Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATERI KULIAH

“Kewajiban Penyampaian SPT PPN”


Dosen Pengampu : Cokorda Krisna Yudha, SE.,M.Si.,Ak.,BKP

Oleh

Kelompok 7/ D7 Akuntansi

1. Ni Wayan Linda Kasuari (1833121420)


2. Maria Chintia Astriani (202033121158)
3. Heris Hamba Pulu (202033121162)
4. Leona Ovika Maya Nguru (202033121197)
5. Apolonia V. Sapta (202033121272)
6. Luh Putu Thania Agustina Putri (202033121273)
7. Kadek Nadia Pratiwi Lestari (202033121274)
8. Ni Luh Putu Dika Satriawati (202033121320)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Warmadewa
2022/2023.
Kewajiban Penyampaian SPT PPN

A. Pengertian SPT Masa PPN


SPT Masa PPN merupakan sebuah form yang digunakan oleh Wajib Pajak
Badan untuk melaporkan penghitungan jumlah pajak baik untuk melapor Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) maupun Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
yang terhutang.
Fungsi dari SPT Masa PPN selain untuk melaporkan pembayaran atau
pelunasan pajak, namun juga dapat digunakan untuk melaporkan harta dan
kewajiban serta penyetoran pajak dari pemotong atau pemungut.

B. Ketentuan Umum
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Undang-Undang KUP), hal-
hal yang perlu diperhatikan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah sebagai
berikut:
1. Setiap PKP wajib mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN dengan benar,
lengkap, dan jelas serta menandatanganinya.
2. SPT Masa PPN ditandatangani oleh PKP atau orang yang diberi kuasa
menandatangani sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus.
3. PKP harus mengambil sendiri formulir SPT Masa PPN ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP)/Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP) atau dengan cara mengunduh (download) melalui laman
www.pajak.go.id .
4. Penyampaian SPT Masa PPN dilakukan secara langsung ke KPP tempat
PKP dikukuhkan atau KP2KP atau tempat lain yang ditetapkan Direktur
Jenderal Pajak.
5. Selain disampaikan secara langsung, SPT Masa PPN dapat disampaikan
melalui pos dengan bukti pengiriman atau dengan cara lain sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 dan
perubahan/penggantinya.
6. Setiap PKP yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Masa PPN atau
menyampaikan SPT Masa PPN dan/atau keterangan yang isinya tidak benar
atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.

C. Jenis Formulir SPT Tahunan


Formulir SPT terbagi menjadi empat, yaitu 1770 SS, 1770S, 1770, dan 1771:
- SPT Tahunan nomor 1770SS untuk wajib pajak dengan penghasilan kotor
tidak lebih dari 60 juta, selain itu ia bekerja hanya untuk satu perusahaan
atau lembaga sepanjang setahun.
- SPT Tahunan nomor 1770S untuk Wajib Pajak yang berstatus karyawan
yang berpenghasilan kotor lebih dari 60.000.000 atau bekerja untuk dua atau
lebih perusahaan dalam rentang waktu setahun.
- SPT Tahunan nomor 1770 diperuntukkan bagi pegawai dengan penghasilan
lain atau penghasilan tambahan baik kurang Rp 60 juta atau lebih Rp 60 juta
per tahun. Jenis SPT ini juga diperuntukkan bagi wajib pajak non pegawai.
- SPT Tahunan nomor 1771 bagi Wajib Pajak Badan hanya memiliki satu
jenis formulir, yaitu formulir SPT 1771, berbeda dengan lapor SPT Tahunan
pribadi yang memiliki lebih dari satu formulir. Badan usaha atau perusahaan
yang menggunakan SPT 1771 ini diberlakukan untuk Badan Usaha seperti
Perseroan Terbatas (PT), Commanditer Venture (CV), Usaha Dagang (UD),
organisasi, yayasan dan perkumpulan.

Setiap tahun SPT dilaporkan menggunakan formulir tertentu, tergantung pada


jenis pajak yang dilaporkan dan tanggal jatuh temponya. Bagi yang tidak
melaporkan SPT atau terlambat melaporkan SPT akan dikenakan sanksi berupa
denda. Misalnya, jika yang bersangkutan tidak melaporkan SPT, maka pekerja
wajib yang bersangkutan akan dikenakan biaya sebesar Rp. 100.000.
Sedangkan untuk wajib pajak badan, akan dikenakan denda keterlambatan
pelaporan SPT senilai Rp.1.000.000. Selain itu salah lapor pajak juga dapat
dikenakan denda hingga sanksi.

Sejak 1 Januari 2013, ada 4 (empat) cara bagi Wajib Pajak (WP) untuk dapat
menyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, yaitu:

1. Secara Langsung

Penyampaian SPT Tahunan secara langsung dapat dilakukan dengan 2 (dua)


cara yaitu:

A. Melalui Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) di Kantor Pelayanan Pajak


(KPP) tempat WP terdaftar, dalam hal SPT yang disampaikan adalah:
- SPT Tahunan Lebih Bayar (LB);
- SPT Tahunan Pembetulan;
- SPT Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu penyampaian SPT;
dan/atau
- SPT Tahunan dalam bentuk e-SPT.
B. Melalui Pojok pajak/mobil pajak/dropbox dimana saja
Yang dapat disampaikan melalui Pojok pajak/mobil pajak/dropbox dimana
saja adalah untuk SPT Tahunan selain SPT Tahunan LB, SPT Tahunan
pembetulan, atau SPT Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu
penyampaian SPT, dan SPT Tahunan dalam bentuk e-SPT.
Penyampaian SPT secara langsung ini dilakukan tidak dalam amplop atau
kemasan lainnya. Dalam hal SPT disampaikan dalam amplop atau kemasan
lainnya, maka Petugas Penerima SPT akan membuka amplop atau kemasan
lainnya tersebut.

2. Melalui Pos dengan bukti pengiriman Surat ke Kantor Pelayanan Pajak


(KPP) Tempat WP terdaftar
Penyampaian SPT Tahunan melalui pos dilakukan dalam amplop tertutup
yang telah dilekati lembar informasi amplop SPT Tahunan (format terlampir
di lampiran 1 Peraturan Dirjen Pajak nomor PER-26/PJ/2012) yang berisi
data sebagai berikut:
- Nama Wajib Pajak;
- NPWP;
- Tahun Pajak;
- Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar);
- Jenis SPT (SPT Tahunan/SPT Tahunan Pembetulan ke-…);
- Perubahan Data (Ada/Tidak Ada);
- Nomor Telepon;
- Pernyataan; dan
- Tanda tangan WP.

3. Melalui Perusahaan Jasa Ekspedisi atau kurir dengan bukti pengiriman surat
ke KPP tempat WP terdaftar
Penyampaian SPT Tahunan melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa
kurir dilakukan dalam amplop tertutup yang telah dilekati lembar informasi
amplop SPT Tahunan (format terlampir di lampiran 1 Peraturan Dirjen
Pajak nomor PER-26/PJ/2012) yang berisi data sebagai berikut:
- Nama Wajib Pajak;
- NPWP;
- Tahun Pajak;
- Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar);
- Jenis SPT (SPT Tahunan/SPT Tahunan Pembetulan ke-…);
- Perubahan Data (Ada/Tidak Ada);
- Nomor Telepon;
- Pernyataan; dan
- Tanda tangan WP.

4. e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau


Penyedia Jasa ASP (Application Service Provider)
A. Penyampaian e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak
(www.pajak.go.id) dapat dilakukan untuk WP Orang Pribadi (OP) yang
menggunakan Formulir SPT Tahunan 1770 S dan Formulir SPT
Tahunan 1770 SS. (selengkapnya tata cara penyampaian SPT Tahunan
secara e-Filing melalui Website DJP dapat dilihat disini)
B. Penyampaian SPT (Tahunan dan Masa) dan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan Secara elektronik (e-Filing) melalui
Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan (PJAP) yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak selengkapnya dapat dilihat disini.

D. Kewajiban Melapor SPT Masa PPN


SPT Masa PPN harus dilapor setiap bulannya, walaupun tidak ada perubahan
neraca, atau nilai Rupiah pada masa pajak terkait nihil (0). Jatuh tempo
pelaporan adalah pada hari terakhir (tanggal 30 atau 31) bulan berikutnya
setelah akhir masa pajak yang bersangkutan.
Kecuali di bawah kondisi tertentu seperti yang dijelaskan pada Peraturan
Menteri Keuangan PER-80/PMK.03/2010, maka tanggal jatuh tempo bukanlah
pada akhir bulan berikut setelah akhir masa pajak yang bersangkutan. Gagal
melaporkan akan berakibat denda sebesar Rp 500.000,00 (UU KUP Pasal 7 ayat
1).
SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai wajib disampaikan bagi wajib pajak yang
telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Penyampaian SPT Masa
Pajak Pertambahan Nilai paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak dan wajib dilaporkan walaupun Pengusaha Kena Pajak
tidak melakukan transaksi.
SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang:
1. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan
2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh
Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Setiap wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan yanag berstatus PKP yang
melakukan transaksi barang/jasa kena pajak harus mengelola Faktur Pajak.
Faktur Pajak tersebut wajib dilaporkan dalam SPT Masa PPN. Kapan SPT Masa
PPN dilaporkan?

Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai ini disampaikan setiap


bulan atau biasa disebut laporan bulanan.
Merujuk Pasal 15A Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 disebutkan, Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir
bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
Contoh:
PT AAA membuat Faktur Pajak elektronik (eFaktur) pada tanggal 20 Agustus
2022 atas transaksi barang kena pajak dengan PT BBB.
Maka, PT AAA harus melaporkan pemungutan PPN dari transaksi tersebut
dengan SPT Masa PPN paling lambat 30 September 2022.
Dalam Pasal 3A ayat (3), ayat (4) dan (5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
9/PMK.03/2018 tentang Perubahan atas PMK No.243/PMK.03/2014 tentang
Surat Pemberitahuan (SPT), disebutkan bahwa:

• SPT Masa PPN wajib disampaikan setiap PKP dalam bentuk dokumen
elektronik

• SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN wajib disampaikan oleh setiap
pemungut PPN selain bendahara pemerintah, dalam bentuk dokumen
elektronik

• Kewajiban penyampaian SPT Masa PPN bagi pemungut PPN oleh


bendahara pemerintah dalam bentuk elektrpnik tersebut diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak (Perdirjen-Pajak)

Sekadar untuk diketahui, PMK No. 9/2018 ini sudah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan No. 18/PMK.03/2021 tentang Pelaksanaan UU No. 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja di Bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).

E. Syarat dalam Melaporkan SPT Masa PPN


Berikut ini beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam melaporkan SPT Masa
PPN, meliputi:
1. Syarat Umum Pelaporan SPT Masa PPN
Secara umum, persyaratan untuk melakukan pelaporan SPT Masa PPN,
yaitu:
a. Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
b. Memiliki EFIN (Electronic Filing Identification Number)
c. Memiliki sertifikat elektronik
d. Memiliki Faktur Pajak Masukan atau bukti pemotongan pajak
e. Memiliki Faktur Pajak Keluaran atau bukti pemungutan pajak
2. Syarat Khusus Lapor SPT Masa PPN
Berdasarkan pada undang-undang tentang perpajakan, pelaporan SPT Masa
PPN bisa disampaikan melalui saluran yang ditentukan oleh Ditjen Pajak.
Kemudian untuk batas lapor SPT Masa PPN paling lambat harus dilakukan
di akhir bulan berikutnya. Hal tersebut berkaitan dengan proses tutup buku
bagi suatu perusahaan yang umumnya dilaksanakan di setiap awal bulan.
Sehingga sebelum waktu tutup buku, maka perusahaan masih bebas untuk
mengubah faktur pajak jika terjadi sebuah kesalahan. Jika wajib pajak
bersangkutan melaporkan kewajibannya melewati batas lapor yang telah
ditentukan, maka akan dikenai denda.
Ketentuan yang diberlakukan untuk batas setor dan lapor SPT Masa PPN
baik yang diperuntukkan bagi PKP, bendaharawan dan pemungut non
bendahara, meliputi:
a. Pengusaha Kena Pajak
Batas untuk pelaporan PPN dan PPnBM PKP jatuh pada akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
b. Bendaharawan
Batas untuk lapor PPN dan PPnBM oleh bendaharawan jatuh pada
tanggal 14 bulan berikut.
c. Pemungut Non Bendahara
Batas untuk melaporkan PPN jatuh pada tanggal 20 di bulan berikutnya.

F. Tata Cara Pengisian SPT Masa PPN


Ketentuan umum pengisian SPT Masa PPN berdasarkan UU No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana telah
beberapa kali diubah dengan UU No. 16 Tahun 2009 dan terakhir dengan UU
No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP),
disebutkan bahwa SPT Masa PPN ditandatangani oleh orang yang diberi kuasa
harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.
Isi SPT Masa PPN berdasarkan PMK Nomor 243/PMK.03/2014 harus memuat
informasi sebagai berikut:
- Jenis Pajak
- Nama wajib pajak serta NPWP-nya
- Tanda tangan WP atau kuasa dari WP
- Jumlah penyerahan
- Jumlah DPP (Dasar Pengenaan Pajak)
- Jumlah pajak keluaran (penjualan)
- Jumlah pajak masukan (pembelian) yang bisa dikreditkan
- Jumlah kekurangan/kelebihan pajak
- Tanggal penyetoran
- Data lainnya terkait kegiatan usaha wajib pajak/PKP
DAFTAR PUSTAKA

https://flazztax.com/2021/03/03/pahamilah-dengan-baik-ketentuan-dalam-
pelaporan-spt-masa-ppn/

https://klikpajak.id/blog/spt-masa-ppn-bentuk-tata-cara-pengisian-dan-pelaporan-
pajaknya/

https://perpajakan.ddtc.co.id/download/lampiran/958

https://www.pajak.go.id/id/pelaporan-spt-masa-pajak-pertambahan-nilai

Anda mungkin juga menyukai