Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

BENTUK BENTUK SURAT PAJAK

NAMA KELOMPOK
1. NIHA
2. NAZWA
3. NAUFAL
4. NAILA
5. RIZKY
Bentuk Bentuk Surat Perpajakan
1. Bentuk Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah laporan pajak yang disampaikan kepada pemerintah
Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan mengenai SPT diatur dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Dalam undang-undang tersebut ditegaskan, pemerintah mengharuskan seluruh wajib pajak untuk
melaporkan SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Nah, dalam ketentuan tersebut, secara
garis besar kita dapat menyimpulkan fungsi dari SPT adalah:

 Melaporkan pelunasan atau pembayaran pajak yang sudah dilakukan, baik secara
personal maupun melalui pemotongan penghasilan dari perusahaan dalam jangka waktu
satu tahun.
 Melaporkan harta benda yang dimiliki di luar penghasilan tetap dari pekerjaan utama.
 Melaporkan penghasilan lainnya yang termasuk ke dalam kategori objek pajak maupun
bukan objek pajak.

SPT juga terbagi menjadi dua kategori, yaitu SPT Tahunan dan SPT Masa. Ingin tahu apa
perbedaan fungsi dua SPT tersebut? Baca penjelasan selengkapnya di bawah ini.

1 ) SPT Tahunan

SPT Tahunan merupakan laporan pajak yang disampaikan satu tahun sekali (tahunan) baik oleh
wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi, yang berhubungan dengan perhitungan dan
pembayaran pajak penghasilan, objek pajak penghasilan, dan/atau bukan objek pajak
penghasilan, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan pajak untuk satu tahun pajak,
atau bagian dari tahun pajak.

2 ) SPT Masa

Di Indonesia terdapat 10 jenis SPT Masa. SPT Masa tersebut dinamakan berdasarkan nomor
pasal, di mana aturan pajak tersebut diatur, 10 jenis SPT Masa tersebut adalah:

1. PPh Pasal 21/26.


2. PPh Pasal 22.
3. PPh Pasal 23/26.
4. PPh Pasal 25.
5. PPh Pasa 4 ayat (2).
6. PPh Pasal 15.
7. PPN (Pajak Pertambahan Nilai).
8. PPN bagi Pemungut .
9. PPN bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang menggunakan nilai lain sebagai Dasar
Pengenaan Pajak.
10. Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Jenis Formulir dalam Pelaporan SPT

Setiap pekerja/pegawai pasti menerima bukti potong sebagai bukti setoran pajak yang telah
dipungut dan dilaporkan oleh perusahaan pemberi kerja. Formulir bukti potong tersebut terbagi
menjadi dua yakni

Formulir 1721 A1 khusus untuk para karyawan yang bekerja di perusahaan milik swasta.
Formulir 1721 A2 untuk karyawan yang menjabat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Kedua formulir ini nantinya akan menjadi pedoman wajib pajak ketika lapor pajak.

Selain formulir bukti potong, kita juga mengenal tiga jenis formulir SPT PPh Orang Pribadi,
yakni formulir 1770 yang ditujukan bagi wajib pajak yang bekerja tanpa ikatan kerja tertentu,
formulir 1770 SS yang ditujukan untuk perseorangan atau pribadi dengan jumlah penghasilan
kurang dari atau sama dengan Rp60 juta setahun dan hanya bekerja pada satu perusahaan, serta
formulir 1770 S untuk wajib pajak pribadi dengan penghasilan tahunan lebih dari Rp60 juta dan
bekerja pada dua perusahaan atau lebih.

2. Bentuk Surat Setor Pajak (SPP)

SSP (Surat Setoran Pajak) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
yang telah dilakukan oleh wajib pajak dengan menggunakan formulir atau
dengan cara lain ke kas Negara melalui tempat pembayaran seperti kantor
Pos, Bank Badan Usaha Milik Negara, Bank Badan Usaha Milik Daerah, dan
lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

Wajib pajak diharuskan terlebih dahulu untuk membuat SSP dan membawa
SSP tersebut ke bank atau kantor pos sebelum membayar pajak.

Surat Setoran Pajak sangat penting keberadaannya karena berfungsi sebagai


bukti pembayaran pajak.
SSP dianggap sah apabila sudah disahkan oleh pejabat kantor penerima
pembayaran atau jika sudah divalidasi pembayarannya oleh pihak berwenang.

Jadi, Surat Setoran Pajak adalah formulir yang penting, terutama bagi Anda
yang telah membayar pajak dan ingin melaporkan pembayaran pajak untuk
memenuhi kewajiban terhadap negara.
Jenis-Jenis Surat Setoran Pajak

Jenis-jenis Surat Setoran Pajak yang perlu Anda ketahui dan pahami di antara
lain:

1. SSP Standar adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak dan berfungsi
untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kantor
Penerima Pembayaran, dan digunakan sebagai bukti pembayaran dengan
bentuk, ukuran, dan isi yang telah ditetapkan.
2. SSP Khusus adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke
Kantor Penerima Pembayaran yang dicetak oleh Kantor Penerima
Pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi dan/ atau alat lainnya
yang isinya sesuai dengan yang telah ditetapkan, dan mempunyai fungsi yang
sama dengan SSP Standar dalam administrasi perpajakan.
3. Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor
(SSPCP) adalah SSP yang digunakan oleh Importir atau Wajib Bayar dalam
rangka impor.
4. Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau
Buatan dalam Negeri adalah SSP yang digunakan oleh Pengusaha untuk
cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN hasil tembakau buatan dalam negeri.
Formulir Surat Setoran Pajak

Formulir SSP dibuat dalam rangkap 4 dengan rincian:

 Lembar ke-1 : arsip Wajib Pajak


 Lembar ke-2 : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
 Lembar ke-3 : dilaporkan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak
 Lembar ke-4 : arsip Kantor Penerima Pembayaran
Apabila diperlukan, SSP dapat dibuat dalam rangkap 5 dengan peruntukan
lembar ke-5 untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku.

SSP digunakan untuk pembayaran atas semua jenis pajak, sedangkan


pengadministrasian setiap jenis pajak secara terpisah dalam kas negara
(APBN), maka perlu ada Mata Anggaran Penerimaan (MAP) untuk setiap
jenis pembayaran pajak.

Satu formulir Surat Setoran Pajak hanya untuk pembayaran satu jenis pajak
dan untuk satu Masa Pajak atau satu Tahun Pajak/Surat Ketetapan
Pajak/Surat Tagihan Pajak dengan menggunakan satu Kode Akun Pajak dan
satu Kode Jenis Setoran.
Keterangan dalam Formulir SSP Pajak

 Kolom NPWP. Isikan NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak ) yang Anda
miliki.

Wajib Pajak yang belum memiliki nomor NPWP maka:

 WP Badan: Nomor NPWP dapat diisi 01.000.000.0-XXX.000 (Huruf xxx


dapat Anda isi dengan nomor KPP dari domisili Wajib Pajak)
 WP Orang Pribadi: Nomor NPWP dapat diisi dengan 04.000.000.0-XXX.000
(bagian xxx dapat Anda isi dengan KPP dari domisili wajib Pajak)
 Nama Wajib Pajak. Isikan nama wajib pajak sesuai dengan yang terdaftar.
 Alamat Wajib Pajak. Isikan alamat domisli lengkap wajib pajak yang
terdaftar dalam SKT (Surat Keterangan Terdaftar).
 NOP. Isi sesuai dengan Nomor Objek Pajak yang didasarkan pada surat-surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dari Pajak Bumi Terhutang (PBB).
 Alamat OP. Alamat tempat Objek Pajak berdasarkan SPPT.
 Kode Akun Pajak. Isi kolom ini dengan angka dari kode akun pajak untuk
jenis-jenis pajak yang akan dibayarkan. Kode dapat dilihat di Tabel Kode
Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran yang terdapat di dalam lampiran
Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER- 31/PJ/2013.
 Kode Jenis Setoran. Isi dengan angka untuk setiap pajak yang akan
dibayarkan yang tertera dalam Tabel Kode Akun Pajak dan Kode Jenis
Setoran.
 Kolom Uraian Pembayaran. Kolom ini diisi sesuai dengan uraian yang
terdapat dalam kolom “Jenis Setoran”. Perlu diketahui:
 Khusus bagi PPh Final Pasal 4 ayat 2 mengenai transaksi Penyewaan Tanah
dan Bangunan (PTB) yang disetorkan si penyewa juga dilengkapi nama
penyewa.
 Khusus bagi PPh Final Pasal 4 ayat 2 mengenai transaksi pengalihan Hak
atas Tanah dan Bangunan (HTB) dilengkapi nama pembeli.
 Masa Pajak. Beri tanda “X” atau silang di salah satu kolom masa pajak
untuk waktu yang akan dibayarkan. Pembayaran lebih dari satu masa
pembayaran pajak dapat dilakukan dengan memakai satu formulir SSP untuk
satu masa pajak.
 Tahun Pajak. Tahun terutangnya pajak.
 Nomor Ketetapan. Nomor ketetapan yang ada di dalam Surat Ketetapan
Pajak atau STP (Surat Tagihan Pajak).
 Jumlah Pembayaran. Nilai atau angka pajak yang dibayarkan dengan nilai
rupiah. Wajib pajak yang diharuskan membayar dalam uang dolar atau mata
uang lain harus mengisinya secara lengkap hingga nilai sen.
 Terbilang. Isi nilai pajak yang dibayarkan dengan tulisan huruf latin dengan
berbahasa Indonesia.
 Diterima Oleh Kantor Penerima Pembayaran: Bagian ini diisi dengan
tanggal penerimaan saat Anda membayar pajak dari Kantor Penerima
Pembayaran. Kemudian ditandatangani dan diisi dengan nama petugas
penerima pembayaran. Lalu ditambah dengan cap atau stempel Kantor
Penerima Pembayaran tempat Anda melakukan transaksi.
 Wajib Pajak/Penyetor: Dapat diisi dengan tanggal dan tempat pembayaran,
tanda tangan, kemudian tulis nama jelas dari Wajib Pajak atau penyetor
dengan stempel.
 Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran: Bagian ini isi dengan
Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan juga Nomor Transaksi
Bank (NTB). Atau bisa juga dengan NTP atau Nomor Transaksi Pusat oleh
Kantor Penerima Pembayaran Pajak Anda.

3. Bentuk Surat Ketetapan Pajak

Dalam Pasal 1 nomor 15 UU 28 Tahun 2008 disebutkan, SKP atau Surat


Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi:
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

SKPKB dikeluarkan oleh DJP karena WP kurang atau tidak membayar pajak
terutang, telat menyampaikan SPT Masa dari waktu yang telah ditentukan,
adanya salah hitung terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang dikenai tarif 0%, tidak
diketahuinya besar pajak terutang.

Di dalam SKPKB itu, akan ditentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah
kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, serta jumlah pajak yang masih harus dibayar oleh Sobat
Klikpajak.

Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2009.SKPKB


diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak.

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

SKPLB dikeluarkan oleh DJP ketika WP lebih membayar pajak terutang dari
yang seharusnya.Dalam SKPLB akan dituliskan berapa jumlah kelebihan
pembayaran pajak.

SKPLB diterbitkan setelah dilakukannya pemeriksaan atas permohonan,


selambatnya 12 bulan terhitung sejak surat permohonan diterima atau sesuai
dengan keputusan DJP.

Menariknya, apabila surat ini terlambat diterbitkan, maka Sobat Klikpajak


berhak menerima imbalan bunga sesuai tarif bunga imbalan sebulan terhitung
sejak berakhirnya batas waktu yang ditentukan.
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

SKPN merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok


pajak yang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak, pajak tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak.

Menurut Undang-Undang nomor 28 tahun 2007, SKPN dikeluarkan oleh DJP


untuk:

 Pajak Penghasilan (PPh) apabila jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang
terutang atau pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak
 PPN jika jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak

Jika ada pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN, maka jumlah pajak yang
terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurang pajak yang
dipungut oleh Pemungut PPN tersebut;

 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah jika jumlah pajak yang dibayar sama
dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada
pembayaran pajak
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar memiliki fungsi penting, sebagai berikut ini:

1. Berfungsi untuk mengoreksi atas jumlah pajak yang terutang berdasarkan dengan Surat
Pemberitahuan (SPT).
2. Sebagai sarana administrasi yang dapat mengenakan sanksi bagi wajib pajak terkait.
3. Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk menagih pajak.
Berikut ini, contoh menghitung SKPKB agar dapat diketahui besaran pajak yang harus
dibayarkan oleh wajib pajak:

Diketahui Dedi Paidi memilki Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp70.000.000 dalam setahun
pajak 2019. Dedi sudah menyampaikan SPT Tahunannya ke kantor pajak sesuai dengan
ketentuan. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata pada Desember 2020, terdapat
kurang bayar pajak yang diterbitkan melalui SKPKB. Maka, berapa nilai pajak yang harus
dibayarkan Dedi Paidi?

 Penghasilan Kena Pajak = Rp70.000.000


 Pajak Terutang 30% = 30% x Rp70.000.000 = Rp21.000.000
 Kredit Pajak = Rp15.000.000
 Kurang bayar pajak = Rp21.000.000 – Rp15.000.000 = Rp6.000.000
 Bunga 24 x 2% x Rp6.000.000 = Rp2.880.000
Maka, besaran pajak yang harus dibayar adalah: Rp6.000.000 + Rp2.880.000 = Rp8.880.000

Anda mungkin juga menyukai