Anda di halaman 1dari 9

Nama : Adinda Rahma Yulianti

NIM : 042011333104
Kelas : Perpajakan I – Kelas M

RESUME PERPAJAKAN I PERTEMUAN V


(Pembayaran dan Pelaporan Pajak)

A. PEMBAYARAN PAJAK
Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) dan untuk
pelaporan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT). Berikut adalah ketentuan pembayaran
pajak :
1. Setiap WP wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh WP
adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
3. Apabila Dirjen pajak mendapat bukti jumlah pajak terutang tidak benar, Dirjen pajak
akan menetapkan jumlah oajka terutangnya.

B. SURAT SETORAN PAJAK


Surat yang oleh WP digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kas negara melalui Kantor Pos dan / atau bank badan usaha milik negara / bank
badan usaha milik daerah / tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
SSP adibagi menjadi dua, yaitu:
1. SSP Standar
Digunakan untuk pembayaran semua jenis pajak, baik yang bersifat final maupun yang
bukan final, kecuali Setoran Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan.
2. SPP Khusus
Dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran yang telah mengadakan kerja sama
Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) dengan Dirjen Pajak. SSP khusus hanya
digunakan untuk pembayaran pajak oleh WP yang telah memiliki NPWP.
 Fungsi
Formulir yang digunakan sebagai sarana untuk membayar pajak dan merupakan bukti
pembayaran pajak.

 Tempat Pembayaran Pajak


1. Kantor Pos
2. Bank badan usaha milik negara atau bank badan usaha milik daerah
3. Tempat lain yang ditentukan Menteri Keuangan
4. E-billing system, pembayaran pajak secara online melalui bank/pos pada umumnya

 Pengelompokan Pembayaran Pajak


1. Pembayaran Masa
2. Pembayaran kekurangan pajak setelah berakhirnya tahun pajak / bagian tahun
pajak.
3. Pembayaran karena adanya STP, SKPKB, SKPKBT, SKP, SKK, Putusan Banding.

 WP dapat mengajukan pemohonan pengangsuran/penundaan pembayaran pajak


secara tertulis untuk hal-hal :
1. Mengangsur / menunda pembayaran pajak yang terutang dalam STP, SKPKB,
SKPKBT, SKP, SKK, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang
terutang bertambah.
2. Pajak penghasilan pasal 29, kepada DJP dalam hal ini kepala Kantor Pelayanan Pajak
tempat WP terdaftar, apabila WP mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami
keadaan di luar kekuasaannya, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban pajaknya
pada waktunya.

 WP yang mengajukan permohonan pengangsuran/penundaan pembayaran harus


memenuhi syarat:
1. Besedia memberikan jaminan yang besarnya ditentukan berdasarkan pertimbangan
Kepala Kantor Pelayanan Pajak
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak yang telah jatuh tempo
 Dalam hal permohonan WP diterima seluruhnya / sebagian maka Kepala Kantor
Pelayanan Pajak atas nama Dirjen Pajka menerbitkan:
1. Surat keputusan angsuran pembayaran pajak
2. Surat keputusan pendundaan pembayaran pajak

C. SURAT PEMBERITAHUAN
Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak dan/atau bukan pajak dan/atau harta dan kewa menurut ketentuan paraturan
perundangan-undangan perpajakan.
 Fungsi Surat Pemberitahuan
1. Bagi wajib pajak, surat pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melapor
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan
untuk melaporkan tentang:
a. Pembayara atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakkan sendiri dan/atau mela
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak bagian tahun
pajak
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak.
c. Harta dan kewajiban.
d. Pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa, yang
ditentukan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku.
2. Bagi pengusaha kena pajak fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan da mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak pertumbuhan
nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang sebenarnya tertuang dan untuk
melaporkan tentang:
a. Perkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanaakan sendiri oleh
pengusaha kena pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang
ditentukan oleh ketentuan peratura perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
c. Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai
sarana untuk melaporka dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong
atau dipungut dan setorkan.
 Jenis Surat Pemberitahuan
1. Surat Pemberitahuan Masa, surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak
2. Surat Pemberitahuan tahunan, surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau
bagian tahun pajak

 Jenis Surat Pemberitahuan


1. Surat Pemberitahuan paling sedikit berisi tentang:
a. nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, dan alamat Wajib Pajak;
b. Masa pajak atau tahun pajak yang bersangkutan; dan
c. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasanya
2. Untuk SPT Masa PPh Pasal 21 dan 26, SPT Masa PPh Pasal 22, SPT Masa PPh Pasal
23 dan 26, SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2, dan SPT Masa PPh Pasal 15, selain berisi
data di atas juga berisi data tambahan paling sedikit tentang:
a. jumlah objek pajak, kecuali untuk Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25;
b. jumlah pajak yang terutang; dan
c. tanggal pembayaran atau penyetoran
3. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai selain berisi data seperti dalam
nomor 1, juga berisi data tambahan paling sedikit tentang:
a. jumlah penyerahan;
b. jumlah pajak keluaran;
c. jumlah pajak yang dapat diperhitungkan;
d. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak; dan
e. tanggal penyetoran.
4. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut, selain berisi data
seperti dalam nomor 1, juga berisi data tambahan paling sedikit tentang:
a. jumlah dasar pengenaan pajak;
b. jumlah pajak yang dipungut;
c. jumlah pajak yang disetor;
d. tanggal pemungutan; dan
e. tanggal penyetoran
5. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Bagi Pengusaha Kena Pajak
Pedagang Eceran yang menggunakan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak, selain
berisi data seperti dalam nomor 1, juga berisi data tambahan paling sedikit tentang:
a. jumlah penyerahan barang dagangan;
b. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak; dan
c. tanggal penyetoran.
6. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah, selain berisi data
seperti dalam nomor 1, juga berisi data tambahan paling sedikit tentang:
a. jumlah penyerahan;
b. tarif
c. jumlah pajak yang terutang;
d. jumlah pajak yang disetor
e. tanggal penyetoran.
7. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang dolar Amerika
Serikat, Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi
dan huruf M (Masa Perolehan Penghasilan), selain berisi data seperti dalam nomor 1,
juga berisi data tambahan paling sedikit tentang:
a. jenis usaha dan klasifikasi lapangan usaha Wajib Pajak;
b. jumlah penghasilan
c. jumlah kompensasi kerugian;
d. jumlah pajak yang terutang;
e. jumlah kredit pajak;
f. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
g. tanggal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29;
h. bukan objek pajak; dan
i. jumlah harta dan kewajiban.
8. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21, selain berisi data seperti
dalam nomor 1, juga berisi data tambahan paling sedikit tentang:
a. jenis usaha dan klasifikasi lapangan usaha Wajib Pajak;
b. jumlah penghasilan bruto;
c. jumlah pajak yang terutang;
d. jumlah pajak yang sudah disetor;
e. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
f. tanggal penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 29

 SPT Tidak Lengkap (SPT Tidak Memenuhi Ketentuan):


Pengisiannya tidak memenuhi ketentuan formal apabila:
1. SPT tidak ditandatangani WP atau ditandatangani kuasa WP, tetapi tidak dilampiri
dengan surat kuasa khusus;
2. SPT tidak atau kurang dilampiri dengan lampiran yang disyaratkan; atau
3. SPT lebih bayar disampaikan setelah 3 tahun sesudah berakhirnya tahun pajak
4. SPT disampaikan setelah diperiksa
5. SPT dianggap tidak disampaikan apabila tidak memenuhi ketentuan formal

 Pengisian SPT
SPT harus diisi dengan :
a. Dalam bahasa indonesia
b. Huruf latin
c. Menggunakan angka arab
d. Satuan mata uang rupiah (kecuali WP yang telah mendapat izin Per Menkeu untuk
menyelenggarakam pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang
selain rupah, yaitu dalam mata uang USB tetapi SPT tetap bahasa Indonesia)

 Sanksi administrasi atas keterlambatan atau tidak menyampaikan SPT


SPT Masa : Rp 500.000 (PPN); Rp 100.000 (Lainnya)
SPT Tahunan : Rp 1.000.000 (WP Badan): Rp 100.000 (WP OP)
Dikecualikan dari pengenaan saknsi denda:
1. WP Non efektif :
a. WP orang pribadi yang telah meninggal dunia
b. WP orang pribadi yang sudah tidak lagi melakukan usaha dan pekerjaan bebas
c. WP orang pribadi yang berstatus WNA yang tak lagi tinggal di Indonesia
d. BUT yang tak lagi melakukan kegiatan usaha tapi belum bubar
e. WP Badan tidak lagi melakukan kegiatan usaha tapi bubar
f. Bendaharawan yang tak lagi melakukan pembayaran
g. WP yang terkena bencana yang diatur dengan Per Menkeu
h. WP lain yang diatur Peraturan Menteri Keuangan
2. WP OP berpenghasilan neto dibawah PTKP
3. WP OP yang tidak menjalankan usaha/melakukan pekerjaan bebas

 Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak


1. Dalam hal jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari
pada jumlah pajak yang terutang:
a. Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke Direktur Jenderal
Pajak melalui KantorPelayanan Pajak (KPP) tempat WP terdaftar atau berdomisili.
b. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:
- Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang.
- Pajak Pertambahan Nilai, apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut
Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara
jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut
Pajak Pertambahan Nilai tersebut
- Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, apabila jumlah pajak yang dibayar lebih
besar daripada jumlah pajak yang terutang.
c. SKPLB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lama 12 (dua belas) bulan
sejak surat permohonan diterima secara lengkap.
2. Dalam hal pembayaran pahak yang seharusnya tidak terhutang:
Pajak yang yang seharusnya tidak terutang pajak yang telah dibayar oleh WP yang bukan
merupakan objek pajak yang terutang atau kesalahan pemotongan atau pemungutan yang
mengakibatkan pajak yang dipotong atau dipungut lebih besar daripada pajak yang
seharusnya dipotong atau dipungut berdasarkan ketentuan perundang-undangan
perpajakan atau bukan merupakan objek pajak.
a. Wajib Pajak (WP orang pribadi dan badan termasuk orang pribadi yang belum
memiliki NPWP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke kantor Direktur
Jenderal Pajak melalui KPP tempat WP terdaftar atau berdomisili, apabila terjadi
kesalahan pembayaran pajak atas pajak yang seharusnya tidak terutang. Surat
permohonan harus melampirkan: Asli bukti pembayaran pajak, Perhitungan pajak
yang seharusnya tidak terutang, dan Alasan permohonan pengembalian pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang.
- WP yang dipotong atau dipungut (PPh, PPN dan PPnBM) dapat mengajukan
permohonan restitusi ke kantor Direktur Jenderal Pajak melalui KPP tempat
WP yang dipotong atau yang dipungut terdaftar atau melalui KPP tempat
Pengusaha Kena Pajak yang dipungut dikukuhkan dengan catatan PPh dan PPN
serta PPnBM yang dipotong atau dipungut belum dikreditkan atau dibiayakan.
Surat permohonan harus melampirkan: Asli bukti pemotongan/pemungutan
pajak, Perhitungan pajak yang seharusnya tidak terutang, dan Alasan
permohonan pengembalian pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.
b. WP yang melakukan pemotongan atau pemungutan dapat mengajukan permohonan
restitusi ke kantor Direktur Jenderal Pajak melalui KPP tempat WP yang melakukan
pemotongan atau pemungutan terdaftar atau Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
pemungutan dikukuhkan, apabila terjadi kesalahan pemotongan atau pemungutan
pajak yang dilakukannya dan pihak yang dipotong atau dipungut adalah:
- orang pribadi yang belum memiliki NPWP
- subjek pajak luar negeri atau
- terdapat kesalahan penerapan ketentuan oleh pemotong atau pemungutan
kecuali.
c. WP yang melakukan pemotongan atau pemungutan tidak dapat ditemukan yang
disebabkan antara lain karena pembubaran usaha. Surat permohonan harus
melampirkan :
- Bukti pembayaran pajak asli
- Perhitungan pajak yang seharusnya tidak terutang
- Alasan permohonan pengembalian pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang
- Surat kuasa dari pihak yang dipotong atau dipungut kepada WP yang
melakukan pemotongan atau pemungutan atau Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan pemungutan.

Dalam pelaporan pajak, Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan
pembayaran pajak sendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6),
ayat (7), ayat (11), dan ayat (12) wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama
20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

Anda mungkin juga menyukai