Anda di halaman 1dari 13

SPT PAJAK TAHUNAN BADAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan 2


Nama Dosen : SUNARTO S.E. , M.M.

DISUSUN OLEH:
Affan Rianda (211011250373)
Gilang Mahasena P (211011250275)

04SAKM002
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1
UNIVERSITAS PAMULANG

2023
SPT Tahunan Badan

Pajak merupakan komponen utama dari pendapatan negara. Sumber pendapatan negara
ini diperoleh dari berbagai objek, mulai dari pertambahan nilai (PPn dan PPnBM), penggunaan
lahan (Pajak Bumi dan Bangunan) dan penghasilan (PPh). Setiap individu dan badan usaha
yang telah masuk kategori wajib pajak wajib membayar jenis pajak terakhir (PPh). Besaran
pajak PPh ini ditentukan secara progresif atau naik sesuai dengan kenaikan nominal basis
pajak. Maka dari itu, tidak heran jika Direktorat Jenderal Pajak membutuhkan data pendapatan
yang dimiliki oleh seorang individu. Data pendapatan individu ini dilaporkan menggunakan
surat bernama SPT Tahunan.
SPT adalah singkatan dari surat pemberitahuan. Maka dari itu, SPT Tahunan adalah
surat pemberitahuan mengenai penghitungan dan pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib
pajak terkait. Surat pemberitahuan ini setidaknya terdiri dari dua jenis, yaitu SPT Tahunan
Orang Pribadi dan SPT Tahunan Badan Usaha. Wajib pajak pribadi harus menyerahkan surat
pemberitahuan ini setiap tahun dengan Bulan Maret sebagai bulan terakhirnya.
Jika dahulu surat pemberitahuan ini harus diisi dan disetorkan melalui Kantor
Pelayanan Pajak terdekat, kini Anda bisa mengisi dan menyerahkan surat ini secara online di
website Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada menu E-Filing dengan lebih praktis dan mudah.
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 21/PJ/2009, SPT Tahunan adalah surat
pemberitahuan tahunan yang digunakan wajib pajak untuk melaporkan pembayaran pajak,
objek dan bukan objek pajak, harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku.
Intinya, SPT Tahunan badan merupakan surat atau formulir yang harus diisi oleh badan
ketika ingin menghitung, melaporkan atau menyampaikan pajak dengan batas waktu
penyampaian paling lama empat bulan setelah akhir tahun pajak. Penghasilan yang diterima
baik yang menjadi objek pajak atau yang bukan objek pajak, yang di dalamnya termasuk
pelaporan kepemilikan harta dan utang yang dimiliki wajib pajak. Dalam pelaporan SPT,
berkas yang dilaporkan dapat berbentuk formulir kertas atau dokumen elektronik.
SPT Tahunan telah diatur dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Mengacu undang-undang tersebut, pemerintah
mengharuskan seluruh wajib pajak agar melaporkan SPT sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Dalam UU No. 28 Tahun 2007, menjelaskan bahwa wajib pajak didefinisikan sebagai
orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Disini badan yang dimaksud adalah sekumpulan orang atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi:
Perseroan terbatas.
• Perseroan komanditer.
• Perseroan lainnya.
• Badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
bentuk apa pun.
• Firma.
• Kongsi.
• Koperasi.
• Dana pensiun
• Persekutuan.
• Perkumpulan.
• Yayasan.
• Organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya.
• Lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap.

Fungsi SPT
SPT tahunan adalah komponen perpajakan yang sudah tentu dibuat dengan fungsinya
sendiri. Fungsi utamanya berkaitan dengan Wajib Pajak PPh atau Pajak Penghasilan, yakni
sebagai sarana pelaporan dan pertanggungjawaban jumlah pajak terutang.
Fungsi lain dari SPT tahunan adalah melaporkan pelunasan pajak yang telah dilakukan
oleh Wajib Pajak. Termasuk juga melaporkan penghasilan lain yang masuk dalam kategori
objek pajak. Ini berarti Anda juga perlu melaporkan harta benda yang dimiliki sepanjang tahun.
Fungsi SPT tahunan bagi pengusaha kena pajak tidak begitu berbeda, yakni untuk melaporkan
serta mempertanggungjawabkan perhitungan pajak, tetapi terkhusus untuk Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) serta Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) terutang.
Tidak hanya itu, SPT tahunan adalah komponen penting bagi pengusaha kena pajak
untuk melaporkan pelunasan pajak yang sudah dilakukan. Pembayaran dan pelaporan
dilakukan sesuai dengan regulasi perpajakan yang berlaku.
Tidak hanya bagi pihak Wajib Pajak, SPT tahunan adalah komponen yang juga krusial
bagi pihak pemungut pajak karena digunakan sebagai alat pelaporan dan pertanggungjawaban
pajak yang dipotong dan disetorkan oleh Wajib Pajak dalam masa pajak satu tahun ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) di mana Wajib Pajak terdaftar.
SPT tidak hanya sekadar laporan wajib pajak, SPT memiliki fungsinya tersendiri yaitu :
1. Melaporkan pelunasan atau pembayaran pajak yang dilakukan, baik dilakukan oleh
individu maupun melalui pemotongan penghasilan dari perusahaan dalam periode
waktu satu tahun.
2. Melaporkan harta kekayaan yang dimiliki di luar penghasilan tetap dari pekerjaan
utama.
3. Melaporkan penghasilan lainnya yang masuk kategori objek maupun bukan objek
pajak.
Sedangkan bagi Pengusaha Kena Pajak, SPT berfungsi sebagai sarana
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan PPnBM yang terutang dan pelaporan
mengenai:
a. Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh pengusaha
kena pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak
SPT yang telah disampaikan wajib ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasa Wajib Pajak
yang dalam hal ini SPT ditandatangani oleh pengurus atau direksi, jika SPT tidak
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, maka harus dilampirkan Surat Kuasa Khusus.

Jenis dan Bentuk SPT Tahunan


Terdapat dua jenis SPT Tahunan PPh, di antaranya:
• Jenis SPT Tahunan PPh untuk satu Tahun Pajak
• Jenis SPT Tahunan PPh untuk bagian Tahun Pajak
Sedangkan bentuk dari SPT Tahunan PPh ini bisa berbentuk:
• Dokumen elektronik yang dilakukan secara online
• Dokumen dalam bentuk formulir kertas (hardcopy)

Ketentuan Pelaporan SPT Tahunan Badan


1. Mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas.
2. Harus mengisi SPT dalam bahasa Indonesia, menggunakan huruf latin dan satuan mata
uang Rupiah atau mata uang asing dengan izin dari Kementerian Keuangan.
3. Wajib Pajak diwajibkan menandatangani SPT.
4. Penyampaian SPT sesuai KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.
5. Wajib Pajak dapat mengajukan perpanjangan waktu pelaporan SPT Tahunan PPh
dalam jangka waktu paling lama dua bulan sejak batas akhir pelaporan.
6. Perpanjangan waktu pelaporan harus diajukan permohonannya kepada DJP sebelum
batas akhir pelaporan.
7. Melampirkan dokumen pendukung sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan.

Batas Waktu Pelaporan SPT Tahunan Badan


Wajib Pajak Badan Usaha atau perusahaan dalam bentuk apapun, seperti Perseroan
Terbatas (PT), Commanditer Venture (CV), Usaha Dagang (UD), organisasi, yayasan dan
perkumpulan memiliki batas waktu pelaporan yang sama, yakni 30 April setiap tahunnya.

Pelaporan SPT Tahunan Bisa Dimundurkan


Pelaporan SPT Tahunan dapat dimundurkan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Terjadi kondisi luar biasa sehingga Direktorat Jenderal Pajak membuat kebijakan untuk
memundurkan batas akhir pelaporan SPT Tahunan.
2. Wajib Pajak mengajukan permohonan penundaan pelaporan SPT Tahunan sebelumnya.
3. Terjadi ketidaksamaan pada Laporan Keuangan dengan satu tahun kalender. Maka
perlu mengirimkan surat pemberitahuan kepada Menteri Keuangan.
4. Berdasarkan tiga ketentuan tersebut maka batas akhir pelaporan SPT Tahunan tidak
selalu menggunakan batas akhir seperti yang ditetapkan yaitu pada tanggal 30 April.

Apa Saja yang Perlu Disiapkan dalam Lapor SPT Badan?


SPT tahunan perusahaan relatif lebih kompleks daripada pajak pribadi. Jadi pastikan
memiliki semua yang dibutuhkan untuk memastikan proses pelaporan SPT berjalan lancar
dengan perhitungan pajak yang benar. Pembuatan laporan SPT tahunan perusahaan ini dimulai
dari persyaratan yang harus dipenuhi sampai dengan dokumentasi yang dilampirkan, sebagai
berikut:

Persyaratan Umum Lapor SPT Badan


Berikut merupakan persyaratan umum yang perlu disiapkan untuk melapor SPT Badan online:
• NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) Badan
• Dokumen pendirian usaha
• Dokumen izin usaha
• SPT Masa
• Laporan keuangan sudah diaudit
• EFIN Badan
• Formulir SPT Pajak Penghasilan Badan 1771.

Apabila melaporkan SPT Badan secara online,memerlukan nomor ID untuk melakukan


transaksi online. Namanya EFIN atau Electronic Filing Identification Number.
EFIN adalah nomor pengenal yang dikeluarkan oleh Departemen Umum Pajak untuk Wajib
Pajak yang melakukan transaksi elektronik dengan badan ini, karena Wajib Pajak adalah
perusahaan dengan status pedagang, jenis identifikasi Wajib Pajak ini berbentuk EFIN Badan.
Jadi kita tidak perlu pergi ke KPP terdekat untuk mendapatkan EFIN. Karena dapat
melakukannya secara online.
Selanjutnya,melengkapi Formulir SPT Badan Tahunan 1771. Jenis formulir SPT Badan
Tahunan 1771 ini ditujukan bagi perusahaan atau badan usaha antara lain:
• Perseroan Terbatas (PT)
• Commanditer Venture (CV)
• Usaha Dagang (UD)
• Organisasi
• Yayasan
• Perkumpulan.

Rincian Dokumen yang Disiapkan


Berikut merupakan detail dokumen yang perlu disiapkan untuk melapor SPT Tahunan Badan
sesuai aktivitas perpajakan serta statusnya:
• Arsip SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 (periode Januari sampai dengan
Desember)
• Arsip Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 Masa Januari sampai dengan
Desember
• Arsip Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Bukti Pungutan atau Bukti
Pembayaran Pasal 22 Impor Masa Januari sampai dengan Desember). Hal ini juga
termasuk dalam pemungutan pajak penghasilan Pajak Penghasilan pasal 22 e untuk
kegiatan usaha
• Arsip Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Masa Januari sampai
dengan Desember
• Arsip Bukti Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Januari sampai dengan
Desember. Apabila Wajib Pajak menggunakan kewajiban sesuai dengan PP No. 23
Tahun 2018, maka yang perlu disiapkan yakni Bukti Pembayaran Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat 2 Masa periode Januari sampai dengan Desember
• Arsip Bukti Pembayaran atas Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan Pasal 25
Masa untuk periode Januari sampai dengan Desember
• SPT Masa PPN (termasuk semua Faktur Pajak yang masuk [Pajak Masukan] dan Faktur
Pajak yang keluar [Pajak Keluaran] periode Januari sampai dengan Desember)
• Laporan Keuangan (Laporan Laba Rugi, Laporan Neraca), termasuk juga Laporan
Keuangan hasil audit akuntan publik
• Akta pendirian dan/atau akta perubahannya
• Lampiran SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan setahun sebelumnya, misalnya
Daftar Penyusutan, Perhitungan Kompensasi Kerugian, Daftar Nominatif Biaya
Hiburan, promosi dan lain-lain
• Penyamaan atas peredaran usaha dan penghasilan luar usaha
• Penyamaan atas pembelian dan biaya usaha
• Penyamaan untuk komponen neraca
• Penyamaan untuk persediaan awal dengan persediaan akhir pada SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Badan Tahunan Formulir 1771.
Berdasarkan seluruh dokumen tersebut disusun dalam sebuah Laporan Keuangan menjadi satu
guna diisikan pada saat pengisian SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan).
Dokumen Lainnya
Berikut ini merupakan dokumen yang perlu disiapkan, tetapi bersifat opsional atau disesuaikan
dengan aktivitas perpajakannya:
• Penghitungan Peredaran Bruto dan Pembayaran
Dokumen penghitungan peredaran bruto serta pembayaran ini diperlukan khusus untuk
Wajib Pajak (WP) Badan yang memakai perhitungan pajak badan sesuai dengan PP 23
Tahun 2018.
• Laporan Debt to Equity Ratio dan Utang Swasta Luar Negeri
Laporan perhitungan antara utang dan modal (DER/Debt to Equity) serta utang swasta
luar negeri ini khusus Wajib Pajak PT (Perseroan Terbatas) yang membebankan utang.
• Ikhtisar Dokumen Induk dan Dokumen Lokal
Ikhtisar dokumen induk serta dokumen lokal (ikhtisar master file/IMF] dan local
file/LF) ini diperlukan khusus bagi Wajib Pajak dengan Transaksi Hubungan Istimewa.
• Laporan Penyampaian CbCR
Laporan Per Negara atau Country by Country Report (CbC Report) merupakan salah
satu dokumen transfer pricing yang mengandung tentang pajak yang dibayar, alokasi
penghasilan serta aktivitas usaha dari seluruh anggota grup usaha yang dipaparkan
dalam tabulasi khusus berdasarkan dengan standar internasional serta akan
dipertukarkan dengan otoritas pajak negara lain sesuai perjanjian internasional.
• Daftar Nominatif Biaya Entertainment ataupun sejenisnya
Dokumen berisi daftar nominatif biaya entertainment ini dibutuhkan hanya jika ada
(Opsional).
• Daftar Nominatif Biaya Promosi
Daftar nominatif biaya promosi ini juga dibutuhkan untuk dilampirkan jika ada
(opsional).
• Khusus Wajib Pajak Migas
Laporan Tahunan Penerimaan Negara dari Kegiatan Hulu Minyak dan/atau Gas Bumi
diperlukan saat lapor SPT Badan tahunan pajak penghasilan khusus bagi Wajib Pajak
migas.

• Khusus BUT (Bentuk Usaha Tetap)


Diperlukan lampiran dokumen seperti Surat Setoran Pajak (SSP) Pajak Penghasilan
Pasal 26 (4) ; Pemberitahuan Bentuk Penanaman Modal; dan Laporan Keuangan
Konsolidasi/Kombinasi.

Berdasarkan seluruh dokumen di atas, maka disusun dalam sebuah Laporan Keuangan
menjadi satu guna diisikan pada saat melakukan pengisian SPT.

Cara Melaporkan SPT Tahunan Badan


Penyampaian laporan SPT Tahunan PPh bagi wajib pajak badan bisa dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain seperti:

Datang Langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)


Para wajib pajak bisa menyampaikan laporan SPT tahunan dengan datang langsung ke
kantor KPP, di mana wajib pajak terdaftar. Jika Anda ingin lebih efisien, Anda bisa mengambil
nomor antrean secara online terlebih dahulu dengan mengisi
laman https://kunjung.pajak.go.id/app. Setelah mendapat nomor antrian, wajib pajak
diharuskan ke KPP sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Dikirim Melalui Pos atau Jasa Ekspedisi


Jika wajib pajak memilih untuk mengirim SPT tahunan lewat pos atau jasa ekspedisi,
SPT Tahunan tersebut perlu dikemas dengan menggunakan amplop yang disegel dan pada
bagian luarnya telah dilekatkan lembar informasi. Jika telah dikirimkan, selanjutnya tanda
bukti dan juga tanggal pengiriman surat tersebut dapat dianggap sebagai tanda bukti. Dan tanda
buktinya tersebut jangan sampai Anda buang.

Melalui DJP Online


Cara ketiga yaitu melaporkan SPT tahunan dengan cara online melalui layanan
elektronik. Mekanisme lapor SPT Tahunan untuk wajib pajak badan usaha disebut dengan
layanan e-filing. Sebelum Anda melaporkan SPT secara online, para wajib pajak diharuskan
untuk memiliki Electronic Filing Identification Number (EFIN). Untuk mendapatkan EFIN
tersebut, wajib pajak perlu melakukan permohonan ke KPP terdekat atau KPP tempat wajib
pajak terdaftar.

Melalui Kontrak Hukum


Para wajib pajak juga dapat melaporkan SPT Tahunan melalui Kontrak Hukum.
Kontrak hukum adalah pilihan tepat untuk Anda yang ingin menghindari sanksi dan
melaporkan SPT Tahunan dengan mudah mengingat kegiatan pelaporan pajak perusahaan akan
ditangani oleh tenaga profesional tepercaya.

Mengapa harus lapor SPT Tahunan


Mengapa perlu melaporkan SPT tahunan? Wajib pajak diwajibkan untuk melaporkan
SPT, dikarenakan amanah dari undang-undang ketentuan umum dan tata cara Perpajakan
(UU KUP) yang di dalamnya menyebutkan bahwa setiap wajib pajak diwajibkan mengisi
SPT dengan benar, lengkap, dan jelas serta ditandatangani dan disampaikan ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak. Penyampaian laporan SPT juga dapat dilakukan secara online
melalui e-filing. Untuk itu, mengapa setiap badan usaha yang sudah terdaftar sebagai wajib
pajak dan sudah memiliki nomor wajib pajak (NPWP) diwajibkan untukl melaporkan SPT
Tahunan PPh. Jenis SPT Tahunan yang dimaksud yaitu berupa Formulir SPT Tahunan 1771.
Di dalam SPT tahunan memuat soal penghasilan, biaya dan perhitungan pajak penghasilan
(PPh) terutang dalam kurun waktu satu tahun pajak.
Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan 1771
Persyaratan
Induk SPT Tahunan PPh Badan 1771;
1. Lampiran 1771-I s.d. 1771-VI;
2. Lampiran khusus 1A-8A;
3. Laporan keuangan yang telah atau tidak diaudit oleh Akuntan Publik;
4. Bukti pembayaran berupa surat setoran pajak(SSP) atau bukti pemindahbukuan untuk
status SPT kurang bayar;;
5. Perhitungan peredaran bruto dan pembayaran PPh Final berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dan/atau Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2018;
6. laporan keuangan yang telah discan dalam bentuk PDF untuk pelaporan SPT
elektronik;
7. Surat kuasa bermeterai dalam hal yang melaporkan bukan pengurus disertai dengan
fotocopy KTP kedua belah pihak.

Sistem, Mekanisme dan Prosedur

1. Pelaporan SPT dapat disampaikan secara online melalui djponline.pajak.go.id


2. Bagi Wajib Pajak yang belum pernah melaporkan SPT Tahunan secara online dapat
mendatangi langsung Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
dan mengambil nomor antrian.
3. Wajib Pajak mengajukan pelaporan SPT Tahunan secara langsung ke KPP Wajib Pajak
tersebut terdaftar.
4. Wajib Pajak meminta checklist SPT Tahunan PPh Badan 1771 ke Account
Representative terkait, apabila sudah dinyatakan lengkap Wajib Pajak menuju Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan mengambil nomor
antrian.
5. Dalam hal berkas permohonan belum lengkap, Account Representative
mengembalikan berkas SPT Tahunan Wajib Pajak dan menginformasikan apa saja yang
masih harus dilengkapi. Petugas TPT memanggil nomor antrian.
6. Wajib Pajak mendatangi Loket TPT dan menyerahkan SPT Tahunan PPh Badan 1771
beserta seluruh dokumen yang disyaratkan.
7. Petugas TPT mengecek kelengkapan dokumen.
8. Dalam hal dokumen tidak lengkap, maka Petugas TPT akan memberitahu kekurangan
yang harus dilengkapi dan menyerahkan kembali SPT Tahunan PPh Badan 1771
beserta seluruh dokumen lainnya kepada Wajib Pajak
9. Dalam hal dokumen lengkap, Petugas TPT segera memproses pelaporan SPT Wajib
Pajak.
10. Petugas TPT menyerahkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada Wajib Pajak.
Proses selesai.

Cara Menghitung PPh Badan


Sebagai subjek pajak dalam negeri, badan memiliki kewajiban untuk membayar pajak
sejak saat didirikan atau berkedudukan di Indonesia. Kewajiban tersebut akan berakhir ketika
badan dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia. Untuk menghitung pajak yang
dikenakan pada badan atas penghasilan yang didapatkan, berikut mekanisme yang umum
digunakan.
a. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
Untuk mendapatkan nominal penghasilan kena pajak badan, pertama-tama
wajib pajak badan perlu mengetahui besaran jumlah penghasilan bruto yang
didapatkan selama 1 tahun berjalan. Kemudian, kurangi penghasilan bruto tersebut
dengan biaya-biaya yang boleh dikurangkan (deductible expense). Biaya yang dapat
dikurangkan sebagaimana diatur dalam ketentuan fiskal adalah biaya yang terkait
dengan upaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (3M).
Biaya-biaya ini diatur dalam UU HPP Pasal 6. Sementara di dalam perusahaan,
terdapat biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan (non-deductible expense). Biaya
ini diatur dalam Pasal 9 UU HPP.
b. Penghitungan PPh Terutang
Untuk mendapatkan nominal PPh terutang atau pajak penghasilan yang
dibayarkan, wajib pajak dapat mengalikan penghasilan kena pajak dengan tarif pajak
yang berlaku. Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) bagian b UU No. 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan, tarif pajak yang dikenakan kepada badan adalah
22%. Besar tarif ini berlaku mulai 1 Januari 2022.
Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020, pemerintah menurunkan tarif umum PPh
Badan menjadi 22% untuk tahun 2020 dan 2021, lalu menjadi 20%. Namun, dengan
adanya UU HPP, tarif PPh Badan kembali 22%.
Sedangkan untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbuka (Go Public)
dengan jumlah keseluruhan saham yang diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
paling sedikit 40%, dan memenuhi syarat tertentu, memperoleh tarif 3% lebih rendah
dari tarif umum PPh Badan.
Berikut rumusnya:
Peredaran bruto kurang atau sama dengan Rp4,8 miliar adalah 50% x 22% x
penghasilan kena pajak.
Peredaran bruto lebih dari Rp4,8 miliar sampai Rp50 miliar adalah [(50% x
22%) x penghasilan kena pajak yang memperoleh fasilitas] + [22% x penghasilan
kena pajak tidak memperoleh fasilitas].
Tetapi jika peredaran bruto di atas Rp50 miliar, akan dihitung berdasarkan
ketentuan umum atau tanpa fasilitas pengurangan tarif. Hasilnya, besar PPh Badan
tetap 22% dikalikan penghasilan kena pajak.

Sanksi Tidak Melaporkan SPT Tahunan Badan


Berdasarkan peraturan dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP), wajib pajak badan yang terlambat atau tidak melaporkan SPT
tahunannya akan dikenakan sanksi berupa denda hingga pidana.
Besar denda terlambat melaporkan SPT Tahunan Badan sebesar Rp1 juta.
Sedangkan sanksi pidana bagi wajib pajak badan yang sengaja tidak melaporkan SPT
Tahunannya dalam bentuk kurungan penjara sesuai Pasal 39 ayat (1) UU KUP.
Pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun bagi wajib pajak badan yang
sengaja tidak melaporkan SPT Tahunannya.
Selain pidana kurungan, juga akan dikenakan sanksi denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar. Atau dendanya paling banyak 4 kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Oleh karena itu, sebaiknya sesegera mungkin lakukan pelaporan SPT Tahunan Badan
sebelum batas waktu pelaporan atau mengajukan perpanjangan waktu jika dibutuhkan untuk
menghindari denda keterlambatan.
Daftar Pustaka
https://www.pbtaxand.com/menu/detail/whats_new/765/spt-tahunan-badan
https://www.pajakku.com/read/63da3042b577d80e80cc88e8/Dokumen-yang-Perlu-
Disiapkan-Sebelum-Lapor-SPT-Badan-2023-Cek-Di-Sini!
https://klikpajak.id/blog/pelaporan-spt-tahunan-badan/
https://support.online-pajak.com/en/hc/bagaimana-membuat-dan-melaporkan-spt-
tahunan-badan-menggunakan-aplikasi-onlinepajak

Anda mungkin juga menyukai