Anda di halaman 1dari 3

Nama : Saputri Nur Atika

NIM : C1C019038

Lanjutan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan……….

D. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, berdasarkan pasal 1 ayat 6 NPWP adalah Nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai tanda pengenal atau identitas bagi setiap Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya di perpajakan.
Proses pendaftaran NPWP :
1. Pendaftaran dilakukan melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat
2. Mengisi formulir pendaftaran
3. Melampirkan fotokopi surat keputusan pengangkatan sebagai bendaharawan
4. Melampirkan fotokopi karti tanda pengenal (KTP/SIM) bendaharawan yang
bersangkutan
E. Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Wajib Pajak sebagai pengusaha yang melakukan penyerahan barang/jasa kena pajak dalam
daerah pabean yang dikenakan PPN, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat atau
secara online melalui e-register. Menurut UU No.28 tahun 2007 pasal 1 ayat 5, Pengusaha
Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai. Pengusaha kecil dengan batasan jumlah peredaran bruto atau penerimaan bruto tidak
lebih dari Rp600.000.000,00 dikecualikan dari PKP. Yang termasuk Pengusaha Kena
Pajak adalah:
a. Pabrikan atau produsen
b. Agen utama dan penyalur utama pabrikan atau importir
c. Pemegang hak paten atau merek dagang barang kena pajak
d. Pedagang besar
e. Pengusaha yang melakukan penyerahan jasa kena pajak
f. Pedagang eceran
g. Pedagang kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
Pada proses pengukuhan sebagai PKP, dilakukan penelitian setempat mengenai
keberadaan dan kegiatan usaha yang bersangkutan. Setelah dikukuhkan, maka penyerahan
barang kena pajak atau jasa kena pajak wajib diterbitkan faktur pajak.
Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pasal 1 ayat 23 Faktur pajak adalah bukti
pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP), atau bukti pungutan
pajak karena Impor Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai. Faktur Pajak dibuat paling sedikit dua rangkap yaitu:
1. Lembar 1 : Untuk pembeli BKP atau penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan
2. Lembar 2 : Untuk PKP sebagai bukti Pajak Keluaran
Apabila yang memungut PPN adalah bendaharawan, maka rekanan perlu membuat
tambahan formulir faktur pajak yang diperuntukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan
Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN)
F. Surat Setoran Pajak (SSP)
Setelah bendaharawan mendapatkan NPWP, selanjutnya bendaharawan dapat bertindak
sebagai pemotong/pemungut pajak-pajak negara.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 14 Surat Setoran Pajak
(SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan cara
lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. SSP
digunakan oleh bendaharawan untuk menyetorkan hasil pemotongan/pemungutan pajak
melalui kantor pos atau bank persepsi.
Surat Setoran Pajak digunakan sebagai bukti pembayaran masing-masing jenis pajak ,
sehingga secara teknis penyetoran antara PPN dengan PPh yang lain tidak boleh
digabungkan dalam satu SSP. Demikian juga dengan jenis pajak penghasilan harus
dipisahkan satu sama lain, karena masing-masing memiliki kode akun pajak dan kode
jenis setoran yang berbeda.
G. Surat Pemberitahuan (SPT)
Setelah membayarkan hasil pungutan/potongan pajak, bendaharawan juga memiliki
kewajiban melaporkan pajak yang terutang melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
setempat dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa atau Tahunan.
Menurut UU No 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 11 Surat Pemberitahuan adalah surat yang
oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagi pemotong atau pemungut pajak, SPT
berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkan. SPT terdiri atas 2 yaitu:
1. SPT Masa adalah SPT untuk suatu masa pajak tertentu (UU No. 28 tahun 2007 pasal
1 ayat 12).
2. SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak (UU No.
28 tahun 2007 pasal 1 ayat 13)

Sumber:
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
Bawono Icuk R. Dan Novelsyah, Mochamad. 2020. Perpajakan untuk Bendaharawan.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Anda mungkin juga menyukai