Anda di halaman 1dari 6

Nama :

- Fadhil Paluseri (A31116038)


- Amirul Ramadhan (A31116504)
- Abdillah (A31116504)

BAB XIV
PENGISIAN DAN PELAPORAN SPT

A. Mengisi dan Melaporkan SPT Masa PPN dan PPn BM


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Undang-Undang KUP), hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah sebagai berikut:
1. Setiap PKP wajib mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN dengan benar,
lengkap, dan jelas serta menandatanganinya.
2. SPT Masa PPN ditandatangani oleh PKP atau orang yang diberi kuasa
menandatangani sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus.
3. PKP harus mengambil sendiri formulir SPT Masa PPN ke Kantor Pelayanan Pajak
(KPP)/Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) atau
dengan cara mengunduh (download) melalui laman www.pajak.go.id.
4. Penyampaian SPT Masa PPN dilakukan secara langsung ke KPP tempat PKP
dikukuhkan atau KP2KP atau tempat lain yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak.
5. Selain disampaikan secara langsung, SPT Masa PPN dapat disampaikan melalui pos
dengan bukti pengiriman atau dengan cara lain sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 dan perubahan/penggantinya.
6. Setiap PKP yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Masa PPN atau
menyampaikan SPT Masa PPN dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Fungsi Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) Bagi
Pengusaha Kena Pajak Yang Menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan
Pajak Masukan

Modul Perpajakan 1
Dalam sistem self assessment, SPT Masa PPN berfungsi sebagai sarana bagi PKP
yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan untuk
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN atau PPN dan PPnBM yang
terutang dan melaporkan tentang:
 pengkreditan Pajak Masukan (PM) terhadap Pajak Keluaran (PK); dan
 pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam suatu Masa
Pajak.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai


Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Undang-Undang
PPN), Undang-Undang KUP, dan aturan pelaksanaan Undang-Undang PPN yaitu:
 PMK Nomor 74/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak
Masukan Bagi Pengusaha Kena Pajak Yang Mempunyai Peredaran Usaha Tidak
Melebihi Jumlah Tertentu; dan
 PMK Nomor 78/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak
Masukan Bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan Penyerahan yang Terutang
Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan PMK Nomor 135/PMK.011/2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan
Pengkreditan Pajak Masukan Bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan
Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak.
 PMK Nomor 79/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak
Masukan Bagi Pengusaha Kena Pajak Yang Melakukan Kegiatan Usaha Tertentu,
maka perlu dibuat SPT Masa PPN khusus bagi PKP yang menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan untuk memberi kemudahan dalam
melaporkan kewajiban perpajakannya, yaitu SPT Masa PPN 1111 DM.

SPT Masa PPN 1111 DM ini wajib digunakan oleh PKP yang menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan untuk pelaporan SPT Masa PPN mulai Masa
Pajak Januari 2011.

B. Mengisi dan Melaporkan SPT Tahunan WP OP


Modul Perpajakan 2
Berdasarkan ketentuan Undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, hal-
hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak adalah sebagai berikut :
1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah,
dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak. ( PMK No. 243/PMK.03/2014)
2. SPT berbentuk formulir kertas (hardcopy) dapat diambil secara langsung di Kantor
Pelayanan Pajak dan tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
3. Wajib Pajak orang pribadi wajib menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak orang pribadi paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
4. Penyampaian SPT Tahunan dapat dilakukan melalui Kantor Pos secara tercatat atau
melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Pajak sebagaimana diatur dalam Keputusan Dirjen Pajak No. Kep-518/PJ./2000.
5. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan harus dibayar
lunas paling lambat tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir. Apabila
pembayaran dilakukan setelah tanggal jatuh tempo, dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% sebulan yang dihitung dari saat jatuh tempo pembayaran
sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
6. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang ke Kas Negara
melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan
untuk menerima pembayaran pajak (Bank Persepsi).
7. DJP atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur
atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran pajak yang
terutang pada SPT Tahunan (PPh Pasal 29) paling lama 12 (dua belas) bulan.
8. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling
lama 2 (dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan. Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik.
Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1) disampaikan:
9. SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu penyampaian atau batas waktu
perpanjangan penyampaian SPT, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa
denda sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang KUP.

Modul Perpajakan 3
10. Setiap orang yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT Tahunan atau
menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
dan atau denda paling tinggi 2 kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang
dibayar.

Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Tahunan atau menyampaikan
SPT Tahunan dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar.

C. Mengisi dan Melaporkan SPT Tahunan Badan


Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP), hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak
adalah sebagai berikut:
1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan dengan benar,
lengkap dan jelas serta menandatanganinya.

2) SPT Tahunan ditandatangani oleh pengurus, direksi, atau orang yang diberi kuasa
untuk menandatangani sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus.

3) SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau tidak
sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen sebagaimana ditetapkan dalam
PMK Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta
Tata Cara Pengambilan, Pengisian dan Penandatanganan dan Penyampaian Surat
Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 152/PMK.03/2009 dan
Keputusan DJP Nomor KEP-214/PJ./2001 tentang Keterangan dan/atau Dokumen
Yang harus Dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan.

4) Wajib Pajak harus mengambil sendiri formulir SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP)/Kantor Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) atau dengan
cara mengunduh (download) melalui website www.pajak.go.id dan menyampaikannya
paling lambat 4 (empat) bulan setelah Tahun Pajak berakhir.

Modul Perpajakan 4
5) Penyampaian SPT Tahunan dapat dilakukan secara langsung di KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh DJP meliputi
Pojok Pajak, Mobil Pajak dan Tempat Khusus Penerimaan SPT (Drop Box) atau dapat
dikirimkan melalui pos dengan tanda bukti penerimaan surat atau dengan cara lain
sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi
Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian dan Penandatanganan
dan Penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan PMK
Nomor 152/PMK.03/2009.

6) Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan harus dibayar
lunas sebelum SPT PPh disampaikan. Apabila pembayaran dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% perbulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran
sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan.

7) Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang ke Kas Negara
melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima
pembayaran pajak (Bank Persepsi).

8) DJP atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur
atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran pajak yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan (PPh Pasal 29) paling lama 12 (dua belas) bulan.
Berdasarkan Peraturan DJP Nomor PER-38/PJ/2008 tentang Tata Cara Pemberian
Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak, permohonan harus diajukan secara
tertulis kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama 9 (sembilan)
hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran, dengan menggunakan formulir tertentu.

9) Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling
lama 2 (dua) bulan. Pemberitahuan harus disertai penghitungan sementara pajak
terutang dalam 1 (satu) tahun pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan
kekurangan pembayaran pajak yang terutang.

10) Apabila SPT Tahunan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan atau
dalam batas waktu perpanjangan penyampaian SPT Tahunan, dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).

Modul Perpajakan 5
11) Pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar $ dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan. Wajib
Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat wajib menyampaikan SPT
Tahunan PPh Badan beserta lampirannya dalam bahasa Indonesia (kecuali lampiran
berupa laporan keuangan) dan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat. Persetujuan
ini diatur dalam PMK Nomor 196/PMK.03/2007.

12) Setiap orang yang karena kealpaannya atau dengan sengaja tidak menyampaikan SPT
Tahunan atau menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dapat dikenai sanksi administrasi
dan/atau sanksi pidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

14.4 Soal Latihan


1) Latihan mengisi SPT Tahunan PPN
2) Latihan mengisi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan

Modul Perpajakan 6

Anda mungkin juga menyukai