Bersamaan dengan pemberlakuan versi terbaru aplikasi e-Faktur mulai 1 April 2022,
yaitu e-Faktur versi 3.2, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengesahkan ketentuan baru
tentang Faktur Pajak melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-03/PJ/2022.
Aturan ini disahkan untuk memberikan kepastian hukum dan kemudahan bagi
Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan simplifikasi dasar hukum dalam 1 (satu) aturan yang
mengatur mengenai Faktur Pajak yang sebelumnya terdapat dalam beberapa aturan
terpisah.
1. PER-58/PJ/2010 yang mengatur mengenai Faktur Pajak bagi PKP Pedagang Eceran;
2. PER-24/PJ/2012 stdd PER-04/PJ/2020 yang mengatur mengenai aturan teknis
penyusunan Faktur Pajak;
3. PER-16/PJ/2014 stdd PER-10/PJ/2020 yang mengatur mengenai Faktur Pajak
Elektronik;
4. KEP-754/PJ/2001, yang mengatur mengenai pelaksanaan konfirmasi Faktur Pajak
melalui aplikasi sistem informasi perpajakan.
Poin ketentuan paling disorot dalam aturan ini adalah penetapan jangka
waktu upload e-Faktur ke DJP menggunakan aplikasi e-Faktur dan ketentuan perolehan
persetujuan atas e-Faktur dari DJP, yang harus dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya setelah tanggal pembuatan e-Faktur. Hal ini diatur dalam Pasal 18 ayat (1)
PER-03/PJ/2022.
Contoh:
PT H yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP pada tanggal 18 April 2022. PT H
membuat e-Faktur pada tanggal 18 April 2022 menggunakan aplikasi e-Faktur dengan
mengisi kolom tanggal Faktur Pajak 18 April 2022. Namun, e-Faktur tersebut baru di-
upload ke DJP dengan menggunakan aplikasi e-Faktur pada tanggal 16 Mei 2022.
Berdasarkan ketentuan, DJP tidak memberikan persetujuan (reject) atas e-Faktur tersebut
karena di-upload setelah tanggal 15 Mei 2022 dan e-Faktur tersebut bukan merupakan
Faktur Pajak.
Selain mengatur mengenai jangka waktu upload e-Faktur dan perolehan persetujuan
DJP, aturan ini juga merangkum beberapa ketentuan lainnya, yaitu:
Faktur Pajak yang dibuat PKP wajib berbentuk elektronik melalui aplikasi e-Faktur.
Namun, pada keadaan tertentu (seperti peperangan, kerusuhan, revolusi, bencana alam,
pemogokan, kebakaran dan sebab lain diluar kuasa PKP yang ditetapkan DJP), PKP
dapat membuat Faktur Pajak bentuk kertas. Faktur Pajak kertas dibuat 2 rangkap
dengan format sesuai dengan Lampiran huruf M PER-03/PJ/2022. Di sisi lain, e-Faktur
tidak diwajibkan untuk dicetak dalam bentuk kertas.
Faktur Pajak dibuat untuk setiap penyerahan dan/atau ekspor BKP dan/atau JKP serta
dibuat pada saat penyerahan atau penerimaan pembayaran atau saat lain yang
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan di bidang PPN. Namun, PKP juga dapat
membuat 1 Faktur Pajak Gabungan yang meliputi seluruh penyerahan atau ekspor
selama 1 bulan kalender. Apabila terdapat beda kode transaksi, PKP dapat membuat
Faktur Pajak Gabungan atas penyerahan dengan tiap kode transaksi yang sama. Hal
yang harus diperhatikan adalah Faktur Pajak Gabungan tidak dapat dibuat atas
penyerahan yang mendapat fasilitas tidak dipungut dari Kawasan tertentu atau tempat
tertentu.
Penyerahan BKP dan/atau JKP kepada pembeli dengan karakteristik konsumen akhir
adalah penyerahan yang dilakukan secara eceran. PKP yang seluruh atau sebagian
kegiatan usahanya melakukan penyerahan ke konsumen akhir, termasuk yang dilakukan
melalui Perdagangan Melalui Sistem Elektronik merupakan PKP pedagang eceran.
Faktur Pajak dari PKP pedagang eceran tidak dapat dikreditkan.
Kriteria konsumen akhir diberikan apabila BKP dan/atau JKP dikonsumsi secara langsung
dan tidak digunakan untuk kegiatan usaha. Namun kriteria konsumen akhir ini
dikecualikan atas penyerahan BKP tertentu, yaitu:
1. sertifikat elektronik,
2. akun PKP yang diaktivasi dan
3. NSFP yang diberikan oleh DJP.
Perolehan NSFP secara langsung atau melalui elektronik dengan syarat: PKP memiliki
kode aktivasi dan password, akun PKP telah diaktivasi dan bukti lapor SPT Masa PPN 3
masa pajak terakhir berturut-turut. Jumlah NSFP yang diberikan adalah sebanyak 75
NSFP untuk PKP baru, PKP yang belum pernah membuat dan melaporkan Faktur Pajak
dan PKP lama yang jumlah Faktur Pajak selama 3 Masa Pajak kurang dari 75 buah.
Apabila dalam 3 Masa Pajak membuat lebih dari 75 Faktur Pajak, maka paling banyak
NSFP yang diminta adalah 120% dari jumlah Faktur Pajak dalam 3 Masa Pajak.
Ketentuan ini dikecualikan untuk kondisi tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 16
PER-03/PJ/2022.
Bagi PKP di TLDDP, penimbunan berikat atau KEK yang melakukan penyerahan BKP ke
Kawasan bebas dikecualikan dari kewajiban pembuatan e-Faktur, yaitu ketika:
Baik Faktur Pajak berbentuk elektronik, Faktur Pajak berbentuk kertas, dan Faktur Pajak
PKP pedagang eceran dapat dibetulkan dan dibatalkan. Pembetulan dan pembatalan
Faktur Pajak dilakukan sepanjang masih diperbolehkan dalam UU Perpajakan. Apabila
terdapat Faktur Pajak yang dibetulkan atau dibatalkan maka PKP harus melakukan
pembetulan SPT Masa PPN.
Perbedaannya, khusus untuk Faktur Pajak berbentuk kertas hanya boleh dibetulkan
menggunakan jenis Faktur Pajak berbentuk kertas apabila keadaan tertentu masih
berlangsung. Apabila keadaan tertentu tersebut telah berakhir, seluruh Faktur Pajak
wajib di-upload ke DJP menggunakan aplikasi e-Faktur untuk memperoleh persetujuan
DJP (tanpa memperhatikan jangka waktu 15 hari). Selain itu, pembatalan Faktur Pajak
Lebih lanjut, pembetulan dan pembatalan Faktur Pajak PKP pedagang eceran dilakukan
sesuai kelaziman usaha PKP pedagang eceran.
Keterangan yang harus dicantumkan dalam Faktur Pajak paling sedikit memuat:
Selain itu, atas penyerahan BKP/JKP yang yang tidak dipungut, dibebaskan atau DTP
harus diberikan keterangan tidak dipungut, dibebaskan atau DTP dan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan yang mendasarinya melalui aplikasi e-
Faktur.
Bagi PKP Pedagang Eceran, Faktur Pajak dapat dibuat tanpa mencantumkan keterangan
identitas Pembeli BKP/JKP dan nama dan tanda tangan pada FP untuk setiap
penyerahan kepada pembeli dengan konsumen akhir. Keterangan yang harus
dicantumkan dalam Faktur Pajak PKP Pedagang Eceran paling sedikit memuat:
PPN dan PPnBM yang dipungut dapat termasuk dalam harga jual/penggantian atau
dicantumkan secara terpisah
Pengisian keterangan yang benar, lengkap dan jelas adalah persyaratan formal Faktur
Pajak. Hal ini penting diperhatikan oleh PKP karena Faktur Pajak yang cacat formal tidak
dapat dikreditkan.
PT I menjual sepatu kepada distributor Tuan Ogi, WNI orang pribadi, yang beralamat di
Jalan Gatot Subroto No. 42B, Senayan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190. Atas
penjualan sepatu tersebut, PT I membuat Faktur Pajak dengan mencantumkan identitas
Pembeli BKP sebagai berikut:
Nama : Ogi
Alamat : Jalan Gatot Subroto No. 42G, Senayan Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan 12190
NPWP : 00.000.000.0-000.000
NIK/Paspor :-
Referensi: