Anda di halaman 1dari 15

PPN DAN PPNBM

“SSP,BEA CUKAI &CUKAI IMPOR”

Oleh :

Faren kalvin salak. 2107341036

Danish naufal 2107341038

Raphael parasian butar butar. 2107341051

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022

10.1 PENYIAPAN (SSP)

Surat Setoran Pajak (SSP) merupakan bukti telah terbayarnya penyetoran wajib pajak oleh
para wajib pajak. Bukti pembayaran tersebut menggunakan formulir atau cara lainnya ke kas
negara melalui tempat pembayaran yang telah ditentukan oleh Menteri Keuangan. Dengan kata
lain, SSP merupakan surat yang berguna bagi wajib pajak saat melakukan transaksi pembayaran
pajak ke kas negara. Setiap SSP berguna untuk melakukan pembayaran untuk satu jenis pajak atau
satu surat keputusan atas upaya hukum yang menimbulkan jumlah pajak yang perlu Anda bayar
bertambah. Setiap penyampaian surat ini juga harus menggunakan satu kode akun pajak dan satu
jenis setoran pajak. Terdapat aturan terbaru dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengubah daftar
kode akun dan kode jenis pajak sebagaimana terlampir dalam beleid tersebut. Perubahan ini
berguna agar kode akun maupun kode jenis pajak sesuai dengan perkembangan aturan di bidang
perpajakan. Dalam aturan terbaru Direktorat Jenderal Pajak (DJP) juga mengakomodir tata cara
pengisian SSP melalui aplikasi billing dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Adapun sistem
penerbitan kode billing lainnya yang terintegrasi dengan sistem billing Direktorat Jenderal Pajak
(DJP). Mekanisme penyampaian SSP melalui billing sistem tidak terdapat pada ketentuan yang
lama.

Fungsi SSP:

Berikut merupakan fungsi dari Surat Setoran Pajak:

1. Tanda bukti pembayaran dari wajib pajak


2. Pengganti bukti potong
3. Bukti pengesahan dari pejabat kantor penerima pembayaran
4. Sebagai validasi pihak berwenang
5. Dokumen telah terjadinya penyetoran pajak
6. Bukti pungut pajak
Jenis-jenis SSP Indonesia

1. Surat Setoran Pajak Standar

Ini merupakan jenis yang paling umum ketika membayar atau menyetor pajak ke Kantor
Penerima Pembayaran. Jenis ini berbentuk formulir yang terdiri dari lima rangkap, yaitu:

1. Lembar arsip wajib pajak


2. Lembar Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
3. Laporan ke KPP oleh wajib pajak
4. Arsip di penerima Kantor Penerima Pembayaran
5. Arsip wajib pungut atau pihak lain sesuai dengan aturan perundang-undangan
perpajakan

2. Surat Setoran Pajak Khusus

Jenis ini memiliki fungsi yang sama seperti jenis standar. Surat Setoran Pajak khusus
dikeluarkan oleh Kantor Penerima Pembayaran. Pencetakan tersebut menggunakan mesin
transaksi atau alat lain tetapi tetap harus mengikuti standar aturan yang berlaku. Perbedaannya
dari jenis standar adalah SSP khusus surat hanya perlu Anda cetak dua lembar saja. Dua lembar
tersebut berfungsi sama dengan lembar pertama dan ketiga SSP standar.

Anda juga dapat menggunakan Sistem ERP untuk membantu operasional perusahaan menjadi
lebih mudah.

3. Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak (Impor)

Jenis ini merupakan surat untuk importir atau wajib pajak yang melakukan kegiatan impor.
Jika Surat Setoran Pajak Standar memiliki lima rangkap, maka SSPCP memiliki enam rangkap,
yaitu:

1. Lembar untuk Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) melalui
wajib pajak atau penyetor pajak
2. Lembar 1b untuk wajib pajak atau penyetor
3. 2a bukti penyetoran untuk Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
(KPPBC)melalui KPPN
4. 2b dan 2c untuk KPP melalui KPPn
5. 3a dan 3b untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui wajib pajak atau penyetor atau
melalui KPPBC
6. Lembar 4 untuk Bank Persepsi atau untuk Pos Indonesia

4. Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai serta PPN Hasil Tembakau Buatan dalam Negeri

Surat jenis ini juga sering disebut SSCP. SSCP merupakan Surat Setoran Pajak oleh pengusaha
terkait dengan cukai kepada barang kena cukai juga untuk PPN dari hasil tembakau dalam negeri.
Dokumen ini juga memiliki enam rangkap, yaitu:

1. 1a untuk KPBC melalui wajib pajak atau penyetor


2. 1b untuk wajib pajak atau penyetor
3. 2a untuk KPBC melalui KPPN
4. 2b untuk KPP melalui KPPN
5. 3 untuk KPP melalui wajib pajak
6. 4 untuk ke Bank Persepsi atau untuk Pos Indonesia No. Per-01/PJ/2006.

Mengisi Formulir SSP Pajak/Surat Setoran Pajak

SSP Pajak atau formulir Surat Setoran Pajak merupakan lembaran yang berisi informasi
berupa NPWP, nama wajib pajak, alamat wajib pajak, nomor objek pajak, alamat objek pajak,
kode akun pajak dan kode jenis setoran.Selain itu terdapat juga uraian pembayaran, masa pajak,
tahun pajak, nomor ketetapan dan jumlah pembayaran.Perlahan tapi pasti, cara setor pajak manual
pun ditinggalkan karena banyaknya kelemahan. Sejumlah kelemahan yang menonjol adalah
buruknya kualitas data pembayaran, serta banyaknya pembatalan transaksi yang dilakukan
perbankan.Penyebab dibatalkannya transaksi biasanya karena kesalahan petugas teller maupun
wajib pajak itu sendiri. Alasan lain diubahnya sistem pembayaran pajak adalah karena pembayaran
pajak secara manual sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.

CONTOH SSP
Berikut ini, panduan mudah cara mengisi Formulir Surat Setoran Pajak secara manual:

1. Isikan NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak Anda.


2. Isikan nama wajib pajak.
3. Isikan alamat wajib pajak.
4. Isikan Nomor Objek Pajak, bila ada.Nomor Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang
selanjutnya disingkat dengan NOP adalah nomor identitas objek pajak Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) yang diberikan oleh DJP Pajak pada saat dilakukan pendaftaran dan/atau
pendataan objek pajak PBB dan digunakan dalam administrasi perpajakan serta sebagai
sarana wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
5. Isikan alamat Objek Pajak Anda pada formulir Surat Setoran Pajak bila ada.
6. Isikan Kode Akun Pajak (KAP). Kode Akun Pajak adalah kode dari nama pajak yang akan
Anda setorkan. Misalnya, Kode Akun Pajak untuk PPh Pasal 21 adalah KAP 411121.
7. Isikan Kode Jenis Setoran (KJS). Kode Jenis Setoran adalah kode jenis setoran pajak yang
hendak Anda bayarkan. Misalnya Kode Jenis Setoran untuk penyetoran SPT Masa adalah
300. Lihat daftar lengkap KAP dan KJS di sini.
8. Isikan uraian pembayaran berupa keterangan yang Anda perlu Anda tuliskan.
9. Berikan tanda silang (X) pada masa pajak atau bulan yang pajaknya hendak Anda setorkan
10. Isikan tahun dari pajak yang hendak bayarkan pada formulir Surat Setoran Pajak Anda.
11. Isikan nomor ketetapan, bila ada denda yang hendak harus dibayarkan, yaitu STP (Surat
Tagihan Pajak), SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) atau SKPKBT (Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan).
12. Isikan jumlah pembayaran pajak dalam mata uang rupiah.
13. Isikan jumlah terbilangnya.
14. Terakhir, bubuhkan tanda tangan Anda beserta tanggal penyetoran pajak pada bagian
bawah formulir Surat Setoran Pajak.
Setelah selesai mengisi formulir Surat Setoran Pajak, silakan lanjutkan ke tahapan
pembayaran pajak secara manual, berikut ini:

Menyerahkan SSP pajak yang sudah dilengkapi kepada teller bank, maupun kantor pos
persepsi beserta uang setoran sebesar nilai yang tertera dalam Surat Setoran Pajak.
Menerima kembali SSP pajak lembar 1 dan 3 yang berisi NTPN dan NTB/NTP dan telah
ditandatangani oleh pejabat bank atau kantor pos sebagai bukti setor.
Melaporkan bukti setor pada KPP
Lantaran banyaknya kelemahan, sejak 1 Juli 2016, pembayaran pajak menggunakan SSP
pajak sudah tidak lagi berlaku. Sebagai gantinya, pemerintah meluncurkan MPN G2 yang
menggantikan SSP pajak dengan Surat Setoran Elektronik (SSE) yang berdasarkan pada
sistem billing. Sistem baru ini lebih disukai karena lebih memudahkan dan menurunkan
risiko kesalahan yang sering ditemui pada.
10.2 Penyiapan surat setoran bea dan cukai (SSBC)
Cara Pengisian SSBC

Kantor Pelayanan diisi dengan :

a. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tempat pemasukan barang dimana PIB diajukan;

b. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai setempat dimana kiriman pos dilalubeakan;

c. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang menerbitkan Surat Tagihan ; atau

d. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang membawahi reksan Cukai dalam hal pembayaran

cukai.

Huruf A. 1. Diisi nama importir/pemberitahu/penyetor sesuai dengan kartu NPWP.

2. Diisi alamat importir/pemberitahu/penyetor sesuai dengan kartu NPWP.

3. Diisi Nomor Pokok Wajib Pajak.

Huruf B. Diisi jenis penerimaan dan Kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP)
− Bea Masuk 0211
− Bea Masuk berasal dari SPM hibah 0218

− Penerimaan Pabean lainnya (misal : Denda, Bunga) 0219


− Cukai Hasil Tembakau 0161

− Cukai Etil Alkohol 0162

− Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol 0163

− Penerimaan Cukai lainnya (misal : Denda, Bunga, Biaya


Pengganti Pembuatan Label Tanda Pengawasan) 0169
Huruf C. Diisi jumlah yang disetor dengan angka dan huruf.

Huruf D. Diisi jenis, nomor dan tanggal dokumen yang digunakan sebagai dasar penyetoran,
misalnya :

− Kepabeanan : PIB, PIBT, SPSA, SPKPBM, Surat Teguran, Surat


Paksa atau dokumen kepabeanan lainnya
− Cukai : CK-1, CK-1A, CK-1B, CK-14, STCK-1, SPPSA, Surat
Teguran, Surat Paksa atau dokumen cukai lainnya

10.3 Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam Rangka Impor (SSPCP)

Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak adalah formulir wajib untuk melakukan penyetoran
pungutan serta pajak-pajak terkait atas kegiatan impor. Singkatnya SSPCP merupakan SSP yang
digunakan oleh importir atau wajib pajak dalam rangka impor. Pajak-pajak atas kegiatan impor
tersebut berupa cukai, bea masuk, pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang
mewah (PPnBM), PPh 22 impor, dan aktivitas impor lainnya. Penjelasan mudahnya, pada
umumnya setiap transaksi akan mendapatkan bukti transaksi seperti, kwitansi atau nota dsb.
Namun untuk transaksi pembayaran pabean, cukai, dan pajak atas kegiatan ini tidak menggunakan
nota, melainkan sarana administrasi khusus yang disebut sebagai Surat Setoran Pabean, Cukai, dan
Pajak (SSPCP).

SSPCP ini merupakan SSP yang digunakan oleh importir atau Wajib Bayar dalam rangka
impor. Mengenai SSPCP ini diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-
05/BC/2009. Mereka yang harus tunduk pada aturan ini adalah WP Orang Pribadi (OP) maupun
WP Badan. SSPCP baru berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak yang sah, jika disahkan oleh
pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang, atau jika sudah mendapatkan validasi dari
otoritas berwenang.

Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam Rangka Impor atau SSPCP merupakan SSP
yang digunakan wajib pajak khusus untuk impor.

SSPCP dibuat rangkap delapan dengan peruntukan sebagai berikut:

1. Lembar 1a untuk KPBC melalui penyetor


2. Lembar 1b untuk penyetor
3. Lembar 2a untuk KPBC melalui KPPN
4. Lembar 2b dan 2c untuk KPP melalui KPPN
5. Lembar ke 3a dan 3b untuk KPP melalui penyetor
6. Lembar ke 4 untuk Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi atau PT POS Indonesia
Berikut ini contoh atau bentuk formulir SSPCP yang disediakan Direktorat Jenderal Pajak
(DJP):

CARA MENGISI SSPCP

1. Pada kolom kantor diisi Kantor Bea dan Cukai tempat pemenuhan kewajiban pabean

dan/atau cukai.

2. Huruf A : Diisi dengan memberikan tanda “X” pada kolom yang disediakan sesuai dengan

jenis penerimaan negara yang dibayar.

3. Huruf B : Diisi jenis identitas wajib bayar:

4. Huruf C : Pada isian dokumen dasar pembayaran


5. Huruf D : isi dengan jenis pembayaran penerimaan negara yang dilakukan sesuai dengan akun
dan kode akun berdasarkan klasifikasi pada Bagan Akun Standar (BAS).

Akun-akun yang perlu diperhatikan perinciannya, yaitu:

a) Bea masuk dengan kode akun 412111


b) Bea masuk dalam rangka Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dengan 412114
c) Bea masuk ditanggung pemerintah (BM DTP) dengan kode akun 412112
d) Bea masuk anti-dumping (BMAD) dengan kode akun 412121, termasuk bea masuk anti-
dumping sementara (BMADS).
e) Bea masuk imbalan (BMI) dengan kode akun 412122, termasuk bea masuk imbalan
sementara (BMIS)
f) Bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) dengan kode akun 412123, termasuk bea masuk
tindakan pengamanan sementara (BMTPs)
g) Pendapatan pabean lainnya dengan kode akun 412119, yang meliputi:
 Bunga untuk bea masuk
 Bunga untuk denda administrasi pabean
 Bunga untuk denda administrasi bea keluar
 Denda administrasi ekspor selain bea keluar
 Bunga untuk denda administrasi ekspor selain bea keluar.
h) Pendapatan cukai lainnya dengan kode akun 411519 meliputi
 Bunga untuk utang cukai
 Bunga untuk kekurangan cukai
 Bunga untuk denda administrasi cukai
 Biaya pengganti pencetakan pita cukai
 Biaya pengganti pembuatan label tanda pengawasan cukai
i) PNBP atau pendapatan DJBC dengan kode akun 423216 meliputi PNBP sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur PNBP yang dipungut oleh DJBC
terkait Kegiatan Kepabeanan dan Cukai.
6. Pengisian NPWP untuk PPN Impor, PPnBM Impor dan PPh Pasal 22 Impor bisa diisikan
NPWP wajib bayar, yakni NPWP importer atau NPWP pemilik barang sesuai dengan
lokasi pembayaran penerimaan pajak tersebut.
7. Huruf E : isi dengan jumlah seluruh pembayaran
8. Pada kolom pengesahan ada 2 yakni:
 Untuk pembayaran penerimaan negara di Kantor Bea dan Cukai atau kantor pos
 Untuk pembayaran atau penyetoran penerimaan negara di Bank Devisa Persepsi,
Bank Devisa atau pos persepsi.
9. Pada kolom NTB/NTP dan NTPN bisa diisi dalam hal penerima pembayaran atau setoran
adalah Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi atau pos persepsi.
 NTB (Nomor Transaksi Bank) dan NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara)
diisi jika penerima pembayaran dan yang melakukan penyetoran adalah Bank
Devisa Persepsi atau Bank Persepsi
 NTP (Nomor Transaksi Pos) dan NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara)
diisi jika penerima pembayaran atau yang melakukan penyetoran adalah pos
persepsi.

Anda mungkin juga menyukai