Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 12: ALIF SETYAWATI & CHRISTIN AGAPE TAMPUBOLON

PERPAJAKAN

LATIHAN SOAL BAB 13 PENAGIHAN PAJAK

PILIHAN GANDA

1. a. SSP

2. d. Kantor pelayanan pajak melalui kantor perbendaharaan dank as Negara

3. e. bersamaan dengan saat pembayaran bea masuk

4. c. 15 (lima belas)

5. a. 2 persen

6. d. melaporkan pengkreditan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran.

7. d. melaporkan pengkreditan pajak masukan dan pajak keluaran

8. c. jumlah Pajak Masukan

9. c. Rp.5.000.000

10. c. 50 persen
ISIAN SINGKAT

1. SSP Standar dan SSP Khusus

2. 3, yaitu:

1) Pembayaran masa ;
2) Pembayaran kekurangan pajak setelah berakhirnya tahun pajak/bagian tahun pajak; dan
3) Pembayaran karena adanya surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak kurang bayar, surat
ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat keputusan pembetulan, surat keputusan
keberatan, putusan banding.
3. Harus disetor paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.

4. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diterima sehubungan dengan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, atau sejak diterbitkannya Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurang Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak,
Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Imbalan Bunga, atau sejak
diterimanya Putusan Banding atau Putusan Peninjauan kembali, yang menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak.

5. Bagi wajib pajak, Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan pajak yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang :

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak atau bagian tahun
pajak;
b. Penghasilan yang merupan objek pajak dan/atau bukan objek pajak
c. Harta dan kewajiban; dan
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

6. Penanggung pajak yang disandera dilepas:

a. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas
b. Apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah Penyanderaan itu telah
terpenuhi
c. Berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap; dan
d. Berdasarkan pertimbangan tertentu dari Menteri atau Gubernur Kepala Daerah Provinsi
7. Gugatan penanggung pajak diajukan dalam jangka waktu 14 hari sejak Surat Paksa, Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang dilaksanakan
8. Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai utang pajak,
sekurang-kurangnyansebesar Rp. 100.000.000 (serratus juta frupiah) dan diragukan itikad
baiknya dalam melunasi utang pajak

9. Surat yang akan diterbitkan setelah dikeluarkannya Surat Paksa adalah Surat Penyitaan.

10. Tidak
BAB 14 PEMBUKUAN/PENCATATAN

LATIHAN SOAL HAL 205

PILIHAN GANDA

1. C. mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan usaha

2. C. 600 juta

3. D. 30 hari

4. A. Bahasa inggris

5. A. dolar Amerika Serikat

ISIAN SINGKAT

1. Pembukuan wajib diselenggarakan oleh:

a. Wajib Pajak badan

b. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan/pekerjaan bebas (dengan


peredaran bruto diatan 4,8 Miliyar

2. Syarat-syarat penyelenggaraan pembukuan/pencatatan adalah sebagai berikut.

a. Diselenggarakan dengan memerhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau


kegiatan usaha yang sebenarnya.

b. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan yang dikerjakan secara teratur


tentang catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya, serta
penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung beasarnya pajak yang terutang.

c. Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran
atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang
dikenakan pajak yang bersifat final.

d. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan


mata uang rupiah dan disusun dalam Bahasa Indonesia atau dalam Bahasa asing
yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
e. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program aplikasi online wajib Pajak harus disimpan selama 10
(sepuluh) tahun di Indonesia

3. Tujuan pencatatan

Adalah untuk mempermudah:

a. Pengisisan SPT;

b. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak; dan

c. Penghitungan PPN dan PPnBM

4. Sanksi pidana bagi Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan atau menunjukkan
pencatatan atau pembukuannya adlah dipidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang bayar

5. Pencatatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di tempat
tinggal Wajib Pajak atau tempat kegiatan usaha dilakukan selama 10 (sepuluh) tahun
terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak,
atau tahun pajak.
3. Keluarga sedarah

Keluarga Sedarah Dalam Garis Keturunan Lurus adalah hubungan keluarga antara orang


tua (ayah dan ibu) dengan anak kandung.

Keluarga semenda

Keluarga Semenda Dalam Garis Keturunan Lurus adalah hubungan keluarga


dengan mertua dan anak angkat/anak tiri.

Saudara dari ayah/ibu tidak termasuk dalam pengertian keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus.

4. Wajib pajak (WP)

adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Penanggung pajak

adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak,
termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pasal 32 UU No. 28 tahun 2007


(1) Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal:

1. badan oleh pengurus;


2. badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;
3. badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan
pemberesan;
4. badan dalam likuidasi oleh likuidator;
5. suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya
atau yang mengurus harta peninggalannya; atau
6. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh wali atau
pengampunya.

(2) Wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab secara pribadi dan/atau
secara renteng atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila dapat membuktikan
dan meyakinkan Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam kedudukannya benar-benar
tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut.
(3) Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus
untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(3a) Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(4) Termasuk dalam pengertian pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
adalah orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan
dan/atau mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan.

2. pajak provinsi

 Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air

 Pajak bea balik nama kendaraan bermotor

 Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah

 Pajak rokok

Pajak kabupaten/kota

 Pajak hotel

 Pajak restoran

 Pajak hiburan

 Pajak reklame

 Pajak penerangan jalan

 Pajak mineral bukan logam dan batuan

 Pajak parkir

 Pajak air tanah

 Pajak sarang burung wallet

 Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan

 Pajak perolehan ha katas tanah dan bangunan


5. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2007

Pasal 22
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya
penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.

(2) Daluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:
1. diterbitkan Surat Paksa;
2. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung;
3. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (4); atau
4. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NO 16 TAHUN 2009

Tidak ada perubahan

Pasal 22
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya
penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.

(2) Daluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:
1. diterbitkan Surat Paksa;
2. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung;
3. diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (4); atau
4. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
1.BPHTB masuk pajak daerah kabupaten/kota

6. kasus penagihan pajak

Kanwil DJP Jatim I Bebaskan Sandera Usai


Lunasi Pajak
13 Sep 2019, 22:30 WIB

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Timur I membebaskan wanita berinisial
FK dari Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Malang, setelah melunasi tanggungan
pajaknya.

Kepala Kantor Wilayah DJP Jatim I, Eka Sila Kusna Jaya mengatakan, penanggung pajak telah
melunasi utang pajaknya pada Kamis, 12 September 2019.  

Oleh karena itu, sesuai aturan setelah melunasi utang pajak dinyatakan bebas dari penyanderaan.
Sebelumnya, FK yang merupakan warga Surabaya terdaftar di KPP Pratama Surabaya Gubeng
telah mempunyai total utang pajak sebesar Rp 2,95 miliar.

Akibatnya terpaksa dilakukan upaya penyanderaan selama dua minggu. FK yang tercatat sebagai
Komisaris CV RKB, ketika itu disandera Kanwil DJP Jatim I yang bekerja sama dengan tim KPP
Pratama Surabaya Gubeng, Polda Jatim serta Direktorat Pemasyarakatan Kementerian Hukum
dan HAM.

"Tindakan penyanderaan merupakan upaya terakhir dari serangkaian tindakan penagihan aktif
yang kami lakukan terhadap para penunggak pajak," kata Eka kepada wartawan.

Penagihan pajak aktif, dimulai dengan menegur atau memperingatkan, lalu melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, dan mengusulkan pencegahan,
berikutnya melaksanakan penyitaan sampai penyanderaan.

"Penyanderaan ini merupakan pengekangan sementara waktu penanggung pajak di tempat


tertentu. Mengingat wajib pajak telah melunasi utang pajaknya maka dibebaskan, dan tindakan
ini dimaksudkan dapat memberikan efek jera kepada para penunggak pajak lainnya," ujar dia.

"Kami harapkan dengan upaya penyanderaan yang kami lakukan sebelumnya, dapat memberikan efek
jera kepada para penunggak pajak lainnya," tutur dia.

Anda mungkin juga menyukai