MAKALAH
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah subhanahuwata’ala. Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Timbulnya Hutang Pajak,
Penagihan Pajak dan Hapusnya Hutang Pajak”. Tak lupa pula shalawat beserta
salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sosok teladan dan
inspirasi setiap umat yang membawa manusia dari zaman yang gelap gulita hingga
ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan,
masukan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara di pandang sebagai
sumber penerimaan negara yang paling aman dalam membiayai pembangunan, hal
ini juga berarti bahwa rakyat dilibatkan dalam proses pembangunan. Kenyataan
menunjukkan bahwa sumber penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dari sektor pajak sangat dominan, tentunya akan menjadi
sumber penerimaan negara yang potensial yang diutamakan, karena penerimaan
sektor pajak merupakan sumber penerimaan yang tidak akan habis selagi negara itu
ada.
1
Saat ini, penyelesaian permasalahan sengketa di bidang perpajakan telah
memiliki sarana dengan adanya pengadilan pajak. Sebelum pengadilan pajak
berdiri, media yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sengketa pajak adalah
Majelis Pertimbangan Pajak yang kemudian berkembang menjadi Badan
Penyelesaian Sengketa Pajak (selanjutnya di sebut BPSP). Berdasarkan uraian di
atas, maka dapat ditarik permasalah, yaitu bagaimana Implikasi Utang Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan terhadap Wajib Pajak
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Timbulnya Hutang Pajak
Menurut Resmi (2008 :12) ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang
pajak (saat pengakuan adanya utang pajak) yaitu :
1. Ajaran Formil
2. Ajaran Materiil
Menurut Suandy (2008 :128) utang pajak akan berakhir atau terhapus apabila
terjadi hal-hal sebagai berikut :
1. Pembayaran
2. Kompensasi
3. Daluwarsa
3
Daluwarsa diartikan sebagai daluwarsa penagihan. Hal ini untuk
memberikan kepastian hukum baik bagi Wajib Pajak maupun fiskus, maka
diberikan batas waktu tertentu untuk penagiha pajak.
4. Penghapusan utang
Penghapusan utang pajak dilakukan karena kondisi dari Wajib Pajak yang
bersangkutan, misalnya Wajib Pajak dinyatakan bangkrut oleh pihak-pihak yang
berwenang.
5. Pembebasan
Utang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya tetapi karena
ditiadakan. Pembebasan pajak biasanya dilakukan berkaitan dengan kebijakan
pemerintah. Missal dalam rangka meningkatkan penanaman modal maka
pemerintah memberikan pembebasan pajak untuk jangka waktu tertentu atau
pembebasan pajak di wilayah-wilayah tertentu.
a) Penanggung pajak
Adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan kewajiban pajak menurut
peraturan perundangan pajak.
b) Penagihan pajak
Adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak, dengan cara menegur/memperingatkan, memberitahukan
surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, penyanderaan
menjual barang yang disita.
4
Adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah penyitaan, pengumuman
lelang, pembatalan lelang, jasa penilai dll sehubungan dengan penagihan pajak.
d) Surat paksa
Adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak, dan
memiliki kekuatan eksekutorial dan kedudukannya sama dengan putusan hakim
pengadilan yang punya kekuatan hukum tetap.
f) Penyitaan
g) Lelang
Adalah setiap penjualan arang dimuka umum dengan cara penawaran harga
secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon
pembeli. Hasil lelang digunakn terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan
pajak yang belum dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak. (Secara lelang
biaya penagihan pajak ditambah 1 % dari pokok lelang, dan secara tidak lelang
biaya penagihan pajak ditambah 1 % dari hasil penjualan).
h) Pencegahan
i) Penyanderaan
5
Adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak dengan
menempatkannya ditempat tertentu. Untuk utang pajak sekurangnya Rp.
100.000.000 dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi hutang pajaknya
6
a. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
b. Surat ketetapan pajak
Sesuai pasal 8 ayat (2) UU PPSP, Surat Teguran / Surat Peringatan atau Surat lain
yang sejenis diterbitkan apabila penganggung pajak tidak melunasi utang pajak
sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran Pasal 1 angka 10 UU PPSP
menyebutkan bahwa Surat Teguran, Surat peringatan atau suerat lain yang sejenis
adalah Surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan
kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya.
2. Bagi Wajib Pajak usah kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan Perundang – undangan perpajakan, jangka waktu
pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang menjadi paling
lama 2 (dua) bulan
3. Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (SPT PBB) harus dilunasi
dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterima oleh Wajib Pajak
7
4. SKPKB, SKPKBT, STP, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali dalam
Bea atas Perolehan Hak atas Tanah dan / atau Bangunan, yang menyebabkan
jumlah Bea yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1
(satu) bulan sejak tanggal diterima oleh Wajib Pajak.
8
Tujuan menunggu jatuh tempo pengajuan keberatan 3(tiga) bulan sejak
diterbitkannya SKPKB/SKPKBT karena dalam jangka waktu tersebut
Wajib Pajak mempunyai hak mengajukan permohonan keberatan
3) Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan Wajib
Pajak mengajukan:
4) Dalam hal Wajib Pajak menyetujui jumlah pajak yang masih harus dibayar
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, Surat Teguran disampaikan setelah
7(tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan (1 bulan setelah tanggal penerbitan
SKPKB/SKPKBT)
9
5) Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas
SKPKB/SKPKBT, Surat Teguran disampaikan setelah 7(tujuh) hari sejak tanggal
pencabutan pengajuan keberatan tersebut.
Surat Teguran dalam rangka penagihan pajak atas utang Pajak Bumi dan
Bangunan dan atau Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana
tercantum dalam STP PBB, SKBKB, SKBKBT, atau Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah disampaikan kepada Wajib Pajak setelah 7(tujuh)
hari sejak tanggal jatuh tempo.
Penagihan Pajak dengan Surat paksa 2.5.1 UU Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa(PPSP) Menurut Fidel (2010;47) UU PPSP yaitu :
10
c) Penagihan pajak yang dilaksanakan secara konsisten dan
berkesinambungan merupakan wujud lawan enfercoment untuk meningkatkan
kepatuhan yang menimbulkan aspek psikologis bagi Wajib Pajak
d) Menaikkan nilai peralatan usaha yang dikecualikan dari penyitaan dalam rangka
menjaga kelangsungan usaha penanggung pajak
11
j) Mempertegas pemberian sanksi pidana kepada pihak yang sengaja mencegah,
menghalang
– halangi atau menggagalkan pelaksanaan penagihan pajak
1) Penanggung pajak tidak melunais utang pajak sampai dengan tanggal jatuh
tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat
Peringatan atau surat lain yang sejenis
12
2) Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun bekerja di tempat usaha
penanggung pajak, apabila penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapat
dijumpai
3) Salah seorang ahli waris atau pelaksanaan wasiat atau yang mengurus harta
peninggalannya, apabila Wajib Pajak meninggalk dunia dan harta warisan belum
dibagi
4) Para ahli waris apabila penanggung pajak yang telah meninggla dunia dan harta
warisan telah dibagi
Daluwarsa Penagihan
UU KUP juga mengatur mengenai jangka waktu bagi Dirjen Pajak untuk
melakukan penagihan pajak. Apabila sudah melampaui jangka waktu yang
ditentukan maka hak untuk melakukan penagihan pajak tersebut menjadi daluwarsa
6. Putusan Banding
13
Daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak Surat Tagihan
Pajak dan Surat Ketetapan Pajak diterbitkan. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan
permohonan pembetulan, keberatan, banding atau peninjauan kembali, daluwarsa
penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali.
2. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung
3. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan
2. Kompensasi
Kompensasi dapat diartikan sebagai kompensasi kerugian ataupun kompensasi
karena kelebihan pembayaran pajak.
14
a. Contoh penerapan kompensasi karena kerugian yang dapat menyebabkan
terhapusnya atau berakhirnya utang pajak
Pada awal kepemilikan tahun 2010, wajib pajak A menderita kerugian sebesar
Rp10.000.000. Pada tahun 2011, mulai diperoleh laba sebesar Rp5.000.000.
Seharusnya, pada tahun 2011, wajib pajak A terutang pajak penghasilan sebesar
persentase tertentu dari laba tahun 2011. Akan tetapi, utang pajak tahun 2011
terhapus karena jumlah kerugian pada tahun 2010 dapat dikompensasikan atau
dikurangkan dari laba tahun 2011.
3. Kedaluwarsa
Kedaluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka waktu
tertentu, suatu utang pajak tidak ditagih oleh pemungutnya, utang pajak tersebut
dianggap telah lunas/dihapus/berakhir dan tidak dapat ditagih lagi. Utang pajak
15
akan kedaluwarsa setelah melewati waktu 10 tahun terhitung sejak saat terutangnya
pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak yang
bersangkutan.
4. Pembebasan/Penghapusan
Kewajiban pajak oleh wajib pajak tertentu dinyatakan hapus oleh fiskus karena
setelah dilakukan penyidikan ternyata wajib pajak tidak mampu lagi memenuhi
kewajibannya. Hal ini biasanya terjadi karena wajib pajak mengalami kebangkrutan
ataupun mengalami kesulitan likuiditas.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan adanya
utang pajak) yaitu : ajaran formil dan materil. Dalam buku KUP, Dasar penagihan
pajak yaitu: Pasal 18 ayat (1) UU KUP menyebutkan dasar penagihan pajak adalah
Surat Tagihan Pajak(SPT, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) , Surat Keputusan
Pembetulan , Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Pasal 12 UU PBB menyebutkan dasar
penagihan pajak adalah : Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Surat
ketetapan pajak , dan Surat Tagihan Pajak (SPT) merupakan dasar penagihan pajak.
Dan utang pajak akan berakhir atau terhapus jika terjadi hal-hal berikut:
pelunasan/pembayaran, kompenssi, kedaluwarsa, dan penagihan/pengapusan.
3.2 Saran
Pokok bahasan mengenai makalah ini telah dipaparkan, besar harapan penulis
semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan
referensi, penulis mcnyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar tulisan ini
dapat disusun menjadi lebih baik dan sempurna.
17
DAFTAR PUSTAKA
Erwis, Nana Adriana. "Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan
Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Makassar Selatan." Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin, Makassar (2012).
18