Pertanyaan :
Jelaskan tata urutan penagihan pajak! (dibuat dalam format pdf)
Jawab :
Sementara itu, penanggung pajak adalah orang maupun badan yang memiliki
tanggung jawab atas pembayaran pajak. Lalu pejabat adalah orang yang
memiliki wewenang untuk mengangkat serta memberhentikan juru sita pajak,
dan juru sita pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang mencakup
penagihan seketika & sekaligus.
Dasar hukum penagihan pajak telah dicantumkan dalam Undang Undang
Nomor 19 Tahun 1997 mengenai Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Undang-undang ini mulai diberlakukan sejak 23 Mei 1997. Undang-undang
kemudian diamandemen dengan Undang Undang Nomor 19 tahun 2000 yang
mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2001.
Untuk jenis penagihan pajak pasif, DJP menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT), SK Pembetulan, SK Keberatan, serta Putusan
Banding yang mengakibatkan pajak terutang menjadi lebih besar.
Dalam jenis ini,, fiskus hanya menyampaikan kepada wajib pajak bahwa
terdapat pajak terutang. Apabila dalam jarak satu bulan sejak dikeluarkannya
STP ataupun surat sejenis lainnya, wajib pajak tidak membayar utang pajaknya,
maka fiskus akan menerapkan penagihan aktif.
Penagihan seketika & sekaligus ini adalah penagihan pajak yang dijalankan oleh
fiskus maupun juru sita pajak terhadap wajib pajak langsung tanpa menunggu
tanggal jatuh tempo pelunasan pajak. Penagihan pajak pun mencakup
keseluruhan utang pajak dari segala jenis pajak, masa pajak, serta tahun pajak.
Tujuan penagihan pajak seketika & sekaligus adalah guna mencegah terjadinya
pajak terutang yang tidak dapat ditagih. Apabila saat penagihan seketika &
sekaligus wajib pajak tidak membayar, maka juru sita pajak akan menunggu
sampai tanggal jatuh tempo.
Terdapat beberapa tindakan maupun langkah yang dijalankan oleh juru sita
pajak dalam menjalankan penagihan pajak. Berikut tata cara dan proses
penagihan pajak serta penjelasannya.
Surat teguran atau biasa disebut juga surat peringatan adalah surat yang
dikeluarkan untuk melakukan penagihan pajak. Apabila dalam jangka waktu
tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo penanggung pajak atau wajib pajak
tidak melunasi pajak terutang, maka surat teguran akan sampai ke tangan
penanggung pajak.
Tujuan surat teguran adalah memberikan peringatan terhadap penanggung
pajak agar segera membayar utang pajak sehingga tidak perlu dilakukan
penagihan secara paksa.
Surat paksa adalah surat yang akan dikeluarkan apabila 21 hari setelah jatuh
tempo surat teguran, si penanggung jawab pajak belum melunasi utang
pajaknya.
Dengan terbitnya surat paksa, wajib pajak harus membayar utang pajaknya
dalam waktu 2 x 24 jam agar tidak ada tindakan pemblokiran rekening,
pencegahan ke luar negeri, maupun penyanderaan paksa badan (dengan
catatan, diragukan itikad baiknya serta mempunyai utang pajak minimal
Rp100.000.000). Pengeluaran surat paksa ini dikenakan biaya penagihan pajak
sebesar Rp25.000.
Surat sita adalah surat yang dikeluarkan apabila dalam waktu 2 x 24 jam sejak
dikeluarkannya surat paksa, penanggung pajak tidak melunasi pajaknya.
Terdapat biaya penagihan pajak yang dibebankan untuk surat sita yaitu
Rp75.000. Biaya yang diperuntukkan untuk pelaksanaan sita.
Penyitaan bukan semata-mata bertujuan untuk memperdagangkan barang
milik penanggung pajak, melainkan petugas memanfaatkan barang-barang
tersebut sebagai jaminan agar penanggung pajak membayar pajak
terutangnya.
Dasar penagihan pajak dibagi sesuai jenis pajaknya. Berikut dasar-dasar yang
perlu diketahui:
Sumber Referensi :
- BMP HKUM 4407 Hukum Pajak dan Acara Perpajakan / Modul 7
- https://www.rusdionoconsulting.com/penagihan-pajak/