Anda di halaman 1dari 12

KETETAPAN DAN

PENETAPAN PAJAK

ENGGAR BUDI PRATAMA 21210481


KANZUL FIKRI 21210482
Ketetapan Pajak

Prinsip Official system, yaitu suatu sistem yang memberi


tanggung jawab kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Sistem ini pada umumnya diterapkan pada pengenaan pajak
langsung. Dalam hal ini Wajib Pajak bersifat pasif karena
utang pajak baru timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan
pajak oleh fiskus. Sistem ini diterapkan seperti dalam conoth
pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB), dimana Otoritas
Pajak akan mengeluarkan surat ketetapan pajak mengenai
besarnya PBB yang terutang setiap tahun. Jadi, Wajib Pajak
tidak perlu menghitung sendiri, tapi cukup membayar PBB
berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang
dikeluarkan olek KPP dimana tempat objek pajak tersebut
terdaftar.
Fungsi Surat Ketetapan Pajak

a. Sarana untuk melakukan koreksi terhadap wajib pajak


(WP) tertentu yang nyata atau berdasarkan hasil
pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan
kewajiban materil dalam memenuhi ketentuan
perpajakan.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi
perpajakan.
c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
d. Sarana untuk mengembaikan kelebihan pajak dalam hal
lebih bayar.
e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang
terhutang..
Jenis-jenis Surat Ketetapan Pajak

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah


surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi
dan jumlah yang masih harus dibayar.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan sebelumnya.
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya
terutang.
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak (STP) diterbitkan dalam hal :
 Pajak penghasilan dalam tahun berjalan atau kurang dibayar.
 Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak
akibat salah tulis atau salah hitung.
 Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi denda atau bunga.
 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak,
tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur
pajak,tetapi tidak tepat waktu.
 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap.
 Identitas pembeli (nama, alamat dan NPWP pembeli barang
kena pajakatau penerima jasa kena pajak) atau
 Identitas pembeli (nama, alamat, NPWP pembeli barang
kena pajak atau penerima jasa kena pajak) serta nama dan
tandatangan (nama, jabatan dan tandatangan yang berhak
menandatangani faktur pajak) dalam hal penyerahan
dilakukan oleh pengusaha kena pajak.
 Pengusaha kena pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai
dengan masa penebitan faktur pajak
 Pengusaha kena pajak yang gagal produksi dan telah diberikan
pengembalian pajak masukan. Surat Tagihan Pajak mempunyai
kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak,
sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan dengan surat
paksa.
Pembetulan Ketetapan Pajak, Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan
atau Pembatalan Ketetapan Pajak
 Pembetulan Ketetapan Pajak
Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak
yang tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan wajib
pajak, dapat dibetulkan oleh Direktur Jenderal Pajak secara jabatan
atas permohonan wajib pajak.
 Kesalahan atau Kekeliruan dalam Ketetapan Pajak yang
dapat dibetulkan
Ruang lingkup pembetulan ketetapan pajak, terbatas pada
kesalahan atau kekeliruan dari :
a. Kesalahan tulis antara lain : kesalahan yang dapat berupa
penulisan nama, alamat, NPWP, nomor surat ketetapan pajak,
jenis pajak, masa atau tahun pajak dan tanggal jatuh tempo.
b. Kesalahan hitung yang berasal dari penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian dari suatu bilangan.
c. Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase normal
penghitungan penghasilan netto, penerapan sanksi administrasi,
penghasilan tidak kena pajak (PTKP), penghitungan PPh dalam
tahun berjalan, dan pengkreditan pajak.
Ketetapan Pajak yang Dapat Dibetulkan

Ketetapan pajak yang dapat dibetulkan karena kesalahan atau


kekeliruan, antara lain :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT)
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
e. Surat Tagihan Pajak (STP)
f. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak
g. Surat Keputusan Keberatan
h. Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi
i. Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan
Pajak yang tidak benar
Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan Wajib
Pajak

 Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 bulan sejak


tanggal permohonan diterima, harus memberikan keputusan.
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal
Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan
pembetulan yang diajukan tersebut dianggap diterima.

 Jangka waktu penyelesaikan permohonan pembetulan wajib


pajak harus diselesaikan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam
jangka waktu 6 bulan sejak tanggal surat permohonan
pembetulan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat
Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan,
maka permohonan pembetulan yang diajukan dianggap
dikabulkan.
Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan Wajib
Pajak
 Direktur Jenderal Pajak atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
mengurungkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga,
denda, dan kenaikan yang ternyata dikenakan karena adanya
kekhilafan atau bukan karena kesalahan Wajib Pajak.
 Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
harus memenuhi ketentuan :
 Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
memberikan alasan yang jelas dan meyakinkan.
 Disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui kantor
pelayanan pajak yang mengenakan sanksi administrasi
tersebut.
 Tidak melebihi jangka waktu 3 bulan sejak terbitnya STP,
SKPKB atau SKPKBT kecuali apabila wajib pajak dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat
dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannnya.
 Tidak mengajukan keberatan atas ketetapan pajaknya dan
diajukan atas suatu STP, SKPKB atau SKPKBT.
 Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas
permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
paling lama 12 bulan sejak tanggal permohonan diterima. Apabila
jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi keputusan maka permohonan dianggap diterima.
Penetapan Pajak

Prinsip dalam Sistem Self-Assesment adalah bahwa wajib


pajak (WP) diwajibkan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar sediri, dan melaporkan pajak
yang terutang sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak
yang terutang dipercayakan pada wajib pajak (WP) sediri
melalui Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang
disampaikannya.

Item-item yang dipertimbangkan dalam penghitungan pajak


secara self assesment, yaitu:
1) penghasilan;
2) pengurang penghasilan;
3) penghasilan netto;
4) penghasilan kena pajak;
5) tarif pajak;
6) besarnya pajak terutang;
Daluwarsa Penetapan Pajak

 Daluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka


waktu 10 tahun sesudah saat terhutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak atau tahun pajak.

 Penentuan masa 10 tahun sesuai dengan ketentuan


daluwarsa penyimpanan buku-buku, catatan-catatan,
dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan
pencatatan wajib pajak. Saat ini, daluwarsa penetapan
pajak ditentukan menjadi 5 tahun sejak akhir masa pajak
atau tahun pajak.
Kesimpulan
Sistem pemungutan pajak yang diterapkan sekarang yaitu sistem Self-
Assesment yaitu waib pajak diwajibkan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar sendiri dan melaporkan pajak yang terutang
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga
penentuan besarnya pajak yang terhutang dipercayakan pada wajib pajak
sendiri melalui Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikannya.
Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada wajib paak
tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau
karena ditemukannya data fisik yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak.
Dengan demikian, ketetapan pajak berfungsi sebagai berikut :
 Koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT wajib pajak.
 Sarana untuk mengenakan sanksi.
 Sarana untuk menagih pajak.
 Saran untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.
 Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terhutang.

Apabila wajib pajak tidak puas dengan penetapan dan ketetapan pajak yang
dibuat, maka wajib pajak tersebut memiliki hak untuk mengajukan
keberatan. Namun, bila wajib pajak juga belum puas dengan keputusan
keberatan yang telah diajukannya, maka wajib pajak tersebut bisa
mengajukan banding kepada Badan Peradilan Pajak.

Anda mungkin juga menyukai