Disusun oleh:
K7722012
SURAKARTA
2023
BAB X
4. Faktur Pajak
a. pengertian
Faktur pajak adalah dokumen atau bukti pemungutan pajak pertambahan nilai
(PPN) yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP). Faktur pajak sebagai bukti
pungutan pajak dan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan pajak
masukan.
Faktur pajak harus diisi secara lengkap, jelas, dan benar serta ditandatangani oleh
pihak yang ditunjuk oleh pengusaha kena pajak untuk menandatanganinya. Namun,
keterangan mengenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah hanya diisi apabila atas
penyerahan barang kena pajak terutang Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Faktur pajak yang tidak diisi sesuai dengan ketentuan mengakibatkan Pajak
Pertambahan Nilai yang tercantum di dalamnya tidak dapat dikreditkan sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009. Di samping itu, faktur pajak adalah dokumen yang harus dibuat pada saat
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP).
Kemudian pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau sebelum penyerahan
Jasa Kena Pajak (JKP). Selain itu, faktur pajak diberikan pada saat penerimaan
pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan. Terakhir, pada saat
Pengusaha Kena Pajak (PKP) rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendahara
Pemerintah sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai. Bentuk dan ukuran faktur
pajak disesuaikan dengan kepentingan Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Sebagai informasi, sejak 1 Juni 2013 seluruh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
membuat faktur pajak wajib menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP)
sebagaimana yang diatur dalam peraturan Direktur jenderal Pajak Nomor PER-
24/PJ/2012 sebagai berikut :
1. 2 (dua) digit kode transaksi
2. 1 (satu) digit kode status
3. 13 (tiga belas) digit nomor seri faktur pajak yang ditentukan oleh Direktorat
jenderal Pajak (DJP).
b. Fungsi Faktur Pajak
Faktur pajak dibuat oleh pengusaha kena pajak untuk setiap kali melakukan
penyerahan atau transaksi dalam rangkap dua. Satu untuk pihak yang menerima
penyerahan dan satu lagi untuk pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan.
Pajak masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar
oleh pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak, jasa kena pajak
atau pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean.
Sedangkan pajak keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib
dipungut oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak, Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak berwujud dan tidak berwujud.
Sebagai dokumen penting yang berkaitan dengan kegiatan transaksi jual beli
terutama yang menggunakan sistem kredit. Maka dari itu, faktur tentu saja
mempunyai banyak fungsi, terutama dalam dunia bisnis. Salah satunya, faktur pajak
adalah bukti sah ketika hendak menambahkan transaksi ke dalam pembukuan
keuangan.
Di sisi lain, keberadaan faktur justru menjadi dokumen penting yang tidak boleh
dihilangkan oleh perusahaan, sebab dapat menjadi barang bukti bahwa transaksi
jual beli itu telah dilakukan sebelumnya. Misalnya, sebagai informasi mengenai
besarnya tagihan pembayaran yang harus dilakukan oleh pembeli. Oleh karenanya,
fungsi faktur pajak adalah:
Contoh:
PKP "ABC" sebagai pabrikan menyerahkan barang hasil produksinya dengan
harga jual Rp10.000.000,00. Barang tersebut merupakan BKP yang Tergolong
Mewah dengan tarif PPn BM sebesar 40%. Penghitungan pajak yang harus
dipungut adalah sebagai berikut: PPN-10% x Rp 10.000.000,00 Rp1.000.000,00.
PP BM -40% x Rp10.000.000,00 Rp4.000.000,00.
6. Pengisian SPT PPN / PPnBM
Ketentuan umum pengisian SPT Masa PPN berdasarkan UU No. 6 Tahun 1983
tentang KUP sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan UU No. 16 Tahun
2009 dan terakhir dengan UU No. 7 Tahun 2021 tentang: Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (UU HPP), disebutkan bahwa SPT Masa PPN ditandatangani oleh
orang yang diberi kuasa harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.
Isi SPT Masa PPN berdasarkan PMK Nomor 243/PMK.03/2014 harus memuat
informasi sebagai berikut:
• Jenis Pajak
• Jumlah penyerahan
• Tanggal penyetoran
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai 1111 digunakan oleh individu
(pribadi) dan badan (perusahaan) yang berstatus PKP.
• Ekspor
Dari semua penyerahan itu dikurangi dengan retur barang yang diterima.
Berikutnya Surat Pemberitahuan Masa PPN 1111 A DM, yakni berisi daftar Pajak
Keluaran atas penyerahan dalam negeri dengan Faktur Pajak dan dokumen tertentu
yang kedudukannya disamakan dengan Faktur Pajak dan nota retur penjualan.
Kolom kode dan nomor seri pada SPT PPN 1111 A DM diisi dengan kode dan
nomor seri yang tercantum dalam Faktur Pajak sesuai ketentuan yang mengatur
mengenai kode dan NSFP atau diisi dengan kode dan nomor seri yang tercantum
dalam dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak.
Jumlah tersebut saat dipindahkan dalam formulir induk bagian DPP penyerahan
barang, maka akan menghasilkan angka yang sama antara DPP penyerahan barang
yang tercantum pada formulir 1111 DM dan formulir 1111 A DM.
Fitriya. (2023, Maret 17). SPT Masa PPN : Contoh dan Cara Pengisiannya. Retrieved from
Klik Pajak: https://klikpajak.id/blog/spt-masa-ppn-bentuk-tata-cara-pengisian-dan-
pelaporan-pajaknya/
Prof. Dr. Mardiasmo, M. A. (2019). Perpajakan Edisi 2019. Yogyakarta: AndiYogyakarta.
Rumah.com. (2022, November 15). Faktur Pajak: Definisi, Jenis, Fungsi, dan Contohnya.
Retrieved from Rumah.com: https://www.rumah.com/panduan-properti/faktur-pajak-
adalah-74899