Anda di halaman 1dari 2

Surat Setoran Pajak (SSP) PPN 

diperlukan dalam melakukan penyetoran PPN ke negara.


Maka dari itu, penting untuk Wajib Pajak mengetahui tentang SSP PPN ini. 

SSP adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Bentuk formulir SSP yang digunakan harus sesuai
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-38/PJ/2009 Tentang Bentuk Formulir Surat
Setoran Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-24/PJ/2013
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2009 Tentang
Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak. Untuk Formulir SSP dibuat dalam rangkap 4 (empat),dengan
peruntukkan arsip Wajib Pajak (lembar ke-1), untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(lembar ke-2), untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak (lembar ke-3), untuk
arsip Kantor Penerima Pembayaran (lembar ke-4). Dalam hal ini diperlukan, SSP dapat dibuat dalam
rangkap 5 (lima) dengan peruntukan lembar ke-5 untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Cara Pengisian SSP PPN :

 Melakukan pengisian terhadap Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), nama Wajib Pajak serta
alamat Wajib Pajak;
 Pada bagian NOP, untuk penyetoran PPN tidak perlu diisi karena NOP merupakan Nomor
Objek Pajak yang didasarkan pada surat-surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dari
Pajak Bumi Terhutang (PBB).Alamat OP juga berkaitan dengan PBB;
 Mengisi pada kolom akun pajak serta kode jenis setoran. Untuk akun pajak dan kode jenis
setoran dapat dilihat pada tabel dibawah bagian ini;
 Melengkapi di bagian kolom masa pajak. Caranya dengan membuat tanda silang di salah
satu kolom bulan untuk masa pajak yang disetorkan atau yang dibayarkan;
 Mengisi kolom tahun pajak;
 Pada kolom Nomor Ketetapan diisi dengan berdasarkan nomor ketetapan yang sudah ada
pada Surat Ketetapan Pajak, yakni SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), maupun Surat Tagihan Pajak
(STP)
 Pada jumlah pembayaran, diisi dengan angka jumlah pajak yang akan dibayar maupun
disetorkan dengan rupiah penuh. Kemudian di bagian terbilang akan diisikan dengan jumlah
pajak yang akan dibayar. Penulisannya menggunakan huruf latin dan bahasa Indonesia;
 Pada bagian diterima Kantor Penerima Pembayaran nanti diisikan oleh Kantor Penerima
Pembayaran;
 Kemudian untuk bagian Wajib Pajak wajib diisi dengan tempat serta tanggal penyetoran,
tanda tangan, dan nama jelas Wajib atau Penyetor Pajak dan juga stempel usaha;
 Bagian Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran harus diisikan dengan Nomor Transaksi
Bank (NTB) dan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) oleh Kantor Penerima
Pembayaran yang sebelumnya sudah melakukan kerja sama Modul Penerimaan Negara atau
MPN dengan DJP.

Pengisian Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran dalam formulir SSP dilakukan
berdasarkan Tabel Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak tersebut.

Kode Pengisian SSP terkait dengan PPN adalah sebagai berikut :

 Kode Akun Pajak 41121 untuk jenis PPN Dalam Negeri


 Kode Akun Pajak 411212 untuk jenis PPN impor
 Kode Akun Pajak 411219 untuk jenis PPN lainnya

Anda mungkin juga menyukai