Anda di halaman 1dari 56

ADMINISTRASI

PAJAK
C3
Untuk
SMK/ MAK
Kelas XI
2
A. HAK DAN KEWAJIBAN
Bab WAJIB PAJAK

B. NOMOR POKOK
WAJIB PAJAK (NPWP)

Nomor Pajak
C. PENGUKUHAN
Wajib Pajak
PENGUSAHA
Dan Pengusaha KENA PAJAK
Kena Pajak
D. PERUBAHAN DATA
PINDAH DAN
PENGHAPUSAN
A. HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK

1. Dasar hukum Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


a. UU No.16 tahun 2009 tentang perubahan ke-
empat atas UU No.6 tahun 1983 tentang keten
tuan umum dan tata cara perpajakan.

b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep-


150/ PJ/ 1999 tentang perubahan Kep-27/PJ
/1995 tnggal 23 Maret 1995 tentang jangka
waktu pendaftaran dan pelaporan kegiatan
usaha serta tata cara pendaftaran Wajib Pajak
dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
c. Keputusan Dirjen Pajak No. 515/ PJ/ 2000
tanggal 4 Des. 2000 tentang tempat pendaf-
taran bagi Wajib Pajak tertentu dan tempat
pelaporan usaha bagi pengusaha kena pajak

d. Kep.Dirjen Pajak No. 516/ Pj/ 2000 tgl. 4 Des.


2000 tntang jangka waktu pendaftaran dan
pelaporan kegiatan usaha, tata cara pendaf-
taran dan penghapusan NPWP serta pengu-
kuhan dan pencabutan pengukuhan Pengu-
saha kena pajak.
e. Kep. Dirjen Pajak No. Kep.161/PJ/ 2001 tgl. 21
Pebr. 2001 tentang jangka waktu pendaftaran
dan Pelaporan Kegiatan Usaha . . . . . . .

f. Kep. Dirjen Pajak No. Kep. 525/PJ/ 2000 tgl. 6


Des. 2000 tentang tenpat lain sebagai tempat
terutangnya pajak bagi Pengusaha Kena
Pajak.

g. Kep. Dirjen Pajak No. Kep. 167/ PJ/ 2003 ten-


tang perubahan ketiga atas Kep. Dirjen Pajak
No. Kep. 515/PJ/ 2000 tentang tempat pen-
daftaran bagi Wajib Pajak tertentu dan tempat
pendaftaran usaha bagi Pengusaha Kena
Paajak Tertentu.
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi,pembayar pajak, pemotong pajak dan
pemungut paak yang mempunyai hak dan ke-
wajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan per-UU-an perpajakan yang berlaku.

Dalam UU No. 16 tahun 2009 tentang ketentuan


umum dan tata cara perpajakan (KUP) serta atu-
ran pelaksanaannya, beberapa pengertiannya:
a. Badan Usaha
b. Bentuk Usaha
c. Pajak Orang Pribadi
d. Wajib Pajak Orang Pribadi
e. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha.
f. Wajib Pajak Orang Pribadi Berstatus
g. Wajib Pajak Orang Pribadi pemulik Saham
h. Wajib Pajak Orang Pribadi Berstatus Pegawai
i. Penanggung Biaya Hidup
j. Anggota Keluarga
k. Anak belum dewasa
l. Pemberi Kerja
m. Bendahara
n. Wajib Pajak
o. Kuasa
3. Hak Wajib Pajak
Wajib Pajak memiliki hak (UU No. 28 tahun 2007
a. Wajib Pajak berhak mengajukan keberatan,
jika merasa kurang atau tidak puas atas su
atu ketetapan pajak yang dikenakan kepada
nya atau atas pemotongan/ pemungutan oleh
Pihak Ketiga.
Prosedur pengaduan keberatan antara lain:
1). Keberatan yang diajukan secara tertulis
2). Jangka waktu keberatan 3(tiga) bulan
3).Tanda penerimaan menjadi tanda bukti pe
nerimaan keberatan
4). Keterangan jawaban tertulis wajib
5). Pengajuan keberatan tidak menunda pem
bayaran pajak.
b. Wajib Pajak berhak mengajukan banding ke-
badan peradilan pajak jika Wajib Pajak
merasa kurang atau tidak puas dengan hasil
kepurusan yang diberikan
c. Wajib Pajak
berhak menajukan restitusi dan konpensasi

Restitusi adalah hak yng diberikan kepada Wa


jib pajak untuk meminta kelebihan pembayar-
an pajak.
Kompensasi adalah hak yang diberikan Wajib
Pajak untuk membayar utang pajak dengan
menggunakan kelebihan pembayaran pajak.
Prosedurnya sebagai berikut:
1). Permohonan diajukan secara tertulis
2). Kelebihan Pembayaran Pajak dikemba-
likan
3). Pengembalian pembayaran dapat dilaku-
kan selama satu bulan.
4). Apa bila pembayaran tersebut dilakukan
lebih dari satu bulan, maka pemerintah
memberikan bunga 2% sebulan.
5). Tata cara menghitung dan pegembalikan
kelebihan pembayaran pajak diatur de-
ngan keputusan Menteri Keuangan.
d. Wajib Pajak mengalami kesulitan
Wajib Pajak yang mengalami kesulitan keuangan
atau keadaan diluar kekuasaannya sehingga ti-
dak mampu memnuhi kewajiban pajaknya tepat
waktu, dapat mengajukan permohonan untuk me
ngansur atau menunda pembayaran pajak yang
terutang.
Permohonan dapat diajukan terhadap pajak yang
terutang menurut Surat Tagihan Pajak, SuraKet
Ketetapan pajak dan Surat Ketetapan Pajak Tam-
bahan.
e. Dihapusnya sangsi Administrasi

Penghapusan dalam bidang perpajakan dapat


berupa bunga, denda, atau kenaikan.

Jika ternyata sangsi adminitrasi tersebut dike-


nakan kepada Wajib Pajak karena adanya kekhi
lafan atau bukan kesalahannya, Wajib Pajak
da-
pat mengajukan permohonan agar sangsi admi
nistrasi tersebut dikurangkan atau dihapuskan.
Permohonan tersebut diajukan secara tertulis
dan ditujukan kepada Dirjen Pajak melalui Kepa
la Kantor Pelayanan Pajak yang memberikan
sangsi administrasi tersebut dalam jangka wak
tu paling lama tiga bulan sejak tanggal diterbit-
kannya Surat tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pa
jak atau Surat Ketetapan Pajak Tambahan de-
ngan menyebutkan alasan yang jelas.

f. Memperpanjang waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Peng
hasilan (paling lama dua bulan) dengan cara me-
nyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau
dengan cara lain kepada Dirjen Pajak
Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak anta-
ra lain disebabkan laporan keuangan belum sele
sai disusun karena luasnya daerah cakupan usa-
ha atau masalah masalah teknis lainnya yang ber
kaitan dengan penyusunan laporan keuangan.

g. Melaporkan beberapa Masa Pajak


dalam satu Surat Pemberitahuan Masa

h. Mengajukan pembetulan
Surat Pemberitahuan Pajak. Wajib Pajak berhak
melakkan pembe-tulan dalam pengisian Surat
Pemberitahuan atas kemauan sendiri.
4. Kewajiban Wajib Pajak
Berdasarkan UU No. 22 tahun 2007
Wajib Pajak memiliki keeajiban sebagai berikut:
a. Mendaftarkan diri pada Kantor Dirjen Pajak
yang wilayah kerjanya meliputitempat tinggal
atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan ke-
padanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
jika sudah memenuhi persyaratan subyektif
dan obyektif.
b. Melaporkan usahanya kepada Kantor Direk
torat Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau kedudukan tempat usaha
Pengusaha dan tempat kegiatan tersebut dila
kukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak.
c. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar,
lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia de
ngan menggunakan huruf latin, angka arab,
satuan mata uang rupiah, serta menanda ta-
ngani dan menampaikannya ke Kantor Direk-
torat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak ter-
daftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Direktoral Jenderal Pajak.

d. Menyampaikan Surat Pemeritahuan dalam


bahasa Indonesia dengan menggunakan sa-
tuan mata uang selain rupiah yang diijinkan,
yang pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
e. Membayar atau menyetor pajak yang ter-
utang dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak ke Kas Negara melalui tempat pem-
bayaran yang diatur dengan atau berdasar
kan peraturan Menteri Keuangan.

f. Membayar pajak yang terutang sesuai de-


ngan ketentuan per-UU-an perpajakan de-
ngan tidak menggantungkan pada adanya
Surat Ketetapan Pajak

g. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib


Pajak Badan dan melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebeas.
h. Memperlihatkan dan/ atau meminjamkan bu-
ku atau catatan, dokumen yang menjadi da-
sarnya dan dokumen yang berhubungan de-
ngan penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak atau
objek pajak yang terutang pajak.

i. Memberikan kesempatan untuk memasuki


tempat atau ruang yang dipandang perlu dan
memberikan gbantuan guna kelancaran peme
riksaan.

j. Memberikan keterangan lain yang diperlukan


apabila diperiksa.
5. Hak Aparatur Pajak (fiskus)
Fiskus adalah pejabat pajak yang memiliki we-
wenang, kewajiban dan larangan dalam rangka
Pelaksanaan per-UU-an perpajakan.
Pejabat pajak yang dimaksud antara lain Dirjen
Pajak, Dirjen Bea dab Cukai, Gubernur, Bupati/
Walikota, atau pejabat yang ditunjuk untuk me-
laksanakan peraturan perpajakan.
Hak Aparatur Pajak (fiskus) yang diatur dalam
UU perpajakan yaitu:
a. Menerbitkan nomor pokok wajib pajak atau
mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara
jabatan jika Wajib Pajak atau Pengusaha Ke
na Pajak tidak melaksanakan kewajibannya.
b. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP)
Fiskus dapat menerbitkan STP apa bila ber
dasarkan penelitian atau pemeriksaan ada
pajak yang tidak atau kurang dibayar.

c. Melakukan pemeriksaan dan penyegelan.


Fiskus berhak melakukan pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak dalam rangka menguji
kepatuhannya dalam pemenuhan kewajiban
perpajakan dan untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan
per-UU-an perpajakan.
Jika Wajib Pajak tidak memberikan kesem-
kesempatan kepada pemeriksa pajak untuk
memasuki tempat atau ruangan yang diang-
gap perlu guna kelancaran pemeriksaan, fis
kus dapat melakukan penyegelan untuk me
ngamankan atau mencegah hilangnya pem-
Pembukuan, catatan catatan dan dokumen
dokumen yang diperlukan.

d. Melakukan penyidikan jika Wajib Pajak didu-


ga melakukan tindak pidana pajak.
Fiskus dapat melakukan tindakan penyidi-
kan. Tujuan penyidikan tersebut supaya
tindak pidana menjadi jelas.
e. Menerbitkan sursat paksa dan melaksanakan
penyitaan.

Jika Wajib Pajak tidak melunasi pajak yang


terutang yang telah jatuh tempo padahal
telah diterbitkan surat teguran, fiskus mempu
nyai hak untuk menerbitkan Surat Paksa agar
dalam waktu 2 X 24 jam Wajib Pajak dapat
melunasi utang pajaknya.
Jika dalam waktu tersebut Wajib Pajak tetap
tidak dapat melunasinya, fiskus dapat menin-
dak lanjutnya dengan mnelaksanakan penyita
an terhadap harta kekayaan Wajib Pajak.
6. Kewajiban Aparatur Pajak (fiskus)
Peraturan perpajakan di Indonesia memandang
Wajib Pajak bukan sebagai obyek, melainkan su-
Byek yang harus dibina dan diarahkan agar mau
dan mampu memenuhi kewajiban perpajakan

Kewajiban yang utama dari aparatur pajak atau


fiskus adalah memberikan bimbingan, penerang-
an dan penyuluhan kepada Wajib Pajak sehing-
ga Wajib Pajak mempunyai pengetahuan dan ke
dan ketrampilan untuk melaksanakan perpajak-
an yang berlaku.
6. Kewajiban Aparatur Pajak (fiskus) adalah:
a. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak semen-
tara dalam jangka waktu tiga hari setelah for-
mulir pendaftaran diterima.

b. Menerbitkan Kartu Nomor Poko Wajib Pajak se-


mentara dalam jangka waktu tiga bulan setelah
formulir pendaftaran titerima.

c. Menerbitan Surat Keputusan Pengukuhan Pe-


ngusaha Kena Pajak (sebagai subyek Pajak Per
tambahan Nilai), dalam jangka waktu tujuh hari
sejak tanggal penerimaan formulir pendaftaran
d. Menerbitkan Surat Keputusan Kelebihan Pajak
dalam waktu satu bulan setelah tanggal di-
ajukannya Surat Keputusan Kelebihan Pem-
bayaran Pajak
e. Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebih-
an Pajak dalam waktu satu bulan setelah tang
gal diajukannya Surat Keputusan Kelebihan
Pembayaran Pajak.
f. Menerbitkan Surat Keputusan Angsuran/ pe-
nundaan pembayaran pajak dalam waktu tiga
bulan untuk angsuran penundaan Surat Kete
tapan Pajak, Surat Ketetapan Ketetapan Pajak
Tambahan, serta Surat Pemberitahuan Pajask
dan dalam waktu sepuluh hari untuk pengu-
rangan angsuran pajak Penghasilan.
g. Memberikan keputusan atas keberatan yang
diajukan oleh Wajib Pajak dalam waktu tiga
bulan sejak diterimanya surat permohonan
keberatan

h. Mmberikan keputusan atas pengurangan/ peng


hapusan bunga, denga, serta kenaikan dan
atas pengurangan/ pembatalan ketetapan pa-
jak alam waktu tiga bulan sejak tanggal pene-
rimaan permohonan.

i. Merahasiakan data/ informasi mengenai diri pe


rusahaan Wajib Pajak yang telah disampaikan.
7. Sangsi Wajib Pajak
Wajib Pajak yang melakukan pelanggaran terha-
Dap kewajiban perpajakan akan dikenakan sangsi.

Pengenaan sangsi ini diharapkan mampu menum


buhkan kesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi
kewajiban perpajakan seperti yang ditentukan da-
lam peratuan per-UU-an perpajakan.

Sangsi Wajib Pajak dibagi menjadi tiga:


a. Sanksi Administrasi
b. Snksi berupa kenaikan
c. Sanksi Pidana
B. NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

1. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


NPWP adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana dalam administra-
si perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas WajibPajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban Per-
pajakan (Pasal 1 ayat 6 UU KUP)

Adapun Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak,


adalah kartu yang diterbitkan oleh KPP atau
KP2KP yang berisikan NPWP dan identitas
lainnya.
Elektronik NPWP disebut e-NPWP adalah pro-
Gram aplikasi yang diberikan oleh Dirjen Pa-
jak kepada pemberi kerja/ Bendahara Pemerin
tah untuk merekam nama dan identitas pengu
rus, pengurus, komisaris, pemegang saham/
pemilik, dan pegawai yang berpenghasilan
atas PTKP serta belum ber NPWP
Fungsi NPWP berdasarkan UU No.28 th 2007
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak
b. Menjaga ketertiban pembayaran pajak dan
pengawasan administrasi perpajakan.
c. Keperluan terkait dokumen perpajakan, ter-
masuk keperluan pelaporan Surat Pemberi
tahuan (SPT) masa dan tahunan.
d. Memenuhi kewajiban perpajakan
e. Mendapatkan pelayanan dari instansi ter-
tentu yang mewajibkan pencantuman NPWP
dalam dokumen yang diwajibkan, misalnya
pengajuan kredit usaha di bank.

2. Format Nomor Pokok Wajib Pajak


Sebelum tahun 2001, format NPWP terdiri atas 11
digit. Akan tetapi sejak tahun 2001 hingga saat
ini format tersebut diubah menjadi 15 digit.
Sembilan digit pertama dari format NPWP terse-
But merupakan kode Wajib Pajak dan enam digit
berikutnya merupakan kode administrasi
perpajakan.
XX XxX XXX x Xxx XXx
Kode kode kode Kantor
Kelom Nomor pokok penge PP Cabang/

pok WP cekan Pusat


9 digit kode Wajib Pajak enam digit kode
adm. Perpajakan
3. Kewajiban mendaftarkan diri
Dalam pasal 2 ayat 1 UU KUP dijelaskan bahwa:
Setiap warga negara yang telah memnuhi persya
ratan subyektif dan/atau obyektif dalam bidang
perpajakan berhak untuk memperoleh NPWP
Persyaratan subyektif adalah persuaratan yang se
suai dengan ketentuan mengenai pajak dalam UU
Pajak penghasilan 1984 dan perubahannya.
Persyaratan obyektif adalah persyaratan bagi su-
byek pajak yang menerima atau memperoleh peng

hasilan diwajibkan untuk melakukan pemotongan/


pungutan sesuai dengan ketentuan UU Pajak Peng
Pihak pihak yang wajib mendaftarkan diri untuk
Mendapatkan NPWP:

a. Wajib pajak badan, dengan mendaftarkab diri


ke Kantor Pelayanan Pajak/ Kantor penyuluh-
an Pajak ditempat badan tersebut berdiri.
b. Wajib pajak orang pribadi, yang penghasilan-
nya telah melebihi PTKP (Penghasilan Ti-dak
Kena Pajak)

c. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yaitu bentuk usaha


yang digunakan untuk menjalankan kegiatan
usaha secara teratur di Indonesia oleh badan
atau perusahaan yang tidak didirikan atau
tidak berkedudukan di Indonesia.
d. Wajib Pajak yang berkalu sebagai pemungut/
pemotong pajak (Wajib Pajak non Subyek) yaitu
Bendaharawan Negara dan badan tertentu yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
e. Pengusaha Kena Pajak
f. Wanita kawin atas namanya sendiri agar dapat
melaksanakan hak dan kewajiban suaminya.

3. Kelengkapan
memperoleh Nomor Poko Wajib Pajak
Wajib Pajak dapat mendaftarkan diri untuk mem
peroleh NPWP di Kantor Pelayanan Pajak Domi
sili atau Kantor Pelayanan Pajak Liokasi
Kantor Pelayanan Pajak Domisili adalah Kantor
Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal/ domisili Wajib Pajak orang Priba-
di yang berstatus sebagai pengurus, komisaris,
pemegang saham/ pemilik dan pegawai

Kantor Pelayanan Pajak Lokasi adalah Kantor Pe


layanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tem
pat kegiatan usaha pemberi kerja/ Bendaharawan
Pemerintah terdaftar.

Penyampaian permohonsn untuk mendapatkan


NPWP dapat dilakukan dengan dua cara yaitu se-
cara manual atau melalu e-NPWP.
Untuk memperoleh NPWP Wajib Pajak harus me-
ngisi formulir pendaftaran dan menyampaikannya
secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pela
Yanan Pajak atau Kantor Penyuluhan dan Penga-
matan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan
melampirkan ketetntuan:

a. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak me


menjalankan usaha/ pekerjaan bebas
1). Foto copy KTP bagi penduduk Indonesia
atau foto copy paspor dan Surat Keterangan
Tempat Tinggal dari Instansi yang ber we-
nang minimal lurah atau kepala desa bagi
orang asing
2). Surat Keterangan tempat kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas dari instansi yang
berwenang, minimal lurah atau kepala
desa.
c. Untuk Wajib Pajak Badan
1). Foto copy pendirian dan perubahan ter
akhinr atau surat keterangan penunjukkan
dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap
2). Foto copy KTP bagi Penduduk Indonesia
atau foro copy paspor dan Surat Kete-
rangan Tempat Tinggal dari Instansi yang
ber wenang minimal lurah atau kepala de-
sa bagi orang asing dari salah seorang
pengurus aktif.
3). Surat Keterangan tempat kegiatan usaha
dari instansi yang berwenang minimal
lurah atau kepala desa.
d. Untuk Bendaharawan sebagai Wajib Pajak
pemungut/ pemotong
1). Foto copy KTP bendaharawan
2). Foto copy surat penunjukkan sebagai Ben-
daharawan
e. Untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak pe
motong/ pemungut
1). Foto copy perjanjian kerja sama sebagai
Joint Operation
2). Foto copy NPWP masing masing anggota
Joint Operation.
3). Foto copy KTP bagi penduduk Indonesia
aytau foto copy paspor dan surat
keterasngan tempattinggal dari instansi
tang berwenang minimal dari lurah atau
kepala desa bagi orang asing dasi salah
seorang pengurus Joint Opertion
f. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pri
badi pengusaha tertentu, atau wanita kawin
tidak pisah harta, harus melampirkan foto co-
py surat keterang terdaftar.
g. Apabila pemoho ditanda tangani orang lain,
harus dilengkapi dengan surat keterangan
khusus.
5. Tempat pendaftaran NPWP
a. Langsung ke Kantor Pelayanan Pajak

1). Kantor pelayanan pajak yang wilayah


kerjanya meliputi tempat tinggsal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak atau Kan
tor Pelayanan Pajak tertentu sesuai de-
ngan peraturan per-UU-an perpajakan
2). Wajib Pajak orang pribadi yang menjalan
kan usaha atau melakukan pekerjaan be-
bas dari Wajib Pajak Badan yang meme-
nuhi ketentuan sebagai pengusaha kena
pajak dan Pengusaha Kecil melapor kan
usahanya kekantor pelayanan pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kegiat-
an usaha Wajib Pajak atau ke Kantor Pe-
layanan Pajak tertentu sesuai dengan ke-
tentuan per-UU-an perpajakan.
3). Dalam hal tempat tinggal, tempat ke-
dudukan atau tempat kegiatan usaha, Wa
jib Pajak berada dalam dua atau lebih Wi-
layah Kantor Pelayanan Pajak, Dirjen Pa-
jak dapat menetapkan Kantor Pelayanan
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
b. Pendaftaran NPWP melalui elektronik

Dapat dilakukan secara electronik yaitu me-


lalui internet disitus Dirjen Pajak dengan ala
mat http://www.go.id dengan mengetik e-
registration.

Selanjutnya Wajib Pajak cukup memasukkan


data pribadi (KTP/ SIM/ Paspor) untuk mem-
peroleh NPWP. Kemudian mengirimkan foto
copy data pribadi melalui pos ke Kantor Pe-
layanan Pajak yang wilayah kerjanya meli-
puti tempat tinggsl stsu kedudukan Wajib Pa
jak
Berikut langkah langkah untuk mendapat-
kan NPWP melalui eternet
(electronik regristration)
1). Cari situs Dirjen Pajak di internet de-
ngan alamat www.pajak.go.id
2). Selanjutnya anda memilih menu e-reg
(electronik registration)
3). Pilih menu Buat acount baru dan isilah
kolom sesuai yang diminta.
4). Setelah itu anda akan masuk ke menu
Formulir Registrasi Wajib Pajak orang
Pribadi, isilah sesuai dengan KTP anda.
5). Anda akan memperoleh surat keterang-
an terdaftar (SKT) sementara yang ber-
laku selama 30 (tiga puluh) hari sejak
pendaftaran dilakukan.
Cetak SKT sementara tersebut beserta
formulir Registrasi Wajib Pajak Orang Pri
badi sebagai bukti ana sudah terdaftar se
bagai Wajib Pajak.
6). Tanda tangani formulir registrasi, kemu-
dian kirim, sampaikan langsung bersama
SKT sementara serta persyarakat lainnya
ke Kantor Pelayanan Pajak seperti yang
tertera pada SKT semenrtara anda.
Setelah itu anda akan menerima kartu
NPWP dan SKT asli.
C. PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

1. Pengusaha Kena Pajak.


Pengusaha adalah orang pribadi atau badan da-
lam bentuk apapaun yang dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya menghasilkan barang, meng-
impor barang, mengekspor barang, melakukan
usaha perdagangan, meman faatkan barang tidak
berwujud dari luar Derah Pabean, melakukan usa
ha jasa terasuk mengekspor jasa atau memanfa-
atkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang me
lakukan penyerahan barang kena pajak dan/ atau
penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak
berdasarkan UU Pajak pertambahan nilai 1984 dan
perubahannya.

Beberapa pengertian terkait dengan Pengukuhan


Pengusaha Kena Pajak, sebagai berikut:
a. Pengusaha kecil adalah pengusaha yang sela-
ma satu tahun buku melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan/ atau Jasa Kena
Pajak (JKP) dengan jumlah peredaraan bruto
dan/ atau penerimaan bruto tidak lebih dari jum
lah yang batasannya ditetapkan oleh MenKeu.
Catatan: Hingga 31 Des 2013, batasannya
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan
mulai 1 Jan.2014 naik menjadi
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ra-
tus juta rupiah)
b. Pengusaha Kena Pajak Terdaftar adalah pengu
saha yang telah dikukuhkan sebagai pengu
saha kena pajak yang telah tercatat dalam Tata
Usaha Kantor Pelayanan Pajak dan telah dibe
rikan Surat Pengukuhan Kena Pajak.
Berdasarlan pasal 2 ayat 2 UU KUP disebutkan
bahwa setiap wajib pajak sebagai pengusaha
yang dikenai pajak berdasarkan UU Pajak Per-
tambahan Nilai 1984 dan perubahannya,
wajib melaporkan usahanya pada Kantor Direk
torat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya me
liputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilaku-
kan untuk dikukuhkan menjadi pengusaha ke-
na pajak.

c. Surat Keterangan Terdaftar disingkat (SKT)


adalah Surat Keterangan yang diterbitkan oleh
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau KP2KP se-
bagai pemberitahuan bahwa Wajib Pajak telah
terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
tertentu yang berisi NPWP dan kewajiban per-
pajakan Wajib Pajak.
d. Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang
disingkat SPPKP, adalah Surat yang diterbitkan
oleh KPP) dan KP2KP sebagai pemberitahuan
bahwa Pengusaha telah dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak pada KPP tertentu yang
berisi identitas dan kewajiban perpajakan Pe-
ngusaha Kena Pajak.

f. Aplikasi e-Registration
g. Surat Pengiriman Dokumen
h. Bukti Penerimaan Surat (BPS)
i. Daerah Pabean
j. Barang Kena Pajak (BKP)
k. Jasa Kena Pajak (JKP)
2. Pelaporan Kegiatan Usaha
Setiap pengusaha yang dikenakan PPN berdasr-
kan ketentuan peraturan per-UU-an Perpajakan,
wajib melaporna usahanya untuk dikukuhkan se-
bagai Pengusaha Kena Pajak, dan kepadanya di
diberikan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
D. PERUBAHAN DATA, PINDAH
DAN PENGHAPUSAN
1. Perubahan data Wajib Pajak dan
Pengusaha Kena Pajak

Perubahan Data adalah perubahan data Wajib Pa


jak dan/ atau Pengusaha kena pajak yang dapat be
rupa perubahan nama, perubahan bentuk badan,
pembetulan NPWP, perubahan alamat dalam wila-
yah kerja Kantor pelayanan Pajak yang sama, peru
bahan jenis usaha, perubahan status usaha atau
perubahan data lainnya, tidak termasuk perubah-
an alamat tempat tinggal atau tempat kedudukan
atau tempat usaha keluarga wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
Perubahan Wajib Pajak dan/atau usaha kena pajak
Adalah tindakan memindahkan administrasi perpa
jakan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak
dari Tata usaha Kantor Pelayanan Pajak lama ke
Tata usaha Kantor Pelayanan Pajak yang baru ka-
Alasan pindah tempat tinggal atau pindah tempat
kedudukan dan atau tempat kegiatan usaha.

Penghapusan NPWP adalah tindakan menghapus-


menghapuskan NPWP dari tata usaha Kantor Pela
yanan Pajak dan Master File Wajib Pajak pada Di-
rektorat Jenderal Pajak.
Beberapa pengertian terkait dengan perubahan da
ta, pindah maupun penghapusan NPWP atau pen-
cabutan SPPKP antara lain:
a. Kantor Pelayanan Pajak Lama
b. Kantor Pelayanan Pajak Baru
c. Surat Pindah
d. Surat Pencabutan SKT
e. Pencabutan Pengukuhan
f. Surat Pencabutan SPPKP
g. Verifikasi
h. Pemeriksaan
2. Permohonan Perubahan Data Wajib Pajak
Dan Pengusaha Kena Pajak.
Permohonan Perubahan Data menggunakan for-
mulir perubahan data Wajib Pajak.
Permohonan dapat dilakukan secara elektronik
atau secata tertulis langsung ke Kantor Pelayanan
Pajak, atau melakui KP2KP, melalui pos dan mela-
lui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.
Perubahan dapat juga dilakukan secara jabatan
oleh Direktorat Jenderal Pajak, meliputi:
a. Perubahan identitas
b. Perubahan alamat e. Perubahan Identitas
c. Perubahan Kategori f. Perubahan
d. Perubahan sumber permodalan
penghasilan
3. Wajib Pajak dan/ atau Pengusaha
Kena Pajak Pindah.

4. Penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak

5. Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak

Anda mungkin juga menyukai