangan anggota lain tetap sesuai tabel tertera :

Tanggungan : Zuminah, Cindy, Fajar

• Rp 54.000.000+ Rp 4.500.000+ Rp 4.500.000+ Rp 4.500.000+ Rp 4.500.000 =


Rp 72.000.000

3.2.A Bapak Yoga sebagai Direktur Utama PT ABC di Surabaya (artinya status
Bapak Yoga adalah sebagai karyawan PT ABC). Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
menetapkan persentase biaya jabatan adalah 5% dari penghasilan bruto dalam
setahun. Batas maksimal penghasilan bruto yang dikenakan biaya tersebut,
Rp500.000 sebulan dan Rp6.000.000 setahun. Terdapat ketentuan baru terkait
dengan lapisan penghasilan kena pajak pada tarif progresif untuk wajib pajak
orang pribadi Pasal 17 UU PPh s.t.d.t.d UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan
(HPP) mulai berlaku untuk tahun pajak 2022. Artinya, atas penghasilan yang
diterima pada tahun pajak 2021 masih menggunakan ketentuan yang lama

• Biaya Jabatan Bapak Yoga 5% x 12x( Rp 60.000.000) = Rp 36.000.000, namun


nilai maksimum adalah Rp 6.000.000 setahun, jadi yang terhitung Rp 6.000.000

• Penghasilan Kena Pajak Bapak Yoga= penghasilan Bapak Yoga/tahun - biaya


jabatan - PTKP = Rp 720.000.000 - Rp 6.000.000- Rp 72.000.000 = Rp
642.000.000

Jadi besar PPh 21 yang harus dibayarkan Bapak Yoga atas penghasilannya
pada tahun 2021 adalah Rp 125.500.000.

Dengan perhitungan tarif progresif PPh 21 sebagai berikut :

5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 +

15% x Rp 250.000.000 = Rp 37.500.000 +

25% x Rp 342.000.000 = Rp 85.500.000 = Rp 125.500.000

3.2.B Penghasilan Bu Zuminah Rp 90.000.000 per tahun + penghasilan Bapak


Yoga per tahun Rp 720.000.000 - biaya jabatan Bapak Yoga Rp 6.000.000
pertahun = Rp 804.000.000

• Besar PTKP Bapak Yoga dengan isteri bekerja dengan 3 tanggungan Rp


126.000.000

• Penghasilan Kena Pajak Bapak Yoga= Rp 804.000.000 - Rp 126.000.000 = Rp


678.000.000

• Besar PPh 21 yang di bayar Bapak Yoga atas penghasilan tahun 2021
adalah Rp 134.500.000 , dengan perhitungan tarif progresif PPh 21 sebagai
berikut:

5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 +

15% x Rp 250.000.000 = Rp 37.500.000 +

25% x Rp 378.000.000 = Rp 94.500.000 = Rp 134.500.000

4. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 03/PJ/2022


Tentang Faktur Pajak Pasal 2 ayat (1) Pengusaha Kena Pajak yang selanjutnya
disingkat PKP yang menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena
Pajak (JKP) wajib memungut PPN yang terutang dan membuat Faktur Pajak
sebagai bukti pungutan PPN. Pada pasal yang sama ayat ke (7) Faktur Pajak wajib
dilaporkan dalam SPT Masa PPN. Mengenai kewajiban dan saat pembuatan faktur
pajak dijelaskan dalam Pasal 3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER -
03/PJ/2022 Tentang Faktur Pajak :

Ayat (1)

PKP wajib membuat Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
untuk setiap:

a. penyerahan BKP sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a dan/atau
Pasal 16D Undang- Undang PPN;

b. penyerahan JKP sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c Undang-
Undang PPN;

c. ekspor BKP berwujud sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f
Undang-Undang PPN;

d. ekspor BKP tidak berwujud sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g
Undang-Undang PPN; dan/atau

e. ekspor JKP sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h Undang-
Undang PPN.

Ayat (2) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat pada:

a. saat penyerahan BKP dan/atau JKP;

b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi


sebelum penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP;

c. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap


pekerjaan;

d. saat ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan/atau ekspor JKP;
atau

e. saat lain yang diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di


bidang PPN.

Anda mungkin juga menyukai