Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 2

Aurel Monica Halim01031482124006


Ayu Fitria Putri 01031482124011
Meirina Wulandari 01031482124007
Steven Dimas Pratama 01031482124058
Arti Penting SPT dalam Pemeriksaan Pajak
Proses Pemeriksaan Pajak tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Surat Pemberitahuan (SPT)
yang disampaikan Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak. Hal ini dikarenakan dalam proses
Pemeriksaan Pajak, objek yang akan dilakukan pemeriksaan adalah SPT. SPT inilah yang akan
dilakukan pengujian dan dinilai oleh Pemeriksa Pajak apakah nilai pajak yang terhutang yang
dinyatakan oleh Wajib Pajakdalam SPT telah diisi dengan benar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Ketentuan formal SPT diatur
diantaranya dalam pasal 3,4,5,6,7, dan 8 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009.
Definisi SPT
Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang KUP, SPT
dinyatakan sebagai surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan:

1. penghitungan dan/atau pembayaran pajak;


2. Objek pajak dan/atau bukan objek pajak; dan/atau
3. harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Fungsi SPT
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan
untuk melaporkan tentang :

1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan
atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
2. penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;
3. harta dan kewajiban; dan/atau
4. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang
pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

1. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan


2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak
dan/atau melalui pihak lain dalam atu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
Jenis SPT

1. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak, SPT Masa meliputi :
a. SPT Masa PPhPasal 21/26;
b. SPT Masa PPhPasal 22;
c. SPT Masa PPhPasal 23/26;
d. SPT Masa PPhPasal 4 ayat (2);
e. SPT Masa PPhPasal 15; dan
f. SPT Masa PPN dan PPnBM (SPT Masa PPN 1111, SPT Masa PPN 1111/DM dan SPT
Masa PPN 1107 PUT)
Jenis SPT

2. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak. SPT Tahunan meliputi :

a. SPT Tahunan Orang Pribadi (SPT PPh OP 1770, SPT PPh OP 1770 S, SPT PPh OP 1770 SS);

b. SPT TahunanPPh Badan (SPT PPh Badan 1771 dan SPT PPh Badan 1771 S)
KETENTUAN POKOK TENTANG SPT
1. Kewajiban Pengisian SPT
Yang dimaksud dengan mengisi Surat Pemberitahuan adalah mengisi formula Surat Pemberitahuan,
dalam bentuk kertas dan/atau dalam bentuk elektronik dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan
petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. SPT bagi Wajib Pajak yang Mendapat Izin Menteri Keuangan Menyelenggarakan Pembukuan dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Mata Uang selain Rupiah Wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam
:
a. Bahasa Indonesia; dan
b. Menggunakan satuan mata uang selain Rupiah.
3. Penandatangan SPT Wajib Pajak Badan harus ditandatangani oleh :
a. pengurus; atau
b. Direksi
Penandatangan SPT dapat dilakukan secara :
c. biasa
d. tandatangan stemple; atau
e. Tandatangan elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai kekuasaan hukum yang sama.
4. Cara Mendapatkan Formulir SPT
Formulir Surat Pemberitahuan disediakan pada kantor-kantor Direktorat Jenderal Pajak dan tempat-tempat
yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajakat aubisa mengakses situs Direktorat Jenderal Pajak.

5. Batas Waktu Penyampaian SPT


1. Untuk SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;
2. Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lam 3 (tiga)
bulan setelah akhir Tahun Pajak ;
3. Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan paling lama 4 (empat) bulan
setelah akhir Tahun Pajak.
6. Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan
Wajib Pajak dapat memperpanjang penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara :
a. Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis; atau

b. cara lain misalnya dengan Pemberitahuan secara elektronik kepada Direktorat Jenderal
Pajak.

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014,


Pemberitahuan harus disertai :

c. Penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak;


d. Laporan keungan sementara; dan
e. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang.
7. Wajib Pajak Tertentu yang Dikecualikan dari Kewajiban Menyampaikan SPT PPh
Adapun Wajib Pajak tertentu yang dimaksud adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh
penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, maka Wajib Pajak tersebut
dikecualika ndari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 dan SPT Tahunan
PPh Wajib Pajak Orang Pribadi; dan
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha dan tidak melakukan
pekerjaan bebas, maka Wajib Pajak tersebut dikecualikan dari kewajiban menyampaikan
SPT Masa PPh Pasal 25.
8. SPT Dianggap Tidak Disampaikan
SPT Dianggap Tidak Disampaikan apabila :
a. Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani sesuai ketentuan;
b. Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen yang ditentukan;
c. Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya
Masa Pajak, bagian Tahun Pajakatau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis; dan

d. Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Direktorat Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan
Surat Pemsurat ketetapan pajak.

9. Lampiran SPT
SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan:
a. neraca (laporan posisi keuangan);
b. Laporan laba rugi; dan
c. keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
10. Penyampaian SPT
Penyampaian SPT dapat dilakukan secara :
a. langsung;
b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. Dengan cara lain yaitu :

1. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat; atau

2. Melalui saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi.
Sanksi Terhadap SPT

1. Sanksi Administratif terkait Penyampaian SPT


● Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu penyampaian
atau batas waktu perpanjangan, dikenakan sanksi administrasi berupa
denda :
a. Rp500.000,00 untuk SPT Masa PPn;
b. Rp100.000,00 untuk SPT Masa Lainnya;
c. Rp1.000.000,00 untuk SPT Tahunan PPh Badan; dan
d. Rp100.000,00 untuk SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
2. Sanksi Pidana
● Dalam hal Wajib Pajak melanggar ketentuan terkait dengan penyampaian dan
pengisian SPT, maka terhadap Wajib Pajak dapat dikenakan sanksi pidana
sesuai dengan ketentuan Pasal 38 dan 39 Undang-Undang KUP yaitu:
a) Pasal 38 Undang-Undang KUP
b) Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang KUP
c) Pasal 39 ayat (3) Undang – Undang KUP
2. Penyimpanan Dokumen
Dokumen adalah data dalam bentuk tulisan, gambar, hingga video yang
memiliki informasi penting dan biasanya harus disimpan dengan baik agar
tidak rusak serta hilang. Setiap dokumen memiliki tingkat kepentingan
berbeda-beda.  Bahkan ada saja dokumen yang setelah sekali dibaca, langsung
bisa dihapus karena sudah tidak penting lagi.
PENYIMPANAN DOKUMEN
1. Wajib pajak h a r u s m e n y i m p a n d o k u m e n perpajakannya
selama 10 tahun. D o k u m e n ini termasuk hasil pengolahan
data dari p e m b u k u a n pajak baik secara elektronik/aplikasi
online di tempa t kegiatan atau te mpat tinggal wajib pajak.
2. P e n y im p a n a n selama 10 ta h u n d i ma k s u d k a n u ntuk
m e m b a n t u pemer ik saan pajak atas pajak b a d a n yang telah
dibayarkan di tahun- ta h u n se belumny a ketika ada p e la p o ra n
tindak kecurangan d a l a m p e la p or a n atau p e m b a y a ra n pajak.
KETENTUAN TENTANG MERAHASIAKAN DAN RAHASIA JABATAN
Rahasia Jabatan yang diatur d a l a m Undang-undang N o m o r 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan U m u m D a n Tata cara Perpajakan Pasal 34 Ayat (1) – (5)
sebagai berikut:

- Setiap pejabat dilarang m e m b e r i t a h u k a n ke p ada p i hak lain yang


tidak b e r h ak segala sesuatu yang diketahui atau d i b e rit ahukan
kepadanya o l e h Wajib Pajak d a l a m rangka jabatan atau
pekerjaannya u nt u k menjalankan ketentuan p e rat uran perundang-
undangan perpajakan.

- Larangan sebagaimana d i m a k s u d d a l a m ayat (1) b e rl ak u juga


te rhad ap ahli yang ditunjuk o l e h Direktur Jenderal Pajak u nt uk
m e m b a n t u d a l a m pelaksanaan ketentuan p e rat uran pe rundang-
undangan perpajakan.
-M e n t e r i Keuangan be rwenang m e m e r i n t a h k a n secara tertulis ke p ad a
pejabat sebagaimana d i m a k s u d d a l a m ayat (1) d a n ahli-ahli
sebagaimana d i m a k s u d d a l a m ayat (2), supaya m e m b e r i k a n keterangan,
m e m p e r l i h a t k a n bukti tertulis dari Wajib Pajak ke p ad a Pejabat
Pe me ri ks a u nt u k ke pe rluan p e me r i k saan Keuangan Negara. Surat
Pe ri ntah tersebut d i atas m e n y e b u t k a n n a m a Wajib Pajak yang
dikehe ndaki keterangannya d a n n a m a p e m e ri k sa
- U n t u k kepentingan p e m e ri ks aan d i Pengadilan d a l a m p e rkara
pidana; atasp e r m i n t a a n H a k i m sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 180
Undang-undang N o m o r 8 Tahun 1981 tentang H u k u m Acara Pidana,
M e n t e r i Keuangan d ap at m e m b e r i izin tertulis un t uk m e m i n t a ke pad a
pejabat pajak sebagaimana d i m a k s u d d a l a m ayat (1) d a n ahli sebagaimana
d i m a k s u d d a l a m ayat (2), bukti tertulis d a n keterangan Wajib Pajak yang ad a
padanya.
-Permintaan Hak i m s eb agai m ana d i m a k s u d dalam ayat (4), h a r u s menyebutkan
n a m a tersangka, keterangan-keterangan yang diminta serta kaitan antara perkara
pidana yang bersangkutan d e n g a n keterangan yang diminta tersebut.

Dalam penjelasan Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang tersebut di atas, dijelaskan bahwa
setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan tugas di bidang
perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak yang menyangkut masalah
perpajakan, antara lain :
a. Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan lain-lain yang dilaporkan oleh Wajib Pajak;
b. data yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan;
c. dokumen dan atau data yang diperoleh dari pihak ketiga yang bersifat rahasia;
d. dokumen dan atau rahasia Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berkenaan.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai