Anda di halaman 1dari 42

VAT INVOICE

(FAKTUR PAJAK)

Presented By: Torganda Raymundus, MA


Sub Pokok Bahasan
Isu Kebijakan Faktur Pajak

Faktur Pajak (Definisi, Persyaratan, Fungsi dan Ketentuan)

Jenis-Jenis Faktur Pajak

Saat Pembuatan Faktur Pajak

Retur dan Pembatalan

Sanksi Terkait Penerbitan Faktur Pajak

Tanggung Jawab Renteng dalam UU PPN


ISU KEBIJAKAN FAKTUR PAJAK

 Apakah semua negara yang menerapkan VAT perlu mendesain Faktur Pajak? Mengapa? • Apakah
diperlukan FAKTUR PAJAK STANDAR (“Official Invoice”)? Mengapa?
 Jika “Official Invoice” diperlukan, mengapa diperlukan dokumen ‘lain’ sebagai penggantinya?
 Kapan Faktur Pajak sebaiknya dibuat? Mengapa? Ketentuan hukum positif mengenai tempat
terutangnya pajak, ditujukan untuk mengatur hubungan hukum antara subjek hukum pajak dan aparat
perpajakan.
KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(FISCAL ADVANTAGES DARI SISI PEMERINTAH)

 Karena cakupan yang luas meliputi seluruh jalur produksi dan distribusi dan sangat mudah untuk
menimbulkan value added di setiap jalur produksi dan distribusi sehingga potensi pemajakannya
semakin besar.
 Mekanisme kredit pajak (dengan memperkenankan pajak yang telah dibayar dapat dikreditkan), maka
akan menghindari cascading effect sehingga PPN tidak mendistorsi harga yang ditetapkan penjual 
PPN dikenal dengan Credit Method.
 Menggunakan sistem invoice (Faktur Pajak) lebih mudah untuk mengawasi pelaksanaan kewajiban
perpajakan oleh PKP serta mendeteksi adanya penyalahgunaan hak pengkreditan Pajak Masukan
 PPN dikenal dengan Invoice Method.
PENGERTIAN VAT INVOICE (FAKTUR PAJAK)

 A VAT Invoice is an invoice, chit, till roll print, or other documents that is issued by a taxable person who
makes a taxable supply and that records the supply and the amount of VAT payable on it. (David Williams,
dalam Victor Thuronyi : Tax Law Design and Drafting, IMF, 1996, hal.224)

 In an invoice-based VAT System,…, the issue of invoices in the proper form is an essential part of the
procedure for imposing and enforcing the VAT. The requirement that a special invoice be issued is a
feature unique to VAT
PENGERTIAN FAKTUR PAJAK MENURUT UNDANG UNDANG PPN

 Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak (Pasal 1 angka 23)
VAT INVOICE REQUIREMENTS

THE INVOICE MUST NORMALLY SHOW THE FOLLOWING (Tait):


 Name and address of person issuing the invoices
 VAT registration number
 Serial number of the invoice
 Date of issue of the invoice
 Date of supply of the goods or services (if different from the date of invoice)
 A description of the goods or services
 Amount charged, excluding VAT
 Rate (including zero rate) and amount of VAT at each rate
 Name and address of customer
VAT INVOICE REQUIREMENTS (CONT’D)

 —
Invoice must be carefully completed and kept as records.
 —
The name, address and reference of both seller and buyer, should be strictly enforced.
 —
The requirement to include all this information will make a VAT invoice a formal document.
 —
The rules are strict. If an invoice does not contain one or more of the pieces of information (in the VAT
Law), it does not qualify as the basis for recovering input tax.
 —
In theory, tax invoices, which are mostly produced by computer nowadays, should all comply with the
law and should be easily recognisable. In practice, the infinite variety of layout on invoices complicates
matters (A St John PricE 2008).
 The requirement should be enforceable by some penalty or procedure Serial number of the invoice.
FUNGSI TAX INVOICE

 A credit for input tax


VAT laws typically condition the allowance of a credit for input tax on the existence of a VAT invoice
issued during the period for which the credit is claimed.
 To audit the collection of VAT by the tax authorities
An invoice is also required by the tax authorities to audit the collection of VAT. To allow these
requirements to be met, the law should require a supplier making a taxable supply to another taxable
person to provide a VAT invoice with supply or the payment on it.
FUNGSI TAX INVOICE

Fungsi faktur Pajak bagi Pengusaha Kena Pajak:


 Bagi PKP (penjual), faktur pajak merupakan bukti bahwa PPN terutang telah dipungut oleh PKP.
 Bagi PKP (pembeli), faktur pajak merupakan bukti bahwa PPN yang terutang sudah dibayar.
 Faktur pajak ini juga berfungsi sebagai sarana untuk melakukan kredit pajak, sedangkan bagi pembeli
yang bukan PKP, faktur pajak ini hanya berfungsi sebagai bukti bahwa PPN sudah dibayar.
KETENTUAN DALAM PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

Pasal 13 ayat (9) UU PPN Nomor No.42 Tahun 2009  faktur pajak harus memenuhi persyaratan formal
dan material.
 Formal  diisi secara lengkap, jelas, dan benar sesuai dengan persyaratan yang dimaksud dalam
pasal 13 ayat (5) UU PPN; ditandatangani oleh pejabat/ kuasa yang ditunjuk oleh PKP.
 Material  berisi keterangan yang sebenarnya mengenai penyerahan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 13 ayat (1) UU PPN dan juga impor BKP, pemanfaatan JKP serta pemanfataan BKP tidak
berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
JENIS-JENIS FAKTUR PAJAK

 Faktur Pajak Standar


 Faktur Pajak Gabungan
 Dokumen - dokumen tertentu yang diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar

Faktur Penjualan yang memuat keterangan dan yang pengisiannya sesuai dengan ketentuan Pasal 13 (5)
dapat dipersamakan sebagai Faktur Pajak Standar
FAKTUR PAJAK STANDAR

Harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP/JKP paling sedikit memuat (Pasal 13 Ayat 5):
 Nama, alamat, NPWP PKP yg menyerahkan BKP/JKP
 Nama, alamat, NPWP Pembeli BKP/penerima JKP
 Jenis barang/jasa, Jumlah Harga Jual/penggantian dan potongan harga
 PPN yang dipungut
 PPnBM yang dipungut
 Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan FP
 Nama, jabatan dan tanda tangan yg berhak menandatangani FP

 FP harus diisi secara lengkap, jelas, benar & ditandatangani oleh pejabat yg ditunjuk oleh PKP
 Faktur Penjualan yg memuat keterangan dan pengisian yg sesuai dg di atas = FP Standar
FAKTUR PAJAK STANDAR MENURUT UU CIPTA KERJA

Keterangan yang harus dicantumkan dalam Faktur Pajak:


 Nama, alamat, NPWP PKP yg menyerahkan BKP/JKP
 Identitas pembeli BKP atau penerima JKP yang meliputi:
 Nama, alamat, dan NPWP, bagi Wajib Pajak dalam negeri badan dan instansi pemerintah
 Nama, alamat, dan NPWP atau NIK, bagi subjek pajak dalam negeri orang pribadi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
 Nama, alamat, dan nomor paspor, bagi subjek pajak luar negeri orang pribadi; atau
 Nama dan alamat, bagi subjek pajak luar negeri badan atau bukan merupakan subjek pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 UU PPh
 Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga
 PPN yang dipungut
 PPnBM yang dipungut
 Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
 Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
KETENTUAN PERALIHAN UU CIPTA KERJA

 Pada saat Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2021 mulai berlaku, PKP selain PKP pedagang
eceran yang membuat Faktur Pajak tanpa mencantumkan identitas pembeli BKP/penerima JKP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b Undang-Undang PPN sampai dengan 30 (tiga
puluh) hari setelah PP Nomor 9 Tahun 2021 mulai berlaku, tidak dikenai sanksi administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP.
FAKTUR PAJAK GABUNGAN (PASAL 13 AYAT (2) )

 PKP dapat membuat 1 Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan BKP dan/atau JKP yang terjadi dalam
1 bulan kalender kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama
FAKTUR PAJAK SEDERHANA (SIMPLIFIED VAT INVOICE)

 States frequently allow special simplified invoices for small transactions or for transactions recorded in a
retail store in a til or cash register. It will not be required that the details of the customer be recorded
unless, perhaps the customer wishes it.
 For the sake of clarity, the law should distinguish between the formal VAT invoice and simplified
invoices. Only the VAT invoice will entitle the purchaser to the credit for the VAT shown on the invoice
and special procedures will apply to the VAT invoice that do not apply to simplified invoices.
DOKUMEN TERTENTU YANG DIPERSAMAKAN DENGAN FAKTUR PAJAK
(PASAL 13 AYAT 6 UU PPN DAN BERDASARKAN PER-13/PJ/2019)

 Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk
penyaluran tepung terigu
 Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi
 Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (airway bill), atau delivery bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk
penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
 Nota penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan
 Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik
 Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan air minum
 Bukti tagihan (trading confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara efek
 Bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan
DOKUMEN TERTENTU YANG DIPERSAMAKAN DENGAN FAKTUR PAJAK
(PASAL 13 AYAT 6 UU PPN DAN BERDASARKAN PER-13/PJ/2019)

 Dokumen yang digunakan untuk pemesanan pita cukai hasil tembakau (dokumen CK-1)
 Pemberitahuan Ekspor Barang yang dilampiri Nota Pelayanan Ekspor, invoice dan bill of lading atau
airway bill yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor
Barang tersebut, untuk ekspor BKP
 Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud, untuk
ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud
 Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat,
dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang dilampiri dengan SSP, Surat Setoran Pabean, Cukai dan
Pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor BKP;
DOKUMEN TERTENTU YANG DIPERSAMAKAN DENGAN FAKTUR PAJAK
(PASAL 13 AYAT 6 UU PPN DAN BERDASARKAN PER-13/PJ/2019)

 PIB yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan
SSP dan surat penetapan tarif dan/atau nilai pabean, surat penetapan pabean, atau surat penetapan kembali
tarif dan/atau nilai pabean yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP,
yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari PIB tersebut, untuk impor BKP dalam hal terdapat
penetapan kekurangan nilai PPN Impor oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
 SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean, dengan melampirkan tagihan dan rincian berupa jenis dan nilai BKP Tidak Berwujud
atau JKP serta nama dan alamat penyedia BKP Tidak Berwujud atau JKP
 SSP untuk pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru lelang disertai dengan kutipan Risalah
Lelang, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan SSP tersebut
 SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran dan/atau penyerahan BKP dan/atau JKP dari Kawasan Bebas
ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang dilampiri dengan:
1)Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran BKP; atau 2)invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP
dan/atau BKP Tidak Berwujud.
DOKUMEN TERTENTU YANG DIPERSAMAKAN DENGAN FAKTUR PAJAK
(PASAL 13 AYAT 6 UU PPN DAN BERDASARKAN PER-13/PJ/2019)

Pasal 4 PER 19/PJ/2019


Dokumen tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 huruf a sampai dengan huruf k paling sedikit
harus memuat:
 Nama, alamat, dan NPWP yang melakukan ekspor atau penyerahan
 Dasar pengenaan pajak
 Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

Saat Pembuatan Faktur Pajak Standar:


 Saat penyerahan BKP dan/atau JKP
 Saat penerimaan pembayaran yang terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP
 Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan
 Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan PMK

Saat Pembuatan Faktur Pajak Gabungan:


 UU PPN Pasal 13 ayat (2a)
 Paling lama pada akhir bulan penyerahan
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

 PKP yang menerbitkan FP sebelum melewati 3 bulan sejak berakhirnya batas waktu, masih dianggap
sebagai FP Standar dan bagi PKP (pembeli) FP tidak tersebut tidak cacat dan dapat dikreditkan
 PKP yang menerbitkan FP melewati batas waktu 3 bulan sejak berakhirnya batas waktu penerbitan FP,
dianggap tidak membuat FP. Bagi PKP (Penjual) merupakan pelanggaran dan dikenakan sanksi 2%
dari DPP dan bagi PKP (pembeli) FP tidak dapat dikreditkan.
FAKTUR PAJAK ELEKTRONIK (E-TAX INVOICE)

 Faktur Pajak Elektronik merupakan faktur pajak yang:


 Berbentuk elektronik
 Dibuat menggunakan aplikasi atau sistem yang disediakan dan/atau ditentukan oleh DJP; DAN
 dicantumkan tanda tangan elektronik.
 Pengecualian terhadap Faktur Pajak Elektronik diberikan atas Faktur Pajak:
 Penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (VAT Refund)
 Penyerahan BKP/JKP kepada pembeli BKP/JKP dengan karakteristik konsumen akhir (Eceran); dan
 Penyerahan BKP/JKP dan/atau ekspor BKP/BKP tidak berwujud/JKP, yang bukti pemungutan PPN-nya berupa
dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak (Dokumen Tertentu)
  Dibuat sesuai ketentuan terkait
FAKTUR PAJAK ELEKTRONIK (E-TAX INVOICE)

 Faktur Pajak Wajib diunggah menggunakan aplikasi atau sistem yang disediakan dan/atau ditentukan
oleh DJP untuk mendapatkan persetujuan DJP.
 Faktur Pajak yang tidak mendapatkan persetujuan DJP → bukan Faktur Pajak
 Faktur penjualan yang mencantumkan keterangan lengkap dan diunggah menggunakan aplikasi atau
sistem yang disediakan dan/atau ditentukan oleh DJP dan memperoleh persetujuan DJP → termasuk
dalam pengertian Faktur Pajak
PENOMORAN FAKTUR PAJAK

 Nomor seri faktur pajak adalah nomor seri yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) kepada
Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan mekanisme tertentu. Bentuk nomor seri faktur pajak berupa
kumpulan angka, huruf atau kombinasi angka dan huruf yang ditentukan oleh DJP.
 Nomor seri faktur pajak terdiri dari kode dan nomor seri faktur pajak sebanyak 16 digit, yaitu:
 2 digit pertama menunjukkan kode transaksi.
 1 digit berikutnya menunjukkan kode status.
 13 digit berikutnya adalah nomor seri faktur pajak yang ditentukan oleh DJP.
PERUBAHAN KETENTUAN MENGENAI NOMOR SERI FAKTUR PAJAK
KODE TRANSAKSI DALAM PEMBUATAN FAKTUR PAJAK
RETUR PENJUALAN
 Retur penjualan (pengembalian barang) dapat saja terjadi karena beberapa hal. Di sisi lain, timbulnya
retur tersebut berdampak pada timbulnya kewajiban dalam PPN untuk membuat Nota Retur.
 Nota retur merupakan dokumen yang harus dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) pembeli
untuk disampaikan kepada PKP penjual sehubungan dengan aktivitas retur penjualan tersebut.
 Nota retur ini hanya berlaku untuk BKP, sementara untuk Jasa Kena Pajak (JKP), yang berlaku adalah
Nota Pembatalan, sebab tidak mungkin dilakukan pengembalian atas jasa.
 PPN dan PPnBM atas Penyerahan BKP yg dikembalikan Mengurangi:
 PK dan PPn BM Terutang oleh PKP Penjual
 PM dari PKP Pembeli dg catatan PM Tsb telah dikreditkan
 Biaya atau Harta bagi PKP Pembeli dalam hal Pajak atas BKP yg dikembalikan telah dibebankan
sebagi biaya atau telah dikapitalisasi
 Pada Masa Pajak terjadinya Pengembalian BKP
 Tata cara ditetapkan oleh MenKeu
KETENTUAN NOTA RETUR SESUAI PMK 65/PMK.03/2010

Keterangan paling sedikit yang harus dimuat dalam Nota Retur :


 Nomor urut nota retur.
 Nomor, kode seri dan tanggal faktur pajak dari BKP yang dikembalikan.
 Nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) PKP pembeli.
 Nama, alamat dan NPWP PKP penjual.
 Jenis barang, jumlah harga jual BKP yang dikembalikan.
 PPN atas BKP yang dikembalikan atau PPN dan PPnBM atas BKP yang tergolong mewah yang dikembalikan.
 Tanggal pembuatan nota retur.
 Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota retur.
 Nota Retur dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap dua:
 Untuk disampaikan kepada PKP Penjual
 Untuk arsip Pembeli
 Nota Retur dibuat dalam Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak terjadinya pengembalian BKP
TATA CARA PENGURANGAN PPN DAN PPNBM ATAS PENGEMBALIAN BKP

 PPN Atas Penyerahan BKP yang dikembalikan oleh Pembeli


 Bagi PKP Penjual: Mengurangi Pajak Keluaran, sepanjang Faktur Pajak telah dilaporkan dalam SPT
 Bagi PKP Pembeli, dapat Mengurangi:
 PM sepanjang PM dapat dikreditkan dan telah dilaporkan dlm SPT
 Harta atau biaya, dlm hal PM tidak dapat dikreditkan dan telah dikapitalisasi atau telah dibebankan sebagai biaya
 Harta atau Biaya bagi pembeli bukan PKP

 Bagi PKP Penjual dan Pembeli


Dilakukan dalam Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak dibuatnya Nota Retur
 Dalam hal Nota Retur belum dapat diperhitungkan dalam Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak
dibuatnya Nota Retur.
 Nota Retur dapat diperhitungkan dalam masa pajak diterimanya Nota Retur tersebut
PENGECUALIAN PEMBUATAN NOTA RETUR

 BKP yang dikembalikan diganti dengan BKP yang sama, baik dari segi jumlah, jenis atau tipe maupun
harga.
 Apabila pengembalian BKP masih terjadi pada masa pajak yang sama saat penyerahan. Untuk situasi
seperti ini, perlakuannya tidak dibuatkan nota retur melainkan pembatalan penjualan dan harus
dilakukan pembetulan faktur pajak.
KEDUDUKAN NOTA RETUR DALAM E-FAKTUR

 Dalam aplikasi e-Faktur, nota retur pajak yang dibuat oleh PKP pembeli akan direkam pada aplikasi dan
akan mengurangi pajak masukan pada kolom B2 yang tertera pada Surat Pemberitahuan (SPT) PPN.
 Sementara, PKP penjual yang menerima nota retur akan merekamnya pada aplikasi e-Faktur dan akan
mengurangi pajak keluaran pada kolom A2 dalam SPT PPN. Jumlah pajak keluaran ini nantinya akan
dibandingkan dengan pajak masukan PKP pembeli. Perbandingan ini diperlukan untuk menemukan
apakah ada kurang atau lebih bayar PPN.
FAKTUR PAJAK TIDAK LENGKAP

 Faktur pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak ditandatangani oleh PKP atau
pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya sesusai dengan tata cara dan
prosedur yang berlaku. (Pasal 6 Ayat 2)
 PKP yang membuat FP dengan menggunakan nomor seri Faktur Paja ganda atau Nomor Seri Faktur
Pajak yang sama lebih dari 1 (satu) dalam tahun pajak yang sama, maka seluruh FP dengan nomor seri
yang sama tersebut dianggap FP Tidak Lengkap.
 PKP melakukan pengisian Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan
(pasal 12)
 PKP tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan nama PKP atau pejabat/pegawai yang berhak
menandatangani FP disertai dengan contoh tandatangannya atau perubahan pejabat/pegawai yang
berhak menandatangani FP (jika terjadi perubahan) kepada Kepala KPP tempat PKP dikukuhkan atau
tempat pemusatan PPN terutang dilakukan, maka FP yang diterbitkan oleh PKP sampai dngan
diterimanya pemberitahuan merupakan FP Tidak Lengkap.
FAKTUR PAJAK PENGGANTI

 Faktur pajak pengganti merupakan faktur pajak yang dibuat sebagai revisi atas faktur sebelumnya pada
transaksi yang sama.
 Faktur pajak pengganti berfungsi memperbaiki kesalahan, baik itu berupa salah input nama barang,
keterangan informasi tentang lawan transaksi, maupun nilai transaksi saat wajib pajak membuat faktur pajak.
 Faktur pengganti dibuat oleh PKP dan tidak menggunakan NSFP yang berbeda. Perubahan yang terjadi
hanya terdapat pada Kode Status (digit ke-3), yaitu 0 (nol) pada faktur normal, dan diganti menjadi 1 (satu)
pada faktur pengganti, baik faktur pengganti pertama ataupun faktur pengganti kedua dan seterusnya.
 Dalam kolom Status Faktur pada faktur yang diganti, isian “Normal” akan diganti menjadi “Diganti”,
sedangkan pada faktur pengganti yang baru akan tertulis status “Normal-Pengganti”.
 Tanggal faktur pengganti diisi dengan tanggal pada saat faktur pengganti dibuat, namun harus tetap
dilaporkan dalam SPT Masa PPN pada Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak dilaporkannya faktur
pajak normal.
KETENTUAN DALAM PEMBUATAN FAKTUR PAJAK PENGGANTI

Berikut ini adalah beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam membuat faktur pajak pengganti:
 Untuk kesalahan pengisian nomor urut, buat faktur pajak pengganti dengan nomor urut pada kode dan NSFP
dengan nomor urut yang sebenarnya.
 Kode status pada faktur pajak ini adalah kode status 1.
 Tahun penerbitan pada NSFP adalah tahun penerbitan faktur pajak yang diganti.
 Tanggal penerbitan faktur pajak ini sama dengan tanggal penerbitan faktur pajak awal (sebelum diganti).
 Pada faktur pajak pengganti, bubuhkan cap yang menunjukkan kode dan NSFP serta tanggal faktur pajak
yang diganti.
 Faktur pajak pengganti dan faktur pajak yang diganti digabungkan menjadi satu berkas.
 Pengusaha Kena Pajak (PKP) harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN pada masa pajak yang sama
dengan masa pajak pelaporan faktur pajak yang diganti.
SANKSI TERKAIT PENERBITAN FAKTUR PAJAK

 Berdasarkan Undang-Undang KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 14, Pengusaha Kena Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dalam hal berikut:
 Menerbitkan faktur pajak yang tidak memuat keterangan dan/atau tidak mengisi secara lengkap, jelas,
benar, dan/atau tidak ditandatangani oleh pejabat atau kuasa yang ditunjuk oleh PKP untuk
menandatangani faktur pajak, kecuali faktur pajak tidak memuat keterangan mengenai: Nama, alamat,
dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; Nama dan
tandatangan yang berhak menandatangani faktur pajak untuk PKP pedagang eceran.
 Menerbitkan faktur pajak tidak sesuai dengan batas waktu.

Saudara diminta untuk membaca perubahan terkait sanksi tersebut sesuai UU Cipta Kerja
SANKSI TERKAIT PENERBITAN FAKTUR PAJAK

 Sanksi Administrasi : berupa denda sebesar 2% dalam hal-hal berikut:


 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak tetapi
tidak tepat waktu
 PKP yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap
 PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak.
 Sanksi Pidana: sesuai dengan Pasal 39A KUP, yang menyatakan bahwa setiap orang yang sengaja:
 Menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan,pemotongan,dan setoran pajak yang tidak
berdasarkan transaksi yang sebenarnya
 Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 tahun
dan paling lama 6 tahun serta denda paling sedikit 2 kali dan paling banyak 6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti
pemungutan, pemotongan dan setoran pajak.
 Sanksi Tidak Langsung bagi Pembeli: Dari ketentuan UU PPN Pasal 9 ayat (8) huruf f dan g, yang termasuk
disallowed VAT Input adalah Pajak Masukan atas perolehan dan pemanfaatan yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan.
TANGGUNG JAWAB RENTENG DALAM UU PPN TERKAIT FAKTUR PAJAK

 Pasal 16F UU PPN dan Penjelasannya:


 “Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak bertanggung jawab secara renteng atas
pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti bahwa Pajak telah dibayar.”
 “Sesuai dengan prinsip beban pembayaran pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah adalah pada pembeli atau konsumen barang atau penerima jasa. Oleh karena itu,
sudah seharusnya apabila pembeli atau konsumen barang dan penerima jasa bertanggung jawab renteng atas
pembayaran pajak yang terutang apabila ternyata bahwa pajak yang terutang tersebut tidak dapat ditagih kepada
penjual atau pemberi jasa dan pembeli atau penerima jasa tidak dapat menunjukkan bukti telah melakukan
pembayaran pajak kepada penjual atau pemberi jasa.
Pasal 4 ayat (1) sampai (3) PP Nomor 1 Tahun 2012:
 Pasal 4 ayat (1): Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak bertanggung jawab secara
renteng atas pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah”.

 Pasal 4 Ayat (2), “Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberlakukan dalam hal:
 Pajak yang terutang tersebut dapat ditagih kepada penjual barang atau pemberi jasa; atau
 Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak dapat menunjukkan bukti telah melakukan pembayaran
pajak kepada penjual barang atau pemberi jasa”.
 Pasal 4 Ayat (3), “Tanggung jawab renteng sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditagih melalui penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.”
TUGAS

 Buatlah flow chart atau sejenisnya terkait aktivitas permohonan kode, aktivasi password, dan
permintaan faktur pajak sesuai ketentuan PPN yang berlaku
 Buatlah matriks terkait poin-poin perubahan ketentuan bentuk, ukuran, tata cara pengisian
keterangan, prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara pembetulan atau
penggantian, dan tata cara pembatalan faktur pajak (mulai dari PER 65/2010 hingga ketentuan terbaru)
Education is the most powerful weapon
which you can use to change the world

Nelson Mandela

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai