Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM PAJAK

PENAGIHAN PAJAK
Dosen Pengampu: Sri Khayati, S.H.,M.H

Disusun Oleh:

Kelompok III

Nama:
Adnan Ali
Ndari Fitriana
Ramadan
Mirwan
Muhammad Faiz Abdillah
Muhammad Akbar

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang segala puji dan
syukur bagi kami atas kehadirat Allah SWT, yang dengan ridho-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul tentang PENAGIHAN PAJAK dengan baik.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Hukum
Pajak yang diberikan kepada kami, ucapan terimakasih banyak kami ucapkan kepada Ibu
Sri Khayati, S.H.,M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Kami juga menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi para pembaca. Akan tetapi penulis mengerti jika makalah ini masih jauh
dari sempurna karena kurangnya referensi dan pengetahuan dari penulis.

Kendari, 19 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………..
BAB I PENDAHUAN…………………………………….
A. Latar Belakang…………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………
C. Tujuan Makalah…………………………………...
BAB II PEMBAHASAN…………………………………
A. Penagihan Pajak
B. Jenis Penagihan Pajak
1. Penagihan Pasif
2. Penagihan Aktif
3. Penagihan Seketika dan Sekaligus
C. Langkah-langkah Penagihan Pajak
1. Surat Teguran
2. Surat Paksa
3. Surat Sita
4. Lelang
D. Dasar Penagihan Pajak

BAB III PENUTUP……………………………………….


A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pajak adalah penerimaan kas Negara yang mempunyai peranan penting dalam
pembiayaan dan pembangunan negara. Indonesia adalah negara yang menganut self assessment
system dimana Wajib Pajak (WP) diberi kepercayaan dan tanggungjawab untuk menghitung,
membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

Tindakan dan alur penagihan pajak ini tertuang dalam UU KUP, UU Penagihan Pajak
dengan surat paksa, serta diatur secara teknis dalam peraturan Menteri Keuangan Nomor
24/PMK.03/2008. Hal ini bertujuan agar fiskus mempunyai dasar hukum yang kuat untuk
melakukan penagihan pajak dan memenuhi target pendapatan negara melalui pajak. Selain itu,
wajib pajak juga diharapkan bagaimana tindakan yang akan fiskus lakukan untuk melakukan
penagihan sehingga diharapkan wajib pajak tidak lalai dalam kewajiban perpajakannya.

Menurut Undang-Undang Pajak No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan
surat paksa, menetapkan dan ketetapan pajak diterbitkan dalam bentuk, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketatapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat
Tagihan Pajak (STP).

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 yang dimaksud dengan penagihan pajak
adalah:
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika
dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyenderaan dan menjual barang yang telah disita.

Menurut Nalle, penagihan pajak merupakan tugas fiskus untuk memungut pajak atau
iuran kepada wajib pajak, guna untuk pengeluaran rutin, pembangunan nasional dan untuk
meyelenggarakan pemerintahan. Peran fiskus dalam melaporkan dan memungut pajak terutang
wajib pajak guna mengurangi jumlah tunggakan pajak.

Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis penagihan pajak?

Tujuan Makalah
a. Mengetahui apa saja jenis penagihan pajak

Manfaat Makalah
1. Dengan dilakukannya penulisan ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi
kelompok kami tentang pajak, dan penagihan pajak.
2. Menambah pengetahuan tentang wajib pajak, dan untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penagihan Pajak
Dalam prosedur penagihan pajak seorang penunggak pajak dapat disandera
bahkan disita hartanya. Sebagai wajib pajak, ada baiknya untuk memahami hal ini.
Tujuannya agar wajib pajak dapat mengantisipasi risiko yang timbul dari penagihan
pajak. Sekarang, mari kita mulai ulasannya dengan membahas pengertian penagihan
pajak dan penanggung pajak. Secara sederhana, penagihan pajak adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya
penagihan pajaknya. Sementara, penanggung pajak adalah orang atau badan yang
bertanggung jawab atas pembayaran pajak. Dasar hukum penagihan pajak tercantum
dalam UU Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

B. Jenis Penagihan Pajak

Penagihan pajak ternyata punya banyak jenis. Ada yang sifatnya pasif, aktif
bahkan seketika dan sekaligus. Apa bedanya dan apa konsekuensinya bagi wajib pajak?
Penjelasannya akan Anda peroleh pada poin di bawah ini.

1. Penagihan Pasif

Pada penagihan pajak pasif, DJP hanya menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT), SK Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding yang
menyebabkan pajak terutang lebih besar. Dalam penagihan pasif, fiskus hanya
memberitahukan kepada wajib pajak bahwa terdapat utang pajak. Jika dalam waktu satu
bulan sejak diterbitkannya STP atau surat sejenis, wajib pajak tidak melunasi utang
pajaknya, maka fiskus akan melakukan penagihan aktif.

2. Penagihan Aktif

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, penagihan aktif merupakan kelanjutan


dari penagihan pasif. dalam penagihan aktif, fiskus bersama juru sita Pajak berperan aktif
dalam tindakan sita dan lelang.

3. Penagihan seketika dan sekaligus

Penagihan seketika dan sekaligus ini merupakan penagihan pajak yang dilakukan
oleh fiskus atau juru sita pajak kepada wajib pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran pajak. Penagihan pajak juga meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis
pajak, masa pajak, dan tahun pajak.
Tujuannya penagihan jenis ini adalah untuk mencegah terjadinya utang pajak
yang tidak bisa ditagih. Jika saat dilakukan penagihan seketika dan sekaligus wajib pajak
belum membayar, maka juru sita pajak akan menunggu hingga tanggal jatuh tempo.

C. Langkah-langkah Penagihan Pajak

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, ada beberapa tindakan atau langkah
yang dilakukan juru sita pajak dalam melakukan penagihan pajak. Berikut ini tahapan
dan penjelasan setiap langkahnya.

1. Surat teguran

Surat teguran atau surat peringatan adalah surat yang diterbitkan untuk melaksanakan
penagihan pajak. Jika dalam waktu tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo penanggung
pajak atau wajib pajak belum melunasi utang pajaknya, maka surat teguran ini akan
sampai ke tangan penanggung pajak.

Tujuannya adalah memberikan peringatan kepada penanggung pajak agar segera


melunasi utang pajak sehingga tidak perlu lagi dilakukan penagihan secara paksa.

2. Surat paksa

Surat paksa merupakan surat yang akan diterbitkan jika 21 hari setelah jatuh
tempo surat teguran, si penanggung jawab pajak tidak melunasi pajaknya. Setelah
datangnya surat paksa, wajib pajak wajib melunasi pajaknya dalam waktu 2 x 24 jam
agar tidak ada tindakan pemblokiran rekening, pencegahan ke luar negeri, hingga
penyanderaan paksa badan (dengan catatan, diragukan itikad baiknya dan memiliki utang
pajak minimal Rp100.000.000). Penerbitan surat paksa ini dikenakan biaya senilai
Rp25.000.

3. Surat sita

Surat sita adalah surat yang diterbitkan jika dalam waktu 2 x 24 jam sejak
diterbitkannya surat paksa, penanggung pajak belum membayarkan pajaknya. Ada biaya
yang dikenakan untuk surat sita ini yakni Rp75.000. Biaya ini digunakan untuk
pelaksanaan sita. Penyitaan tidak semata-mata bertujuan untuk menjual barang milik
penanggung pajak, melainkan petugas menggunakan barang-barang tersebut sebagai
jaminan agar penanggung pajak melunasi pajaknya.

Jadi, penanggung pajak masih memiliki kesempatan untuk melunasi pajaknya


selama 14 hari terhitung dari penyitaan harta penanggung pajak. Jika dalam 14 hari
penanggung pajak masih belum membayarkan utang pajaknya, maka akan diterbitkan
pengumuman lelang. Penyitaan dilaksanakan oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh
2 orang yang dianggap sudah dewasa sebagai saksi, berkewarganegaraan Indonesia,
dikenal oleh juru sita pajak, dan dapat dipercaya.

4. Lelang

Lelang akan dilakukan jika dalam waktu 14 hari setelah diterbitkan pengumuman
lelang, penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya.

D. Dasar Penagihan Pajak

Dasar penagihan pajak dibedakan berdasarkan jenis pajaknya. Berikut ini, dasar
penagihan pajak yang perlu Anda tahu:

Dasar penagihan pajak untuk PPh, PPN, dan PPnBM, serta bunga penagihan adalah:

1. Surat Tagihan Pajak


2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

4. Surat Keputusan Pembetulan.

5. Surat Keputusan Pemberatan.

6. Putusan Banding.

7. Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih hakrus dibayar
bertambah.

Dasar penagihan pajak untuk PBB adalah:

1. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang.

2. Surat Ketetapan.

3. Surat Tagihan Pajak.

4. Daluarsa Penagihan Pajak

Penagihan pajak dikatakan daluarsa jika telah melampaui batas waktu penagihan,
yaitu 5 tahun terhitung sejak penerbitan dasar penagihan pajak. Apabila penagihan pajak
daluarsa, maka penagihan pajak tidak bisa lagi dilaksanakan karena hak untuk penagihan atas
utang pajak tersebut sudah dianggap gugur.
Daluwarsa penagihan pajak merupakan istilah yang sering dikaitkan dengan jatuh
tempo Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). Dimana SKPKB sendiri adalah surat
yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk melakukan penagihan pajak
kepada Wajib Pajak. Adapun jatuh tempo yang diatur dalam penagihan pajak ini ialah lima
(5) tahun sejak diterbitkannya SKPKB. Dimana jika telah melewati batas waktu penagihan
tersebut, maka hak penagihan atas utang pajak dianggap gugur.

a. Pejabat Yang Ditunjuk Untuk Penagihan

Pejabat yang ditunjuk dan berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak
1. Kepala Kantor Wilayah
2. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Tugas jurusita melaksanakan surat perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus,
memberitahukan surat paksa, melaksanakan penyitaan atas Barang Penanggung Pajak
berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan dan melaksanakan penyanderaan
berdasarkan surat perintah Penyanderaan.

b. Tindakan Penagihan
1. Menerbitkan Surat Teguran;
2. Menerbitkan dan memberitahukan surat paksa
3. Melaksanakan penyitaan
4. Melakukan pengumuman lelang dan lelang untuk barang sitaan yang dilakukan penjualan
secara lelang menggunakan, menjual, dan/atau memindah bukukan barang sitaan
5. Mengusulkan pencegahan
6. Melaksanakan penyanderaan
7. Menerbitkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus

E. Tahapan Proses Penagihaan

Pejabat menerbitkan Surat Teguran setelah lewat waktu 7 hari sejak saat jatuh tempo
pembayaran Utang Pajak, dalam hal Wajib Pajak tidak melunasi Utang Pajak. Apabila
setelah lewat waktu 21 hari terhitung sejak tanggal Surat Teguran disampaikan, Penanggung
Pajak belum melunasi Utang Pajak, Surat Paksa diterbitkan oleh Pejabat dan diberitahukan
secara langsung oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak. Apabila setelah lewat waktu
2 kali 24 jam sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan, Penanggung Pajak belum melunasi
Utang Pajak, Pejabat menerbitkan surat perintah melaksanakan Penyitaan dan Jurusita Pajak
melaksanakan Penyitaan terhadap Barang milik Penanggung Pajak.
Dalam hal penyitaan dilakukan terhadap harta kekayaan Penanggung Pajak yang
tersimpan pada LJK, LJK lainnya, dan/atau entitas lain, Pejabat melakukan melakukan
permintaan Pemblokiran terlebih dahulu. Apabila lewat setelah waktu 14 hari sejak tanggal
pelaksanaan Penyitaan, Penanggung Pajak belum melunasi Utang Pajak dan Biaya
Penagihan Pajak, Pejabat melakukan pengumuman lelang atas Barang sitaan yang akan
dilelang. Apabila setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal pengumuman lelang,
Penanggung Pajak belum melunasi Utang Pajak dan biaya Penagihan Pajak, Pejabat
melakukan penjualan Barang Sitaan Penanggung Pajak melalui kantor lelang negara.
Apabila setelah lewat 14 hari sejak tanggal pelaksanaan Penyitaan terhadap Barang
sitaan yang penjualannya dikecualikan dari penjualan secara lelang, Penanggung Pajak
belum melunasi Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak, Pejabat segera menggunakan,
menjual, dan/atau memindahbukukan barang sitaan. Dalam hal ini telah dilakukan upaya
penjualan Barang sitaan secara lelang dan/atau penggunaan, penjualan, dan atau
pemindahan barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang Pejabat dapat
melakukan pencegahan.
Pengusulan pencegahan dapat dilakukan setelah tanggal Surat Paksa diberitahukan
tanpa didahului penerbitan surat perintah melaksanakan penyitaan, pelaksanaan penyitaan,
atau penjualan barang sitaan, dalam hal ini yaitu:
a. Objek sita tidak dapat ditemukan;
b. Utang pajak sebagai dasar penagihan Pajak mendekat daluwarsa penagihan;
c. Berdasarkan data dan informasi terdapat indikasi Penanggung Pajak akan meninggalkan
Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu;
d. Terdapat tanda-tanda bahwa Badan akan dibubarkan atau dilakukan perubahan bentuk
lainnya; atau
e. Terdapat tanda-tanda kepailitan dan/atau dalam keadaan pailit;

KETENTUAN TERKAIT
Diatur dalam:

Pasal 18,19,20,21,22 UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

UU Nomor 19 Tahun 1999 stdd UU Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.

PP 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 189/PMK.03/2020 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penagihan Pajak Atas Jumlah Pajak Yang Masih Harus Dibayar.
Bab lll
Penutup
A.kesimpulan
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang yang telah disita.

B.Saran
Berdasarkan hasil penyusunan makalah yang kami lakukan mengenai penagihan
pajak maka saran yang dapat kami berikan antara lain
1. Meningkatkan sosialisasi dalam rangka meningkatkan kesadaran wajib pajak
dalam melunasi tunggakan pajaknya.
2. Melakukan penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa secara
efektif, antara lain dengan:
a. Menambah serta meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada seksi
penagihan.
b. Adanya mekanisme untuk memastikan bahwa Surat Teguran telah diterima oleh
Penunggak Pajak.
c. Memperbaruimasi penunggak pajak sehingga tidak lagi dijumpai permasalahan
Surat Teguran dan Surat Paksa yang tidak dapat disampaikan.
d. Melakukan komunikasi yang baik dengan penunggak pajak dan pemberian
jaminan keamanan kepada jurusita pajak dengan didampingi oleh aparat penegak
hukum pada saat melaksanakan penagihan pajak.

Anda mungkin juga menyukai