NIM : A031201122
RMK
Berdasarkan hasil pemeriksaan pajak dan kaitannya dengan tagihan pajak, Ditjen Pajak
akan menerbitkan suatu surat yang disebut Surat Ketetapan Pajak (SKP), yang dapat
mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil, termasuk sanksi
administrasi pajak.
Dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 28 tahun 2007 (UU KUP), SKP adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).
1. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP yang nyata-nyata atau berdasarkan
hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau material dalam memenuhi
ketentuan perpajakan;
2. Sarana untuk mengenakan sanksi perpajakan;
3. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak;
4. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar;
5. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.
Menurut UU KUP, Ditjen Pajak tidak berkewajiban untuk menerbitkan SKP atas semua surat
pemberitahuan (SPT) yang disampaikan Wajib Pajak.
Penerbitan suatu SKP hanya terbatas pada wajib pajak tertentu yang disebabkan oleh
ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data pajak yang tidak dilaporkan
oleh wajib pajak.
SKP dapat diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau pada saat
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
Penagihan pajak adalah proses tindakan yang dilaksanakan terhadap penanggung pajak agar
membayar utang pajak serta biaya penagihan pajak.
Pengertian penagihan pajak menurut Soemitro (1996), yaitu tindakan yang dilakukan Direktorat
Jenderal Pajak sebab wajib pajak tidak mengikuti ketentuan Undang Undang pajak, terutama
tentang pembayaran pajak terutang.
Sementara itu menurut Rusdji (2004), penagihan pajak rangkaian tindakan yang dilakukan agar
wajib pajak membayar utang pajak serta biaya penagihan pajak dengan peneguran ataupun
peringatan, melaksanakan penagihan seketika & sekaligus memberitahukan surat paksa,
mengusulkan pencegahan, menyita, menyandera, serta menjual barang yang disita.
Sementara itu, penanggung pajak adalah orang maupun badan yang memiliki tanggung jawab
atas pembayaran pajak. Lalu pejabat adalah orang yang memiliki wewenang untuk mengangkat
serta memberhentikan juru sita pajak, dan juru sita pajak adalah pelaksana tindakan penagihan
pajak yang mencakup penagihan seketika & sekaligus.
Dasar hukum penagihan pajak telah dicantumkan dalam Undang Undang Nomor 19 Tahun 1997
mengenai Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Undang-undang ini mulai diberlakukan sejak 23
Mei 1997. Undang-undang kemudian diamandemen dengan Undang Undang Nomor 19 tahun
2000 yang mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2001
Penagihan Pajak
Terdapat beberapa jenis penagihan, yakni penagihan pajak pasif dan aktif, ataupun penagihan
seketika. Apa perbedaan ketiga jenis penagihan tersebut? Apa konsekuensi yang diterima wajib
pajak? Berikut penjelasannya.
Penagihan Pasif
Untuk jenis penagihan pajak pasif, DJP menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), SK
Pembetulan, SK Keberatan, serta Putusan Banding yang mengakibatkan pajak terutang menjadi
lebih besar.
Dalam jenis ini,, fiskus hanya menyampaikan kepada wajib pajak bahwa terdapat pajak terutang.
Apabila dalam jarak satu bulan sejak dikeluarkannya STP ataupun surat sejenis lainnya, wajib
pajak tidak membayar utang pajaknya, maka fiskus akan menerapkan penagihan aktif.
Penagihan Aktif
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, penagihan aktif adalah proses selanjutnya setelah
penagihan pasif tidak berhasil. Dalam penagihan aktif, fiskus dan juru sita pajak memiliki hak
dan berperan aktif untuk tindakan sita serta lelang.
Penagihan Seketika & Sekaligus
Penagihan seketika & sekaligus ini adalah penagihan pajak yang dijalankan oleh fiskus maupun
juru sita pajak terhadap wajib pajak langsung tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pelunasan
pajak. Penagihan pajak pun mencakup keseluruhan utang pajak dari segala jenis pajak, masa
pajak, serta tahun pajak.
Tujuan penagihan pajak seketika & sekaligus adalah guna mencegah terjadinya pajak terutang
yang tidak dapat ditagih. Apabila saat penagihan seketika & sekaligus wajib pajak tidak
membayar, maka juru sita pajak akan menunggu sampai tanggal jatuh tempo.
Terdapat beberapa tindakan maupun langkah yang dijalankan oleh juru sita pajak dalam
menjalankan penagihan pajak. Berikut tata cara dan proses penagihan pajak serta
penjelasannya.
Surat teguran atau biasa disebut juga surat peringatan adalah surat yang dikeluarkan untuk
melakukan penagihan pajak. Apabila dalam jangka waktu tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo
penanggung pajak atau wajib pajak tidak melunasi pajak terutang, maka surat teguran akan
sampai ke tangan penanggung pajak.
Tujuan surat teguran adalah memberikan peringatan terhadap penanggung pajak agar segera
membayar utang pajak sehingga tidak perlu dilakukan penagihan secara paksa.
Surat paksa adalah surat yang akan dikeluarkan apabila 21 hari setelah jatuh tempo surat teguran,
si penanggung jawab pajak belum melunasi utang pajaknya.
Dengan terbitnya surat paksa, wajib pajak harus membayar utang pajaknya dalam waktu 2 x 24
jam agar tidak ada tindakan pemblokiran rekening, pencegahan ke luar negeri, maupun
penyanderaan paksa badan (dengan catatan, diragukan itikad baiknya serta mempunyai utang
pajak minimal Rp100.000.000). Pengeluaran surat paksa ini dikenakan biaya penagihan pajak
sebesar Rp25.000.
Penagihan dengan Surat Sita
Surat sita adalah surat yang dikeluarkan apabila dalam waktu 2 x 24 jam sejak dikeluarkannya
surat paksa, penanggung pajak tidak melunasi pajaknya. Terdapat biaya penagihan pajak yang
dibebankan untuk surat sita yaitu Rp75.000. Biaya yang diperuntukkan untuk pelaksanaan sita.
Dengan demikian, penanggung pajak masih berkesempatan untuk membayar utang pajaknya
dalam waktu 14 hari sejak terhitung dari penyitaan harta penanggung pajak. Apabila dalam 14
hari penanggung pajak belum melunasi utang pajaknya, maka akan dikeluarkan pengumuman
lelang.
Penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak yang disaksikan oleh 2 orang yang dianggap sudah
dewasa sebagai saksi, berkewarganegaraan Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak, serta dapat
dipercaya.
Lelang akan dilaksanakan apabila dalam waktu 14 hari setelah dikeluarkannya pengumuman
lelang, penanggung pajak belum melunasi pajak terutangnya.
Dasar penagihan pajak dibagi sesuai jenis pajaknya. Berikut dasar-dasar yang perlu diketahui:
7. Putusan Peninjauan Kembali sehingga total pajak yang perlu dilunasi bertambah.
2. Surat Ketetapan.
Penagihan pajak disebut daluarsa apabila sudah melewati batas waktu penagihan, yakni 5 tahun
terhitung sejak diterbitkannya dasar penagihan pajak. Jika sudah daluarsa, maka hal tersebut
tidak dapat lagi dilakukan karena hak penagihan atas utang pajak tersebut telah dianggap gugur.
Terdapat pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung ataupun tidak langsung,
contohnya mengajukan permohonan pengangsuran/penundaan pelunasan.
Diterbitkannya SKPKB atau SKPKBT sebab wajib pajak melakukan tindak pidana
perpajakan serta tindak pidana lain yang merugikan pendapatan Negara.
Keberatan Pajak adalah Suatu upaya yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak untuk dapat
mengurangkan atau menghilangkan tagihan pajak yang terdapat pada Surat Ketetapan Pajak
(SKP) yang diterbitkan oleh Kantor Pajak atau Pemotongan atau Pemungutan Pajak oleh Pihak
Ke Tiga. Banding Pajak adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding (Surat Keputusan
Keberatan Pajak), berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Keberatan dilakukan oleh Wajib Pajak jika tidak menyetujui atas suatu:
a. Surat Pemberitahuan.
b. Surat Ketetapan Pajak.
c. Surat Ketetapan Pajak Tambahan.
d. Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran.
e. Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
perundang-undangan perpajakan.
Syarat Pengajuan Keberatan
Apabila syarat tidak dipenuhi maka tidak dianggap surat keberatan sehingga tidak
dipertimbangkan. Dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan atas SKP, wajib pajak wajib
melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui wajib
pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.
Proses dan Keputusan Keberatan Wajib Pajak
2. Banding
Banding adalah tindakan yang dilakukan Wajib Pajak jika tidak menyetujui atas
keputusan keberatan dan melakukan banding kepada badan peradilan pajak. Putusan badan
peradilan pajak bukan merupakan keputusan tata usaha Negara. Permohonan banding memiliki
syarat
a. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
b. dengan alasan yang jelas
c. dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima
d. dilampiri salinan dari surat keputusan tersebut.
Pengajuan permohonan banding ini tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
pelaksanaan penagihan pajak. Pengajuan banding ini tidak menunda kewajiban membayar
pajak.
Dalam hal Keputusan Banding : menolak atau mengabulkan sebagian:
aPembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data
dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
Pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang
bersifat final.
G. Tata Cara Pengajuan Penyelenggaraan Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan Mata
Uang Selain Rupiah
Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat oleh WP harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan,
kecuali WP dalam rangka Kontrak Karya atau WP dalam rangka Kontraktor Kontrak Kerja
Sama.
Izin tertulis dapat diperoleh WP dengan mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor
Wilayah, paling lambat 3 (tiga) bulan :
1. Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satauan
mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai;
2. Sejak tanggal pendirian bagi WP baru untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak pertama.
Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas permohonan
tersebut paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari WP diterima secara lengkap. Apabila
jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum memberikan keputusan
maka permohonan WP tersebut dianggap diterima dan Kepala Kantor Wilayah atas nama
Menteri Keuangan menerbitkan keputusan pemberian izin untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uangan Dollar Amerika Serikat.
WP dalam rangka Kontrak Karya atau WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang sejak
pendiriannya maupun yang akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, wajib menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
tanggal pendirian (bagi WP yang sudah menyelenggarakan sejak pendiriannya) atau 3 (tiga)
bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai (bagi WP yang belum
menyelenggarakan sejak pendiriannya).
Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas permohonan
pembatalan penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan
dari WP diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala Kantor
Wilayah belum memberikan keputusan, maka permohonan dianggap diterima. WP yang
mengajukan permohonan tersebut tidak diperbolehkan lagi menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun sejak izin tersebut dicabut.
Pasal 1 angka 31 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), penyidikan pajak atau
lebih tepatnya penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti.
Pengumpulan bukti itu ditujukan untuk membuat suatu tindak pidana perpajakan menjadi terang
atau jelas serta dapat ditemukan tersangkanya. Penyidikan tindak pidana perpajakan ini
dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Pidana.
Tujuan utama dari dilakukannya proses penyidikan adalah untuk menemukan bukti sekaligus
tersangka yang melakukan tindak pidana dalam perpajakan.
berdasarkan Pasal 44 ayat (1) UU KUP, penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya
dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di lingkungan DJP yang
diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan.
Tugas utama dari penyidik adalah untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dapat membuat
suatu tindak pidana perpajakan menjadi jelas dan pada akhirnya dapat ditemukan tersangkanya.
keempat, memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana
perpajakan. Kelima, melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.
Keenam, meminta bantuan tenaga ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan. Ketujuh. menyuruh
berhenti/melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang
berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa.
Di sisi lain, penyidik harus memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur UU Hukum Acara Pidana.
Selain itu, apabila diperlukan, penyidik juga dapat meminta bantuan aparat penegak hukum lain
demi kelancaran proses penyidikan. Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik pajak juga harus
tunduk pada norma penyidikan dan memperhatikan asas hukum.
Berdasarkan pasal 44A UU KUP , penyidikan akan dihentikan apabila tidak terdapat cukup bukti
atau peristiwa yang disidik bukan merupakan tindak pidana perpajakan. Penyidikan juga dapat
dihentikan apabila peristiwa tersebut telah daluwarsa atau tersangkanya telah meninggal dunia.
Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan paling lama 6 bulan sejak tanggal surat permintaan penghentian penyidikan. Surat
permintaan penghentian penyidikan disusun oleh Menteri Keuangan jika menyetujui
permohonan penghentian penyidikan yang diajukan wajib pajak.
Namun, Jaksa Agung hanya bisa menghentikan penyidikan sepanjang perkara pidana itu belum
dilimpahkan ke pengadilan. Selain itu, penghentian penyidikan hanya dilakukan setelah wajib
pajak melunasi utang pajak yang tidak/kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan.
Wajib pajak juga harus membayar sanksi administrasi berupa denda 4 kali lipat dari jumlah pajak
yang tidak/kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.